![]() |
Ilustrasi Teleskop Antariksa Hubble |
Pada tahun 1609, ilmuwan visioner Italia Galileo Galilei mengubah perangkat
optik yang baru ditemukan pada saat itu (teleskop) untuk mengamati langit.
Galileo mengungkap ada benda-benda langit (empat bulan terbesar Jupiter) yang
tidak mengitari Bumi, merevolusi cara pandang kita tentang alam semesta yang
berpusat pada Bumi (geosentris).
Hampir empat abad kemudian, peluncuran Teleskop Antariksa Hubble pada tahun
1990 memulai revolusi lain dalam astronomi. Dikembangkan sebagai kemitraan
antara program antariksa Amerika Serikat dan Eropa, Hubble mengorbit 340 mil di
atas permukaan Bumi. Hubble ditempatkan di atas efek distorsi atmosfer yang
mengaburkan cahaya bintang dan menghalangi beberapa panjang gelombang cahaya untuk
mencapai permukaan.
Penempatan di atas atmosfer memungkinkan Hubble untuk mengamati objek dan
fenomena astronomi secara lebih konsisten dengan detail yang lebih baik
daripada observatorium berbasis darat. Kamera dan instrumen spektograf sensitif
Hubble dapat mengamati objek-objek di tata surya kita sendiri hingga
galaksi-galaksi jauh yang berasal dari alam semesta saat hanya berusia 3% dari
usianya sekarang. Faktanya, observasi Hubble telah memainkan peran kunci untuk
menemukan dan mengkarakterisasi energi gelap misterius tak kasat mata yang
mengubah pemahaman fundamental kita terhadap kosmos.
Memasuki operasional dekade ketiga, Hubble masih sangat produktif. Hubble
telah mengumpulkan lebih dari satu juta observasi dan menyediakan data yang
telah digunakan oleh para astronom untuk menghasilkan lebih dari 17.000
publikasi makalah ilmiah yang ditinjau oleh rekan sejawat tentang berbagai
topik, mulai dari pembentukan planet hingga lubang hitam supermasif. Makalah
ilmiah berdasarkan data Hubble bahkan telah dirujuk oleh sekitar 900.000
publikasi ilmiah lain dan terus bertambah sekitar 150 publikasi ilmiah setiap
hari. Demikian pula dengan setiap buku teks astronomi saat ini yang menyertakan
kontribusi dari observasi Hubble.
Penemuan dan galeri gambar berharga Hubble juga telah kembali membangkitkan
minat publik terhadap astronomi. Mereka muncul secara berkala di sampul buku,
album musik, pakaian, acara TV, film, dan bahkan di kaca patri dekoratif.
Halaman blog ini menyajikan 13 topik representatif dari pencapaian ilmiah
terbesar Hubble dengan banyak penemuan dan gambar menginspirasi yang diolah dari
situs resmi NASA.
I. Penemuan Akselerasi Laju Ekspansi Kosmos
Para astronom memanfaatkan perubahan siklus dalam skala kecerahan bintang
variabel Cepheid untuk menentukan jarak astronomi. Tanda panah putih menunjuk
ke bintang variabel Cepheid di galaksi Andromeda yang diamati oleh Hubble
(kotak inset).
Kredit: NASA, ESA, Hubble Heritage Team (STScI/AURA), R. Gendler
Alam semesta semakin meluas. Hampir seabad yang lalu astronom Edwin Hubble
mengukur laju ekspansi kosmos untuk pertama kalinya, yang kemudian disebut
nilai Konstanta Hubble, dan dianggap sebagai faktor krusial untuk menentukan
usia, ukuran dan nasib kosmos.
Sebelum Teleskop Antariksa Hubble diluncurkan, nilai Konstanta Hubble belum
seakurat hari ini. Perhitungan usia alam semesta saat itu berkisar sekitar
10-20 miliar tahun. Setelah menggunakan Hubble, para astronom bisa
menyempurnakan estimasi laju ekspansi kosmos. Pengukuran jarak antara galaksi
oleh Hubble, menyediakan informasi yang dapat dikombinasikan dengan pengukuran
kecepatan galaksi yang dihitung oleh jajaran teleskop lainnya.
Para astronom menentukan jarak dengan membandingkan skala kecerahan bintang
atau supernova di galaksi kita dengan objek serupa di galaksi-galaksi jauh.
Dengan presisi nilai jarak dari Hubble, perhitungan saat ini menempatkan usia
kosmos pada angka 13,8 miliar tahun.
Edwin Hubble menemukan bintang variabel Cepheid di galaksi Andromeda yang
membuktikan Andromeda bukanlah bagian dari Bima Sakti.
Kredit: NASA, ESA, dan
Z. Levay dan G. Bacon (STScI)
Yang lebih mengejutkan, kombinasi observasi Hubble dan observatorium
berbasis darat mengungkap kosmos yang tak sekadar mengembang, tetapi laju
ekspansinya justru semakin terakselerasi. Penemuan ini diganjar Penghargaan
Nobel di bidang fisika pada tahun 2011.
Banyak ilmuwan yang meyakini akselerasi laju ekspansi kosmos disebabkan
oleh “energi gelap” yang menyelimuti alam semesta. Energi gelap dapat dianggap
sebagai semacam “antigravitasi” yang mendorong galaksi-galaksi untuk semakin
jauh terpisah karena terus meregangkan ruang antargalaksi. Sifat energi gelap
begitu misterius, meskipun para astronom memprediksi energi gelap membentuk
sekitar 70% komposisi alam semesta.
Meskipun tidak dapat diukur secara langsung dengan teknologi saat ini,
eksistensi energi gelap diketahui melalui pengaruhnya terhadap materi di
seluruh alam semesta. Dengan mengamati perilaku energi gelap dari waktu ke
waktu, para astronom berharap dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang energi gelap dan bagaimana pengaruhnya terhadap masa depan kosmos.
Skala kecerahan tipikal supernova dapat dimanfaatkan untuk
menentukan jarak dari Bumi. Penentuan skala jarak astronomi memungkinkan para
astronom untuk menghitung laju ekspansi kosmos. Tanda panah putih menunjukkan
fenomena supernova pertama yang berhasil dicitrakan pada tahun 1995 oleh Hubble
Deep Field. Para astronom kembali menemukan supernova ketika menargetkan area
langit serupa pada tahun 2002 dan memantau perubahan yang terjadi.
