Apakah Matahari kita memiliki kembaran saat lahir 4,5 miliar tahun yang lalu? Hampir
dipastikan jawabannya adalah ya, meskipun tidak kembar identik. Hipotesis
terbaru menunjukkan bahwa hampir semua bintang memiliki 'saudara kembar'.
Demikian pula dengan bintang-bintang lain mirip Matahari di Alam Semesta. Analisis para astronom
dari UC Berkeley menghasilkan model matematika untuk hipotesis tersebut. Kesimpulannya,
mereka menemukan pola perilaku dua bintang yang saling berdekatan di masa dulu.
Banyak
bintang yang memiliki pendamping, termasuk tetangga terdekat kita, Alpha Centauri, yang
merupakan sistem bintang triple. Para astronom sudah lama mencari jawaban untuk pertanyaan apakah sistem bintang biner dan triple lahir seperti itu? Apakah satu bintang
menangkap yang lain? Apakah bintang biner terkadang berpisah untuk menjadi
bintang tunggal?
Para
astronom bahkan telah mencari pendamping Matahari kita, sebuah bintang yang
dijuluki Nemesis diduga mengakibatkan asteroid bertabrakan dengan Bumi dan
memusnahkan dinosaurus, meskipun hingga saat ini tidak pernah ditemukan. Peneliti
mengawalinya dengan meneliti awan kosmik Perseus yang berjarak sekitar 600
tahun cahaya dari Bumi untuk mempelajari bintang tunggal dan bintang kembar.
Dengan data tersebut, mereka berhasil mengumpulkan 19 sistem bintang biner dan 45 sistem bintang tunggal.
Pernyataan
baru ini didasarkan pada survei panjang gelombang radio terhadap awan molekuler raksasa yang dipenuhi
bintang-bintang yang baru terbentuk di rasi Perseus, dan model matematis yang
dapat menjelaskan observasi Perseus jika semua bintang mirip Matahari dilahirkan bersama pendamping.
"Kami jawab ya, mungkin dulu ada Nemesis, dahulu sekali," ujar Steven Stahler
yang turut menulis makalah studi bersama Sadavoy.
Nemesis
adalah julukan bagi kembaran Matahari di Tata Surya. Bintang satu ini disebut
bertanggung jawab atas kepunahan dinosaurus. Nemesis diduga kerap melontarkan
asteroid pembunuh ke arah Bumi setiap 26 juta tahun sekali. Namun teori itu
memudar karena para astronom di tahun 1980-an gagal mendeteksi jejaknya.
"Kami
menjalankan serangkaian model statistik untuk melihat apakah kami dapat
menjelaskan populasi relatif bintang tunggal muda dan bintang biner dari semua
pemisahan di awan molekuler Perseus, dan satu-satunya model yang dapat
mereproduksi data adalah semua bintang pada awalnya terbentuk sebagai sistem biner dengan orbit lebar. Orbit sistem ini kemudian merapat atau menjauh dalam waktu satu juta tahun."
Dalam studi ini, "orbit lebar" berarti kedua bintang terpisah lebih dari 500 AU. (1 AU adalah jarak Bumi-Matahari). Pendamping orbit lebar bagi Matahari terpisah lebih dari 17 kali jarak Neptunus-Matahari. Berdasarkan model ini, "saudara" Matahari diperkirakan terpisah dan bercampur dengan bintang-bintang lain di Bima Sakti dan tak pernah terlihat lagi.
“Gagasan bahwa banyak bintang yang terbentuk bersama
pendamping telah dikemukakan sebelumnya, tetapi pertanyaannya adalah berapa
banyak?” kata penulis utama makalah studi Sarah Sadavoy dari Smithsonian
Astrophysical Observatory. “Berdasarkan model sederhana kami, kami mengatakan
bahwa hampir semua bintang terbentuk bersama pendamping. Awan Perseus umumnya
dianggap sebagai wilayah pembentuk bintang tipikal bermassa rendah, tetapi
model kami perlu diperiksa di awan lain serupa.”
Makalah studi yang melaporkan hasil studi telah dipublikasikan di Monthly
Notices of the Royal Astronomical Society.