Kredit: NASA
dan J. Blakeslee (JHU)
- V1, Bintang Legendaris Variabel Cepheid yang Mengubah Jagad Raya
- Dua Supernova Menjadi Bukti Perlambatan Ekspansi Alam Semesta
- Penemu Akselerasi Ekspansi Alam Semesta Diganjar Penghargaan Nobel
- Hubble Ukur Jarak Messier 100 demi Nilai Konstanta Hubble
- Nilai Konstanta Hubble Terbaru Menambah Misteri Tingkat Ekspansi
- Perbedaan Nilai Tingkat Ekspansi Alam Semesta Justru Semakin Melebar
- Pelensaan Gravitasi Hasilkan Nilai Independen Ekspansi Alam Semesta
- Upaya Menentukan Nilai Konstanta Hubble dengan WFIRST NASA
- Hubble dan Gaia Bersatu untuk Memecahkan Teka-teki Kosmik
- Pertentangan dalam Konstanta Hubble
II. Menelusuri Pertumbuhan Galaksi
Ultra Deep Field Hubble adalah salah satu upaya sains untuk
menatap ke ruang angkasa paling jauh. Akumulasi waktu yang dibutuhkan untuk
mengambil gambar ini adalah sekitar 11 hari.
Kredit: NASA, ESA, S. Beckwith
(STScI) dan HUDF Team
Bagaikan mendokumentasikan perkembangan anak dalam lembar catatan,
para astronom menggunakan Teleskop Antariksa Hubble NASA untuk mengabadikan
pemandangan galaksi-galaksi yang sedang berevolusi melalui sepanjang garis
waktu kosmik. Dokumentasi ini terwujud karena hubungan matematis antara jarak
dan waktu kosmik. Semakin jauh Hubble mengintip ke wilayah langit, semakin jauh
Hubble melihat ke masa lalu.
Galaksi paling jauh dan paling awal terbentuk di alam semesta yang
diintai oleh Hubble, ukurannya lebih kecil dan bentuknya lebih tidak teratur
daripada galaksi-galaksi raksasa spiral dan elips saat ini. Inilah bukti bahwa
galaksi tumbuh dari waktu ke waktu melalui penggabungan dengan galaksi lain
untuk menyusun sistem raksasa seperti yang kita lihat hari ini.
Karena volume alam semesta lebih kecil di masa lalu,
galaksi-galaksi lebih cenderung saling berinteraksi secara gravitasi. Beberapa
“jepretan” Hubble menunjukkan alur bintang yang ditarik dan dilempar ke ruang
angkasa saat fenomena tabrakan antar galaksi berlangsung. Seiring waktu, mereka
kemudian menetap dan membentuk galaksi yang familiar, karena jarak mereka lebih
dekat dengan Bumi dan dalam perspektif waktu lebih dekat dengan masa kini.
Dengan mempelajari galaksi pada zaman yang berbeda, para astronom
dapat mengamati bagaimana galaksi berevolusi seiring waktu. Beberapa hal yang
dipelajari adalah jumlah relatif bintang dan molekul gas di dalam galaksi,
jenis dan jumlah elemen kimia yang dapat diidentifikasi dan laju pembentukan
bintang.
Dan evolusi galaksi terus berlanjut. Observasi Hubble terhadap
galaksi tetangga Andromeda (Messier 31) memprediksi galaksi Bima Sakti kita
akan bertabrakan dengan Andromeda sekitar empat miliar tahun dari sekarang.
Kedua galaksi yang mendominasi Grup Lokal saat ini terpisah sekitar 2,5 juta
tahun cahaya, tetapi Andromeda mengarah ke Bima Sakti sebagai respon gaya
gravitasi masing-masing galaksi dan gaya gravitasi materi gelap tak kasat mata
yang mengelilingi mereka. Penyatuan Bima Sakti dan Andromeda akan menghasilkan
galaksi elips raksasa miliaran tahun dari sekarang.
Menjelajahi alam semesta melalui Hubble Ultra Deep Field.
Kredit:
NASA, ESA, dan G. Bacon, T. Borders, L. Frattare, Z. Levay dan F. Summers
(STScI)
Sampel galaksi terjauh dan paling redup di Hubble Ultra Deep Field
menunjukkan bentuk galaksi yang cenderung tidak beraturan dan sering
berinteraksi dengan galaksi lain di masa lalu.
Kredit: NASA, ESA, R. Bouwens
dan G. Illingworth (University of California, Santa Cruz)
Simulasi pemandangan langit malam saat Bima Sakti dan Andromeda
bergabung.
Kredit: NASA, ESA, Z. Levay, R. van der Marel dan G. Bacon (STScI),
T. Hallas dan A. Mellinger
- Pembentukan Galaksi
- Hubble Ultra Deep Field, Pemandangan Terjauh Alam Semesta
- Penemuan Ratusan Galaksi Muda di Awal Alam Semesta
- XDF, Pemandangan Terjauh Alam Semesta yang Melampaui HUDF
- Hubble Pastikan Takdir Kosmik bagi Bima Sakti dan Andromeda
- Apa yang Terjadi Terhadap Bumi saat Bima Sakti dan Andromeda Bertabrakan?
- Kapan Bima Sakti dan Andromeda Bertabrakan?
- Skenario Tabrakan Pamungkas Bima Sakti dan Andromeda
III. Mengenal Dunia di Luar Tata Surya
Gambar cahaya kasat mata (optik) pertama dari eksoplanet Fomalhaut
b oleh Hubble.
Kredit: NASA, ESA, P. Kalas, J. Graham, E. Chiang, E. Kite
(Universitas California), M. Clampin (Pusat Penerbangan Antariksa Goddard
NASA), M. Fitzgerald (Laboratorium Nasional Lawrence Livermore), K. Stapelfeldt
dan J. Krist (Laboratorium Propulsi Jet NASA)
Pada saat Hubble pertama kali diluncurkan ke luar angkasa pada
tahun 1990, para astronom belum menemukan satupun eksoplanet atau planet di
luar tata surya kita. Kini, para ilmuwan telah mengkonfirmasi eksistensi lebih
dari 4.000 eksoplanet yang sebagian besar ditemukan oleh Teleskop Antariksa
Kepler NASA dan jajaran teleskop berbasis darat.
Bagaimanapun juga, Teleskop Antariksa Hubble turut memberikan
beberapa kontribusi unik bagi perburuan dunia-dunia asing.
Para astronom yang memanfaatkan ketajaman visi Hubble telah
melakukan pengukuran pertama terhadap komposisi atmosfer sebuah eksoplanet.