Bintang Lahir Pada 'Inti
Padat'
Para
astronom telah berspekulasi tentang asal-usul sistem bintang biner dan sistem bintang tunggal selama ratusan tahun, dan dalam
beberapa tahun terakhir telah menciptakan simulasi komputer tentang massa gas
yang runtuh untuk memahami bagaimana mereka memadat karena gaya gravitasi untuk menjadi bintang. Mereka juga telah mensimulasikan interaksi banyak bintang muda
yang baru saja terbebas dari awan gas mereka. Beberapa tahun yang lalu, salah
satu simulasi komputer yang dibuat oleh Pavel Kroupa dari Universitas Bonn, mengarah pada kesimpulan bahwa semua bintang terlahir dalam sistem biner. Namun bukti
langsung dari observasi sangatlah langka. Pada saat para astronom melihat bintang
yang lebih muda, mereka memang menemukan kemungkinan bintang terlahir biner,
tapi hingga saat ini masih menjadi misteri yang belum terungkap.
"Kuncinya
adalah belum ada yang pernah melihat hubungan antara bintang muda dengan awan yang menelurkan mereka secara sistematis." kata Stahler. "Studi kami merupakan langkah maju dalam
memahami bagaimana bintang biner terbentuk dan juga peran yang dimainkan mereka dalam evolusi awal Alam Semesta. Kami sekarang yakin sebagian besar bintang yang sangat mirip Matahari kita, terbentuk
berpasangan. Saya pikir kami memiliki bukti terkuat untuk
pernyataan semacam itu."
Menurut
Stahler, dalam beberapa dekade para astronom meyakini bintang-bintang
lahir di dalam kepompong menyerupai telur yang disebut INTI PADAT, di
seluruh awan molekuler hidrogen dingin yang menjadi lokasi pembibitan bintang-bintang muda. Melalui teleskop optik, awan-awan ini terlihat seperti lubang di
langit berbintang, karena debu yang menyertai gas menyala dari dua
bintang yang terbentuk di dalam dan di belakang bintang. Awan-awan ini juga bisa diselidiki menggunakan teleskop radio, karena butiran debu dingin
di dalamnya memancarkan gelombang radio dan gelombang radio tidak
terhalang oleh debu.
Awan Molekuler Perseus adalah salah satu tempat pembibitan bintang seperti itu. Tahun
lalu, satu tim astronom menyelesaikan sebuah survei menggunakan Very
Large Array (parabola panjang gelombang radio) guna mengumpulkan
variabel data yang memiliki tipe data yang sama dan dinyatakan dengan nama yang
sama. Array merupakan konsep yang penting dalam pemrograman karena dapat menyimpan data maupun referensi objek dalam jumlah banyak
dan terindeks. Very Large Array ditempatkan di New Mexico untuk melihat proses pembentukan bintang di dalam awan. Survei yang diberi nama VANDAM merupakan observasi terlengkap pertama dari semua bintang muda di awan molekuler,
yaitu bintang berusia kurang dari 4 juta tahun, termasuk bintang
tunggal dan bintang biner hingga radius pemisahan sekitar 15 AU. Survei mencakup semua bintang biner dengan pemisahan yang melampaui 19 AU.
Stahler
mendengar tentang survei tersebut setelah melakukan pendekatan dengan Sadavoy,
anggota tim VANDAM, dan meminta bantuannya untuk mengamati bintang muda di dalam
inti yang padat. Survei VANDAM menghasilkan perhitungan dari semua Bintang
Kelas 0, yaitu yang berusia kurang dari 500.000 tahun dan bintang Kelas
I, yang berusia antara 500.000 hingga 1 juta tahun. Bintang yang termasuk
kategori Kelas 0 dan Kelas I begitu muda sehingga mereka belum dapat membakar
hidrogen untuk menghasilkan energi.