Observasi Hubble berhasil mengidentifikasi komposisi atmosfer yang mengandung
natrium, oksigen, karbon, hidrogen, karbon dioksida, metana dan uap air.
Sebagian besar planet yang pernah diteliti hingga saat ini terlalu panas bagi
kehidupan seperti yang kita kenal.
Tetapi observasi Hubble menunjukkan bahwa komponen organik dasar
untuk kehidupan dapat dideteksi dan diukur di planet yang mengorbit bintang
lain. Dalam satu kasus, para astronom memiliki cukup data untuk membuat peta
global terperinci dari sebuah eksoplanet terkait suhu di berbagai lapisan
atmosfer, termasuk jumlah dan distribusi uap airnya.
Keampuhan Hubble untuk melakukan deteksi pada spektrum cahaya
ultraviolet digunakan untuk mengungkap awan hidrogen raksasa “berdarah” yang
menyelimuti sebuah planet. Unsur hidrogen menguap dari planet hangat seukuran
Neptunus karena radiasi ekstrem dari bintang induk yang diorbitnya. Planet ini
bisa menjelaskan eksistensi tipe planet “Bumi super panas” yang kemungkinan
juga telah mengalami proses serupa, yakni pelucutan lapisan atmosfer oleh
radiasi bintang induk yang mengekspos inti berbatu mereka.
Dengan menggunakan teknik yang disebut pelensaan mikro gravitasi,
para astronom juga telah memanfaatkan Hubble untuk mengkonfirmasi keberadaan
planet bermassa Saturnus yang mengorbit dua bintang redup berukuran kecil
sekaligus dalam lintasan orbit sangat rapat.
Pelensaan mikro terjadi ketika gaya gravitasi dari bintang di
latar depan menekuk dan memperkuat cahaya yang bersumber dari bintang latar
belakang secara sesaat ketika keduanya sejajar di sepanjang garis pandang kita.
Teknik ini bisa memberikan petunjuk tentang sifat bintang latar depan termasuk
semua planet yang mengorbitnya.
Pergerakan planet Fomalhaut dari waktu ke waktu.
Kredit: NASA,
ESA, P. Kalas (Universitas California) dan G. Bacon (STScI)
Hubble juga telah mencitrakan eksoplanet pertama dalam panjang
gelombang cahaya kasat mata (optik). Diberi nama Fomalhaut b, planet yang
dicitrakan mengorbit bintang induk Fomalhaut, terletak 25 tahun cahaya dari
Bumi. Fomalhaut b mengorbit dari jarak yang sangat jauh, tepatnya di dekat tepi
cakram menyerupai cincin terdalam, atau sekitar 10 kali lebih jauh dari bintang
induk daripada jarak Saturnus-Matahari.
- GJ 436b, Planet dengan Awan Hidrogen Behemoth Mirip Komet
- Hubble Temukan Planet yang Mengorbit Dua Bintang Sekaligus
- Hubble Temukan Sinyal Air di Lima Eksoplanet Jupiter Panas Berkabut
- Fomalhaut b, Gambar Cahaya Kasat Mata Pertama Eksoplanet
IV. Mengungkap Eksistensi Materi Gelap
Materi gelap adalah bentuk materi tak kasat mata yang membentuk
sebagian besar massa alam semesta dan berperan besar dalam menciptakan struktur
dasar alam semesta. Gravitasi materi gelap mendorong materi normal (gas dan
debu) untuk berkumpul menjadi satu dan membentuk struktur bintang dan galaksi.
Meskipun belum bisa melihat materi gelap secara langsung, para
astronom bisa mendeteksi pengaruhnya dengan cara mengamati bagaimana gravitasi
gugus galaksi masif, yang mengandung materi gelap, membengkokkan dan
mendistorsi cahaya dari galaksi yang terletak lebih jauh di belakang gugus.
Fenomena ini disebut pelensaan gravitasi.
Gugus galaksi raksasa mengandung materi gelap dan materi normal.
Gravitasi masif melengkungkan ruang di sekitar gugus, menyebabkan cahaya yang
berasal dari objek kosmik di belakang gugus terdistorsi dan diperkuat. Fenomena
ini disebut pelensaan gravitasi. Sketsa ini menunjukkan jalur cahaya dari
galaksi jauh yang mengalami pelensaan gravitasi oleh gugus galaksi di latar
depan.
Kredit: NASA & ESA
Visi tajam Teleskop Antariksa Hubble memungkinkan para astronom
untuk memetakan distribusi materi gelap di alam semesta melalui pelensaan
gravitasi. Gugus galaksi raksasa mengandung materi gelap dan materi normal.
Dengan mengamati area di sekitar gugus galaksi masif, para astronom mampu mengidentifikasi
distorsi cahaya dari galaksi latar belakang dan merekayasa ulang distorsi untuk
mengungkap letak konsentrasi materi terpadat.
Model matematis dari rekayasa ini menjelaskan lokasi dan sifat
material lensa alami, baik yang terlihat maupun tak kasat mata. Jumlah materi
gelap di alam semesta diperkirakan lima kali lipat lebih banyak daripada materi
normal, dan tampaknya terorganisir di sekitar jaringan filamen besar materi
gelap yang telah tumbuh dari waktu ke waktu. Di persimpangan filamen materi
gelap ini, struktur terbesar di alam semesta seperti gugus galaksi ditemukan.
Dua citra observasi Hubble terhadap gugus galaksi masif Cl 0024+17
(ZwCl 0024+1652). Di sebelah kiri adalah citra dalam spektrum cahaya kasat
mata, dengan busur-busur biru aneh yang muncul di antara galaksi-galaksi
berwarna kekuningan. Inilah citra dari galaksi-galaksi latar belakang yang
cahayanya terdistorsi dan diperkuat oleh gugus galaksi. Cahaya mereka ditekuk
dan diperkuat oleh gravitasi masif gugus galaksi, fenomena yang disebut
pelensaan gravitasi. Citra di sebelah kanan telah diberi rona biru untuk
menunjukkan lokasi materi tak kasat mata atau materi gelap yang secara
matematis diperlukan untuk menjelaskan sifat dan penempatan galaksi-galaksi
yang mengalami pelensaan gravitasi.
Kredit: NASA, ESA, M.J. Jee dan H. Ford
(Universitas Johns Hopkins)
Karena pelensaan gravitasi, seperti inilah fenomena distorsi
cahaya yang menghasilkan tiga gambar dari satu galaksi latar belakang
(lingkaran merah) dan lima gambar satu quasar latar belakang (lingkaran biru),
yang dilihat oleh Hubble ketika menatap gugus galaksi SDSS J1004+4112.
Kredit:
ESA, NASA, K. Sharon (Universitas Tel Aviv) dan E. Ofek (Caltech)
Ilustrasi pelensaan gravitasi. Kredit: STScI/Frank Summers
Video demonstrasi pelensaan gravitasi. Kredit: STScI
- Hubble Temukan Cincin Materi Gelap
- Pelensaan Gravitasi Memecah Cahaya Quasar Menjadi Lima Gambar
- Lensa Gravitasi Melipatgandakan Citra Sebuah Galaksi Purba
- Citra Pertama Prediksi Ledakan Supernova Bintang oleh Hubble
- Hubble Mendeteksi Gumpalan Materi Gelap Terkecil
- Hubble Ungkap Unsur yang Hilang dalam Teori Materi Gelap
- Materi Gelap Tidak Ditemukan di Sebuah Galaksi Aneh
- Galaksi Kedua Tanpa Materi Gelap Ditemukan
- Hubble Ungkap Penyebab Menghilangnya Materi Gelap di NGC 1052-DF4
V. Waspada, Lubang Hitam Monster Ada di Mana Saja!
Hubble telah memberikan bukti kuat atas eksistensi lubang hitam
supemasif dengan massa setara jutaan hingga miliaran massa Matahari di sebagian
besar pusat galaksi. Selain itu, teleskop antariksa besutan NASA ini juga
menemukan lubang hitam hampir di setiap galaksi yang terkait erat dengan ukuran
galaksi. Sensus Hubble terhadap galaksi di alam semesta menunjukkan massa
lubang hitam sangat dipengaruhi oleh massa tonjolan pusat galaksi induk.
Semakin besar ukuran galaksi, semakin besar pula ukuran lubang hitam di pusat
galaksi.
Fakta ini mungkin bisa menjadi bukti lubang hitam yang tumbuh
seiring sejarah evolusi galaksi induk dengan mengakresi sebagian kecil dari
massa total galaksi. Hubble juga memberikan para astronom pemandangan pertama
terhadap piringan akresi, atau cakram datar material yang mengelilingi lubang
hitam, termasuk gambar terperinci dari partikel jet subatomik yang dipancarkan
mendekati kecepatan cahaya dan ditenagai oleh lubang hitam.
Kredit: Karl Gebhardt (Universitas Michigan), Tod Lauer (NOAO) dan
NASA
Menggabungkan gambar optik dengan arsip data spektograf Hubble,
para ilmuwan mampu mengintip ke pusat-pusat galaksi dan menetapkan kehadiran
lubang hitam supermasif yang dikelilingi gas dan bintang-bintang yang bersinar
terang. Sensus galaksi pada akhir tahun 1900-an yang difokuskan pada NGC 3379
dan NGC 3377, mengungkap lubang hitam dengan bobot 50 juta dan lebih dari 100
juta massa Matahari. Bahkan, NGC 4486B ditemukan memiliki nukleus ganda di
bagian pusat galaksi.
Citra Hubble yang mengungkap piringan akresi debu yang
mengelilingi lubang hitam di pusat galaksi NGC 4261 (kiri) dan NGC 7052
(kanan).
Kredit: Kiri: H. Ford, L. Ferrarese (Universitas Johns Hopkins), NASA;
Kanan: Roeland P. van der Marel (STScI), Frank C. van den Bosch (Universitas
Washington), NASA
Kredit: Gary Bower, Richard Green (NOAO), the STIS Instrument
Definition Team dan NASA
Dua eksposur galaksi Messier 84 oleh Hubble. Sebelah kiri
memperlihatkan inti terang di pusat galaksi yang dikelilingi oleh pita gelap gas
dan debu (vertikal). Sebelah kanan adalah spektograf yang dihasilkan oleh
cahaya yang merambat di dekat inti galaksi. Inset biru pada gambar sebelah kiri
menunjukkan ukuran dan bentuk celah pengambilan sampel spektograf. Spektra yang
diambil di sebelah kiri dan kanan dari celah yang berpusat pada inti galaksi,
menunjukkan perubahan dramatis warna dari biru menjadi merah. Warna biru
mengindikasikan sumber cahaya yang mengarah ke Bumi, sebaliknya warna merah
bergerak menjauh. Bintang-bintang dan gas yang berada sangat dekat dengan inti
Messier 84 bergerak mengitari lubang hitam pusat galaksi dengan kecepatan
880.000 mil per jam.
Tak sekadar mengkonfirmasi lubang hitam supermasif yang 2,6 miliar
kali lebih massif daripada Matahari di pusat galaksi Messier 87, Hubble juga
telah memperlihatkan detail tanpa tanding dari partikel jet subatomik yang
dipancarkan menjauhi lubang hitam pusat hampir secepat cahaya.
Kredit: NASA dan
the Hubble Heritage Team (STScI/AURA)
- Lubang Hitam Supermasif Eksis di Hampir Semua Galaksi, Sensus Hubble
- Tanda Tangan Lubang Hitam di Pusat Galaksi Messier 84
- Lubang Hitam Legendaris M87 Melesatkan Jet Hampir Secepat Cahaya
VI. Hubble Ungkap Misteri Benda Langit di Sabuk Kuiper
Saat meneliti planet katai Pluto di pinggiran tata surya, Teleskop
Antariksa Hubble NASA telah menemukan empat bulan (satelit alami) yang
mengorbit “mantan” planet utama kesembilan. Dua satelit alami pertama yang
ditemukan diberi nama Nix dan Hydra, disusul Kerberos dan Styx yang ukurannya
lebih kecil. Para astronom juga mengungkap rotasi tak beraturan Nix dan Hydra
saat mengorbit Pluto.
Ilustrasi diameter Pluto dan bulan-bulannya. Tidak menunjukkan
skala yang sebenarnya.
Kredit: NASA, ESA, dan M. Showalter (SETI Institute)
Nix, Hydra, Styx, dan Kerberos, empat bulan kecil Pluto yang
ditemukan oleh Hubble. Komposit yang disusun dari dua gambar ini, adalah sistem
pluto yang diabadikan oleh Hubble pada bulan Juli 2012. Area biru dihasilkan
oleh eksposur panjang yang digunakan untuk menemukan dua bulan terluar yang
ukurannya lebih kecil. Eksposur panjang membuat Pluto dan Charon terlihat buram,
sementara pita vertikal pusat dihasilkan oleh eksoposur pendek agar Pluto dan
Charon bisa terlihat lebih jelas.
Sebelum melesat meninggalkan sistem Pluto pada bulan Juli 2015,
pesawat antariksa New Horizons besutan NASA telah melakukan pengamatan terperinci
terhadap permukaan Pluto yang sangat bervariasi dan menarik. Hubble turut
memainkan peran penting untuk membantu para ilmuwan di balik misi New Horizons.
Observasi Pluto yang berulang kali dilakukan sejak awal tahun 1990-an hingga
2010, memungkinkan para ilmuwan untuk memperbaiki peta permukaan planet katai
itu. New Horizons menggunakan peta-peta ini saat tiba di sistem Pluto.
Observasi Hubble menyediakan informasi terbaik tentang Pluto bagi
misi New Horizons.
Kredit: NASA, ESA dan M. Buie (Southwest Research Institute)
Mengintip lebih jauh ke wilayah terluar tata surya, Hubble juga
telah menemukan dua objek Sabuk Kuiper yang kemudian dijadikan target misi
berikutnya New Horizons. Pada tanggal 1 Januari 2019, New Horizons terbang
mendekati objek 2014 MU69 atau Ultima Thule. New Horizons mengabadikan objek
2014 MU69 dari jarak dekat dan mengungkap dua struktur lobus secara mendetail,
lengkap dengan retakan dan lubangnya.
Hanya berdiameter sekitar 100 mil, titik kecil di atas planet
katai Makemake yang terlihat dalam gambar Hubble ini adalah sebuah bulan yang
diberi nama MK 2.
Kredit: NASA, ESA, A. Parker dan M. Buie (SwRI)
Hubble menemukan sebuah bulan yang mengorbit planet katai
Makemake.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Produser: Katrina
Jackson
Hubble juga menemukan MK 2, sebuah bulan selebar 100 mil yang
mengorbit Makemake, planet katai paling terang kedua di Sabuk Kuiper. Terletak
sejauh 4,8 miliar mil dari Matahari, Makemake ditemukan pada tahun 2005 oleh
Palomar Observatory, radiusnya diketahui sekitar 870 mil. Yang menarik,
meskipun Makemake tampak seputih salju, tapi bulan MK 2 tampak gelap seperti
arang.
- Hubble Temukan Bulan Kelima Pluto
- MK 2, Bulan yang Mengorbit Makemake Ditemukan Hubble
- Perubahan Permukaan Pluto Diungkap oleh Hubble
- Objek Sabuk Kuiper untuk Target Ideal Misi New Horizons
- Quaoar, Dunia Beku Terjauh Tata Surya
VII. Hubble Teliti Planet dan Bulan di Wilayah Terluar Tata Surya
Hubble telah menyaksikan dampak benturan dari benda-benda langit
berukuran kecil di tata surya yang dialami oleh Jupiter. Tabrakan kosmik
terbaru yang diamati oleh Hubble terjadi pada tahun 2009, ketika sebuah
asteroid jatuh ke atmosfer Jupiter dan menghasilkan fitur gelap seukuran
Samudera Pasifik.
Pada tahun 1994, Hubble juga telah menyaksikan 21 fragmen komet
Shoemaker-Levy 9 yang membombardir planet raksasa gas secara bertahap. Inilah
pertama kalinya para astronom menyaksikan fenomena semacam itu. Setiap tumbukan
meninggalkan bekas hitam mirip jelaga di awan Jupiter.
Pada tahun 1994, komet Shoemaker-Levy 9 pecah menjadi 21 bongkahan
yang menghujani awan tebal Jupiter. Hubble menangkap empat rangkaian gambar
yang mendokumentasikan fitur gelap dampak tumbukan.
Kredit: R. Evans, J.
Trauger, H. Hammel, HST Comet Science Team dan NASA
Bintik Merah Raksasa adalah landmark ikonik Jupiter, badai dahsyat
seukuran Bumi yang telah diamati sejak akhir tahun 1800-an. Ukuran badai
raksasa ini diketahui terus menyusut setidaknya dalam kurun waktu 90 tahun.
Para astronom terus menggunakan Hubble secara berkala untuk mengukur radius
Bintik Merah Raksasa dan meneliti penyebab penyusutan.
Bintik Merah Raksasa, ciri khas dari planet Jupiter, adalah
putaran badai raksasa dengan kecepatan 300 mil per jam, ukurannya telah
menyusut. Para astronom terus memonitor penyusutan badai yang terjadi secara
bertahap sejak tahun 1930-an dan ingin mengetahui penyebab penyusutan
menggunakan Hubble.
Kredit: NASA, ESA dan A. Simon (Pusat Penerbangan Antariksa
Goddard); C. Go, H. Hammel (Space Science Institute dan AURA) dan R. Beebe (New
Mexico State University)
Untuk pertama kalinya, Hubble juga telah menghasilkan gambar
aurora terang di kutub utara dan selatan planet Saturnus dan Jupiter. Aurora
adalah pemandangan indah berwarna-warni yang terjadi di lapisan teratas
atmosfer. Aurora muncul ketika ketika partikel bermuatan listrik terperangkap
oleh medan magnet dan diarahkan dengan kecepatan tinggi ke kutub utara dan
selatan medan magnet. Ketika menghantam lapisan teratas atmosfer, partikel
bermuatan listrik menyebabkan atom dan molekul di lapisan teratas atmosfer
bercahaya.
Aurora menakjubkan di atmosfer Jupiter oleh Hubble.
Kredit: NASA,
ESA, J. Nichols (Universitas Leicester) dan G. Bacon (STScI); A. Simon
(NASA/GSFC) dan OPAL team
Bulan-bulan Jupiter juga telah memberikan informasi penting dalam
upaya pencarian kehidupan di luar Bumi. Hubble telah menyediakan bukti terbaik
untuk lautan air asin di bawah permukaan Ganymede, bulan terbesar di tata surya
yang mengorbit Jupiter. Bukti lautan air asin diperoleh melalui penelitian
aurora di atmosfer Ganymede. Deposit air yang tersimpan di lautan bawah tanah
Ganymede diperkirakan lebih banyak daripada seluruh air di permukaan Bumi.
Selain itu, Hubble juga mendeteksi bukti perubahan sementara di
atmosfer Europa, salah satu bulan Jupiter. Para astronom memperkirakan
perubahan ini disebabkan oleh gas yang dikeluarkan dari lautan di bawah
permukaan. Upaya identifikasi air cair sangat penting untuk mencari dunia layak
huni dan menemukan kehidupan di luar Bumi.
Hubble mencitrakan kepulan-kepulan air di Europa.
Kredit: Pusat
Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Produser: Katrina Jackson
- Bongkahan Bola Api Komet Shoemaker-Levy 9 di Jupiter
- Penyusutan Bintik Merah Raksasa Jupiter Diungkap Hubble
- Aurora Saturnus Tak Sesuai Harapan Para Astronom
- Pertunjukan Cahaya Aurora di Atmosfer Jupiter
- Bukti Kepulan Uap Air di Europa, Bulan Beku Jupiter
- S/2004 N 1, Bulan Ke-14 Neptunus DitemukanHubble
- Bintik Gelap di Atmosfer Uranus Ditemukan Hubble
VIII. Melacak Evolusi di Sabuk Asteroid
Sebuah struktur aneh mirip huruf X yang terbentuk dari puing-puing
angkasa diyakini merupakan sisa-sisa tabrakan antar asteroid. Para ilmuwan
memprediksi asteroid berukuran lebih kecil yang melaju sangat cepat menabrak
asteroid besar yang bergerak lambat.
Kredit: NASA, ESA dan D. Jewitt (UCLA)
Tak hanya jatuh menghantam planet seperti Jupiter atau Bumi,
asteroid juga saling bertabrakan. Para astronom yang memanfaatkan visi tajam
Teleskop Antariksa Hubble NASA, telah menyaksikan fenomena semacam itu di Sabuk
Asteroid yang terletak di antara Mars dan Jupiter. Sabuk Asteroid adalah
kumpulan batuan angkasa sisa-sisa pembentukan tata surya.
Observasi Hubble menunjukkan pola struktur filamen aneh mirip
huruf X di dekat inti suatu benda langit yang meninggalkan jejak debu. Struktur
kompleks mengindikasikan tabrakan langsung antara dua asteroid yang melaju lima
kali lebih cepat daripada kecepatan peluru. Para astronom telah lama menduga
Sabuk Asteroid mengalami pengikisan karena tabrakan, tetapi tabrakan antar
asteroid belum pernah diamati.
Gambar asteroid P/2013 P5 yang ditangkap Hubble ini mengungkap
jejak-jejak debu ke berbagai arah yang berubah seiring waktu.
Kredit: NASA, ESA
dan D. Jewitt (UCLA)
Observasi Hubble lainnya terhadap Sabuk Asteroid mengungkap
keunikan bentuk sebuah asteroid yang dihiasi enam ekor debu mirip komet
layaknya jari-jari roda. Tak seperti asteroid pada umumnya, asteroid ini
menyerupai penyiram rumput yang berputar otomatis. Simulasi komputer dari
asteroid ini mengindikasikan ekor debu dihasilkan oleh serangkaian peristiwa
pelepasan debu.
- P/2010A2, Asteroid dengan Pola Huruf X Dampak Tabrakan
- P/2013P5, Asteroid Aktif dengan Enam Ekor Debu Mirip Komet
- 2013R3, Asteroid yang Ditemukan Hancur Berkeping-keping
- Kawah Raksasa Dampak Benturan di Asteroid Vesta
- Hubble Bantu Persiapan Kunjungan Dawn ke Ceres dan Vesta
IX. Zona Konstruksi Sistem Planet
Mosaik jutaan piksel Nebula Orion dari data Hubble.
Kredit: NASA,
ESA, M. Robberto (Space Telescope Science Institute/ESA) dan Hubble Space
Telescope Orion Treasury Project Team
Menggunakan Teleskop Antariksa Hubble NASA, para astronom telah
mengkonfirmasi pembentukan planet di cakram debu yang mengelilingi bintang
induk. Hubble mampu mengatasi cakram protoplanet di sekitar 200 bintang Nebula
Orion. Menatap bintang-bintang terdekat, Hubble menyelesaikan survei pencitraan
terbesar dan paling sensitif dalam panjang gelombang cahaya kasat mata dari
cakram puing-puing berdebu yang terbentuk karena tabrakan antara objek
pembentuk planet.
Dua bintang tipe khusus menggambarkan temuan zona konstruksi
planet, TW Hydrae dan Beta Pictoris. Menggunakan pelindung lensa untuk
menghalangi silau cahaya bintang, para ilmuwan memanfaatkan visi tajam Hubble
untuk mengamati celah misterius di cakram protoplanet gas dan debu yang
berputar mengelilingi bintang TW Hydrae. Celah kemungkinan besar disebabkan
oleh pertumbuhan planet tak kasat mata yang secara gravitasi menyapu material
dan mengukir jalur pada cakram layaknya alat penyapu salju.
Para peneliti juga mencatat perubahan pada cakram planet yang
mengelilingi Beta Pictoris. Dengan meminimalisir silau cahaya bintang, para
ilmuwan mempelajari perubahan pada material yang mengorbit, yang disebabkan
oleh sebuah planet masif yang tertanam di dalam cakram debu. Para astronom
mengamati planet ini menggunakan European Southern Observatory.
Berikut adalah beberapa cakram protoplanet yang ditemukan oleh
Hubble di Nebula Orion. Cakram muncul sebagai siluet yang diterangi dari
belakang oleh pendar gas nebula.
Kredit: Mark McCaughrean (Max Planck Institute
for Astronomy), C. Robert O'Dell (Rice University) dan NASA
Kredit: NASA, ESA, J. Debes (STScI), H. Jang-Condell (Universitas
Wyoming), A. Weinberger (Carnegie Institution of Washington), A. Roberge (Pusat
Penerbangan Antariksa Goddard), G. Schneider (Universitas Arizona/Steward
Observatory) dan A. Feild (STScI/AURA)
Gambar Hubble di sebelah kiri dan grafik di sebelah kanan
menunjukkan celah cakram debu dan gas protoplanet yang berputar mengelilingi
bintang katai merah TW Hydrae. Celah kemungkinan besar disebabkan oleh
pertumbuhan planet tak kasat mata yang secara gravitasi menyapu material dan
mengukir jalur pada cakram. Para astronom menggunakan pelindung lensa instrumen
kamera Hubble untuk menghalangi silau cahaya terang bintang sehingga struktur
cakram bisa diamati.
Kredit: NASA, ESA, D. Apai dan G. Schneider (Universitas Arizona)
Hubble telah memberikan para astronom gambar paling detail dari
sebuah cakram gas dan debu raksasa yang mengelilingi bintang induk Beta
Pictoris yang terletak 20 juta tahun cahaya dari Bumi. Proses perubahan pada
cakram memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari efek yang disebabkan sebuah
planet masif yang tertanam di dalam putaran material. Adapun bintang Beta
Pictoris tertutup bintik gelap di bagian tengah setiap gambar.
- Panorama Nebula Orion oleh Hubble Mengungkap Eksistensi Ribuan Bintang
- Sistem Protoplanet di Nebula Orion
- Sistem TW Hydrae, Bukti Proses Konstruksi Tata Surya Eksoplanet
- Cakram Protoplanet Gas dan Debu Beta Pictoris
- Cakram Protoplanet Ganda Bintang Beta Pictoris
- Fitur Melengkung pada Cakram Protoplanet Beta Pictoris
X. Eksplorasi Kelahiran Bintang
Detektor inframerah Teleskop Antariksa Hubble NASA, mumpuni untuk
menembus awan gas dan debu raksasa yang bergejolak oleh ledakan “hembusan
kehidupan” baru dari puluhan ribu bintang. Visi tajam Hubble yang menatap
Nebula Carina, berhasil mengungkap fitur aneh yang disebabkan radiasi kilau
cahaya dari bintang-bintang muda. Observasi mengungkap proses kelahiran bintang
adalah fenomena kosmik ganas yang memproduksi radiasi intens ultraviolet dan
gelombang kejut. Radiasi membersihkan rongga pada awan pabrik bintang dan
mengikis material pilar-pilar gas raksasa yang menjadi inkubator bagi
bintang-bintang muda.
Hubble juga telah menangkap semburan energik partikel gas
bercahaya dari bintang-bintang muda dalam detail tak tertandingi. Semburan
energik bintang merupakan produk samping dari putaran gas yang mengelilingi
bintang yang baru terbentuk, beberapa di antaranya digerakkan oleh medan magnet
dan ditembakkan ke ruang angkasa dari kutub bintang dalam kecepatan supersonik.
Berkat durasi panjang operasional misi Hubble, para astronom mampu
mengamati pergerakan dan perubahan semburan bintang seiring waktu. Dengan
mempelajari dan mengukur perubahan, para astronom dapat memperoleh informasi
berharga untuk mengurai proses fisika rumit yang membentuknya, sekaligus untuk
lebih memahami lingkungan kosmik di sekitar bintang yang baru dilahirkan.
Citra Mystic Mountain, salah satu wilayah di Nebula Carina.
Kredit: NASA, ESA, M. Livio dan the Hubble 20th Anniversary Team (STScI)
Di dalam Mystic Mountain, menara gas hidrogen dingin penuh debu
terlihat menjulang di sepanjang dinding nebula. Di bagian atas, pilar gas dan
debu setinggi tiga tahun cahaya diterpa angin dan cahaya terang dari
bintang-bintang di dekatnya. Pilar juga terus didorong terpisah dari dalam oleh
“bayi-bayi” bintang yang terkubur di dalamnya. Mereka menyemburkan partikel gas
yang bisa diamati mengalir ke bagian kiri dan kanan dari puncak pilar.
Kredit: NASA, ESA, P. Hartigan (Rice University) dan G. Bacon
(STScI)
Aliran material yang ditampilkan dalam animasi ini, tampak
bergerak dari kiri ke kanan dan mengindikasikan proses persalinan bintang.
Secara kolektif diberi nama objek Herbig-Haro 47 (HH 47), arus material terus
dilepas secara episodik layaknya rentetan meriam dari sebuah bintang muda yang
disembunyikan debu di pusat gambar. Arus material menciptakan guncangan dan
riak saat bertabrakan dengan awan material lain di sekitar bintang.
Serangkaian observasi Hubble yang mendokumentasikan perubahan
semburan dahsyat Herbig-Haro 34 (HH 34) di Nebula Orion.
Kredit: NASA, ESA, P.
Hartigan (Rice University) dan G. Bacon (STScI)
- Persalinan Bintang di Mystic Mountain Nebula Carina
- Bintang yang Menetas di Sarang Elang (Messier 16)
- Partikel Jet Supersonik Herbig-Haro, Tanda Tangan Kelahiran Bintang
XI. Dokumentasi Proses Kematian Bintang
Prestasi tanpa tanding telah digapai oleh Teleskop Antariksa
Hubble besutan NASA, dalam mengungkap detail pergolakan proses kematian
bintang-bintang mirip Matahari. Koleksi gambar yang dikumpulkan jajaran
teleskop berbasis darat, mengungkap benda langit yang disebut nebula planeter
(meskipun sama sekali tak terkait dengan planet) membentuk struktur sederhana
menyerupai bola.
Bahkan Hubble telah menguak struktur nebula planeter yang lebih
kompleks dan bervariasi. Ada yang terlihat seperti kincir angin, kupu-kupu atau
jam pasir. Prestasi Hubble yang mampu memproduksi citra mendetail nebula
planeter, mengarah ke wawasan baru dalam memahami dinamika kompleks seiring
pelepasan lapisan terluar gas oleh bintang sebelum runtuh dan berevolusi
menjadi bintang katai putih.
Observasi Hubble terhadap sisa-sisa ledakan bintang masif
Supernova 1987A, mengungkap tiga cincin material misterius yang mengelilingi
bintang induk. Hubble juga mampu memantau bintik-bintik terang di bagian dalam
cincin pusat yang disebabkan perluasan gelombang materi. Selain itu, Hubble
juga berhasil memata-matai titik-titik terang di bagian dalam cincin tengah,
yang disebabkan oleh gelombang materi yang dihempaskan ledakan bintang.
Demikian pula observasi Hubble terhadap Nebula Kepiting (Messier
1), telah mengungkap detail yang belum pernah teramati tentang ledakan kosmik
dahsyat dan pulsar yang berotasi sangat cepat di pusat nebula.
Nebula Kepiting adalah sisa-sisa ledakan bintang yang telah
diamati sejak tahun 1054 Masehi. Komposit warna digunakan untuk membedakan
berbagai unsur kimia yang dihembuskan ke ruang angkasa untuk memperkaya unsur
bintang-bintang generasi baru.
Kredit: NASA, ESA, J. Hester dan A. Loll
(Universitas Negeri Arizona)
Hubble telah mengungkap struktur nebula planeter yang lebih
kompleks dan bervariasi.
Kredit: NASA
Ilustrasi cincin SN 1987A dalam orientasi sudut pandang yang
langsung mengarah ke Bumi.
Kredit: STScI
Observasi SN 1987A selama 22 tahun oleh Hubble telah mengungkap
efek ledakan supernova yang memicu gelombang kejut, memanaskan dan menerangi
struktur mirip cincin yang mengelilingi bintang induk. Kredit: NASA, ESA, R.
Kirshner (Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics dan Betty Moore
Foundation) dan P. Challis (Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics)
- Nebula Kepiting, Kematian Spektakuler Bintang Mirip Matahari
- Cincin Kosmik Misterius yang Melingkari Supernova 1987A
- Kalung Permata Kosmik Ledakan Supernova 1987A
- Akhir Era Kejayaan Supernova 1987A
XII. Observasi Gema Cahaya Kosmik
Rangkaian gambar terbaik gema cahaya di ruang angkasa yang
disebabkan oleh ledakan bintang, telah diabadikan oleh Teleskop Antariksa
Hubble NASA. Pada bulan Januari 2002, kilatan cahaya misterius dari sebuah
bintang tipe supergiant merah menyebabkan perluasan gelembung puing-puing.
Kilatan cahaya bahkan menyinari awan kosmik di sekeliling bintang induk.
Meskipun merambat secepat cahaya, kilatan cahaya tetap membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk mencapai dan mengekspos awan paling jauh. Fenomena ini
disebut “gema cahaya”, karena mirip gema gelombang suara yang memantul di
dinding tebing.
Bintang merah di pusat gema cahaya tergolong sebagai “erupting
supergiant” yang diberi kode V838 Monocerotis dan terletak sekitar 20.000 tahun
cahaya dari Bumi. Ketika meledak, kecerahan intrinsik bintang mencapai sekitar
600.000 kali lipat kecerahan intrinsik Matahari. Ledakan kemungkinan dipicu
oleh aktivitas ganas bintang yang mengkanibal plane atau bahkan bintang
pengiring. Celah-celah gelap mirip keju Swiss di sekitar bintang induk adalah
rongga hampa di antara debu kosmik.
Biasanya, gema cahaya terjadi di sekitar ledakan dahsyat
supernova, tetapi bintang V838 Mon tidak meledak sebagaimana supernova pada
umumnya. Fenomena kilatan cahaya itu sendiri dianggap fenomena unik dan belum
bisa dijelaskan.
Rangkaian gambar V838 Mon yang diambil selama periode waktu empat
tahun.
Kredit: NASA, ESA dan G. Bacon (STScI)
Geometri gema cahaya.
Kredit: NASA dan G. Bacon (STScI)
- Gema Cahaya Ledakan Nova Bintang V838 Mon
- Cahaya Bintang V838 Mon yang Terus Menggema Tiga Tahun Setelah Meledak
- Update Observasi Gema Cahaya Bintang V838 Monocerotis
XIII. Observasi Mendetail Struktur dan Penyatuan Galaksi
Saat menemukan alam semesta penuh sesak dengan tak terhitung
banyaknya galaksi di luar Bima Sakti, Edwin Hubble mengkategorikan galaksi ke
dalam tiga tipe dasar berdasarkan bentuk: spiral, elips dan tak beraturan.
Seiring waktu, observasi tajam teleskop antariksa yang menyandang nama astronom
legendaris ini, telah mengungkap detail tanpa tanding dari galaksi-galaksi
semacam itu. Hubble menyediakan informasi tentang jalur debu gelap nan kompleks
dan kilau fitur penciptaan bintang.
Mirip topi khas Meksiko, galaksi “Sombrero” atau Messier 104
adalah galaksi dengan orientasi sudut pandang edge-on (tampak samping). Kredit:
NASA dan The Hubble Heritage Team (STScI/AURA)
Para astronom mengklasifikasikan NGC 1300 sebagai galaksi spiral
berbatang karena lengan-lengan galaksi tidak berputar ke tengah, namun
terhubung secara langsung dengan ujung batang nukleus galaksi.
Kredit: NASA,
ESA, The Hubble Heritage Team (STScI/AURA) dan P. Knezek (WIYN)
Selain itu, gambar Hubble jumlah mengungkap sejumlah galaksi yang
berbentuk aneh, semakin jauh Hubble menatap ke masa lalu. Mengingat ukuran alam
semesta yang lebih kecil di masa lalu, ditambah usia galaksi yang saat itu
lebih muda dan cenderung berinteraksi secara gravitasi satu sama lain,
menghasilkan bentuk galaksi yang tak beraturan.
Di antara galaksi-galaksi aneh ini adalah galaksi mirip kecebong
dan penyatuan galaksi yang mirip “tabrakan kereta api”. Rentang waktu interaksi
dahsyat skala galaksi terjadi selama ratusan juta tahun. Oleh karena itu,
gambar Hubble juga menangkap berbagai tahap interaksi antar galaksi.
Pita panjang bintang dan gas yang membentang karena interaksi gaya
gravitasi antar gravitasi di NGC 4676 mirip ekor, sehingga dijuluki “Tikus.”
Kredit: NASA, H. Ford (JHU), G. Illingworth (UCSC/LO), M. Clampin (STScI), G. Hartig
(STScI), Tim ACS Sains dan ESA
Simulasi komputer yang menggambarkan tabrakan antar dua galaksi
yang mirip “Tikus.” Kredit: Josh Barnes (Universitas Hawaii) dan John Hibbard
(National Radio Astronomy Observatory)
“Galaksi Antena” adalah sebuah galaksi spiral yang dihasilkan
melalui penyatuan dua galaksi NGC 4038 dan 4039. Simpul cerah di wilayah rona
biru merupakan kantong masif gugus bintang muda, yang terbentuk karena gejolak
interaksi galaksi.
Kredit: NASA, ESA dan G. Bacon (STScI)
Penyatuan galaksi menghasilkan turbulensi dan pasang surut
gravitasi yang memicu ledakan pembentukan bintang-bintang baru di dalam awan
gas antarbintang. Sekaligus menjadi pratinjau dari takdir pamungkas tabrakan
dahsyat antara galaksi Bima Sakti kita dan Andromeda yang akan terjadi sekitar
4 miliar tahun dari sekarang.
- Galaksi Sombrero (Messier 104) oleh Hubble Heritage Project
- NGC 1300, Prototipe Ideal Galaksi Spiral Berbatang Grand-Design
- Gambar Menakjubkan Alam Semesta dari Instrumen Kamera Terbaru Hubble
- Galaksi Antena
- Galaksi Antena, Sampel Terdekat FenomenaTabrakan Sepasang Galaksi
- Skenario Tabrakan Pamungkas Bima Sakti dan Andromeda
Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Rob Garner
Komentar
Posting Komentar