Sadavoy
menganalisis data VANDAM dan menggabungkannya dengan observasi tambahan
yang mengungkap keberadaan kepompong menyerupai telur di sekitar bintang-bintang muda. Observasi tambahan berasal dari Survey Gould Belt menggunakan instrumen SCUBA-2 yang diinstal di Teleskop James Clerk Maxwell, Hawaii. Survey
Gould Belt adalah misi sains astronomi yang digelar oleh Badan Antariksa Eropa (ESA). Didedikasikan
untuk mempelajari Alam Semesta dingin dengan melakukan pengamatan
astronomi pada panjang gelombang inframerah dan submillimeter spektrum elektromagnetik, Gould Belt merupakan program kunci untuk mempelajari pembentukan
bintang dengan instrumen-instrumen khusus berfokus pada daerah-daerah pembentuk
bintang di Sabuk Gould.
Menggabungkan kedua arsip data ini, Sadavoy mampu menghasilkan sensus akurat terhadap populasi sistem bintang biner dan bintang tunggal di Perseus,
menghasilkan 55 bintang muda di 24 sistem bintang ganda, semuanya kecuali lima
di antaranya adalah biner, dan 45 sistem bintang tunggal.
Dengan data ini, Sadavoy dan Stahler juga menemukan bahwa semua sistem bintang
biner "orbit lebar" yang terpisah lebih dari 500 AU adalah sistem bintang yang sangat muda berisi dua bintang
Kelas 0. Sistem ini juga cenderung sejajar dengan sumbu panjang inti padat
berbentuk telur. Bintang biner Kelas I yang sedikit lebih tua saling
berdekatan, dipisahkan hanya sekitar 200 AU dan tidak menunjukkan
kecenderungan sejajar dengan sumbu telur.
"Hal
ini belum pernah terlihat sebelumnya atau diuji dan sangat menarik," kata
Sadavoy. "Kami belum tahu apa artinya, namun tidak acak dan harus ada
jawaban tentang bagaimana bintang-bintang biner terpisah jauh."
Inti Menyerupai Telur Runtuh
Menjadi Dua Pusat
Stahler
dan Sadavoy secara matematis memodelkan berbagai skenario untuk menjelaskan
distribusi bintang-bintang biner ini dengan asumsi formasi khas, yaitu saat
bintang biner berpisah dan saat orbit keduanya merapat. Mereka menyimpulkan
bahwa satu-satunya cara untuk menjelaskan observasi adalah dengan
mengasumsikan bahwa semua bintang dengan rentang massa setara Matahari, terbentuk sebagai biner Kelas 0 "orbit lebar" di inti padat menyerupai telur, setelah itu 60 persen di antaranya terpisah seiring waktu. Sisanya mendekat untuk membentuk sistem biner rapat.
"Pada
waktu telur retak, bagian paling padat dari telur akan menuju ke tengah dan
membentuk dua konsentrasi kerapatan sepanjang sumbu pusat," katanya.
"Pusat-pusat kepadatan tinggi ini pada beberapa titik runtuh karena gaya gravitasinya sendiri untuk membentuk bintang Kelas
0."
"Di
dalam foto kami, bintang tunggal massa rendah mirip Matahari bukanlah
bintang purba (muda)" tambah Stahler. "Mereka adalah hasil perpisahan
biner."
Teori
mereka menyiratkan bahwa di setiap inti padat yang massanya beberapa kali massa Matahari, mengubah molekul dua kali lipat lebih banyak untuk melahirkan bintang seperti yang telah diperkirakan sebelumnya.
Stahler
mengatakan bahwa dia telah meminta para astronom radio untuk membandingkan inti padat dengan bintang muda yang tertanam di dalamnya selama lebih dari 20
tahun guna menguji teori pembentukan bintang biner. Data dan model baru
adalah awal, katanya, namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk
memahami teori-teori fisika di balik pembentukan bintang biner tersebut.
"Studi
semacam itu mungkin akan segera menyusul, karena kemampuan VLA yang sekarang
ditingkatkan dan teleskop ALMA di Chili, ditambah survei SCUBA-2 di Hawaii,
akhirnya memberi data dan statistik yang kami butuhkan. Studi ini akan
mengubah pemahaman kita tentang inti padat dan bintang-bintang yang
tertanam di dalamnya," kata Sadavoy.
Ditulis oleh: Robert Sanders, berkeley.edu
Sumber: New Evidence That All Stars Are Born In Pairs
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar