Langsung ke konten utama

Planet X Hipotesis

planet-x-atau-planet-kesembilan-hipotesis-informasi-astronomi
Ilustrasi planet hipotetis yang mengorbit jauh dari Matahari. Kredit: Caltech/R. Hurt (IPAC)

Tinjauan

Pada bulan Januari 2015, dua orang astronom California Technology (Caltech), Konstantin Batygin dan Mike Brown, telah mengantongi bukti matematis terkait kehadiran “Planet X” hipotesis di wilayah terluar tata surya. Kerap disebut Planet Kesembilan, planet seukuran Neptunus ini diduga mengorbit mengorbit Matahari dalam lintasan orbit yang begitu memanjang jauh di luar Pluto. Planet Kesembilan diprediksi memiliki massa sekitar 10 kali Bumi dan mengorbit sekitar 20 kali lebih jauh daripada orbit Neptunus mengitari Matahari. Dari jarak itu, dibutuhkan waktu 10.000-20.000 tahun bagi Planet Kesembilan untuk menyelesaikan satu kali orbit.

Publikasi hasil penelitian tidak berarti ada planet baru di tata surya kita. Keberadaan Planet X hanya bersifat teoritis dan belum pernah observasi langsung terkait keberadaannya. Prediksi matematis Planet X digagas untuk menjelaskan orbit unik dari beberapa objek berukuran kecil di Sabuk Kuiper. Dan para astronom sekarang berusaha keras untuk mencari planet yang diprediksi oleh para peneliti Caltech.

“Prediksi sebuah planet baru tentunya dianggap menarik bagi para ilmuwan,” kata Direktur Divisi Sains Planet NASA Jim Green. “Namun masih terlalu prematur, sebab hanya prediksi awal berdasarkan pemodelan dari pengamatan yang terbatas. Inilah awal dari sebuah proses yang berpotensi mengarah ke hasil penemuan yang menarik.”

Kapan Ditemukan?

Planet X belum ditemukan dan timbul perdebatan di komunitas ilmiah terkait eksistensinya. Prediksi yang dipublikasikan di Astronomical Journal edisi 20 Januari hanya didasarkan pada pemodelan matematis.

Nama Planet X

Batygin dan Brown memberinya nama Planet Kesembilan, meskipun hak pemberian nama jatuh ke tangan orang yang benar-benar menemukannya. Planet X adalah nama yang selama ini digunakan selama upaya perburuan planet raksasa yang bersembunyi di luar orbit Neptunus.

Jika akhirnya ditemukan, nama yang diajukan harus disetujui oleh Himpunan Astronomi Internasional (IAU). Secara tradisional, planet-planet tata surya menyandang nama para dewa dari mitologi Romawi kuno.

Prediksi Matematis Planet X

Para astronom yang mempelajari Sabuk Kuiper telah memperhatikan beberapa planet katai dan objek-objek berukuran kecil lainnya yang cenderung mengorbit secara bergerombol. Melalui analisis orbit ini, tim ilmuwan Caltech memprediksi kehadiran sebuah planet relatif masif yang bersembunyi jauh di luar orbit Pluto.

Mereka memprediksi gaya gravitasi Planet X adalah penyebab orbit aneh dari objek-objek Sabuk Kuiper.

Langkah Berikutnya

Para astronom, termasuk Batygin dan Brown, akan menggunakan jajaran teleskop terkuat di dunia untuk mencari Planet X di wilayah terluar tata surya. Meskipun sangat redup dan sulit dideteksi, tetapi para astronom berharap Planet X dapat diamati menggunakan jajaran teleskop generasi saat ini.

“Saya ingin sekali menemukannya,” komentar Brown. “Tapi saya juga akan sangat senang jika orang lain yang menemukannya. Itulah sebabnya kami mempublikasikan makalah ilmiah. Kami berharap komunitas ilmuwan terinspirasi dan memulai pencarian.”

“Setiap kali kami memiliki gagasan yang menarik, kami menerapkan aturan Carl Sagan untuk selalu berpikir kritis, meliputi konfirmasi fakta independen, mencari penjelasan alternatif dan mendorong debat ilmiah,” Green menambahkan. “Jika Planet X memang benar-benar ada di luar sana, kita tentu akan menemukannya. Jika tidak, kita harus menentukan penjelasan alternatif untuk data yang telah kami peroleh sejauh ini.”


apakah-planet-kesembilan-nyata-planet-x-hipotesis
Kredit: ESO/Tom Ruen/Nagualdesign

1,5 tahun setelah pertama kali digagas, para astronom masih terus berdebat apakah Planet Kesembilan benar-benar eksis.

Saat pertama kali menggagas tentang eksistensi sebuah planet masif yang bersembunyi di wilayah terluar tata surya, Mike Brown yakin seseorang akan membuktikan hipotesisnya salah. “Planet Kesembilan”, nama yang disematkan kepada sebuah dunia hipotetis, adalah penjelasan untuk pergerakan menyimpang setengah lusin objek planetoid yang terletak lebih jauh dan berukuran lebih kecil daripada Pluto. Secara teori, planet yang belum ditemukan ini memengaruhi orbit mereka. Tapi, para astronom tentunya akan dengan cepat menemukan penjelasan yang lebih logis daripada gagasan Planet Kesembilan.

“Mengejutkan, 1,5 tahun telah berlalu dan belum ada yang menyanggah,” ungkap astronom Mike Brown dari California Institute of Technology. “Ada begitu banyak klaim tentang planet selama 170 tahun terakhir dan mereka selalu salah. Tapi saat ini saya adalah orang yang sangat meyakininya.”


Planet Kesembilan dihipotesiskan sebagai anggota tata surya pada bulan Januari 2016. Para astronom belum membuktikan keberadaannya, namun banyak sekali spekulasi yang beredar. Sebuah studi awal tahun ini, misalnya, mengusulkan Planet Kesembilan barangkali adalah "planet pengembara" yang bergerak bebas dan tidak terikat dengan bintang tertentu di masa lalu, yang akhirnya dirampas oleh tata surya melalui tarikan gravitasi Matahari.

Salah satu cara untuk mencari objek yang sulit dipahami ini adalah dengan benar-benar melihat efek gaya gravitasi terhadap objek lain. Neptunus, menurut laporan tersebut, ditemukan dengan cara ini. Namun, melihat tarikan gravitasi dari dunia jauh terbukti sangat sulit, selain karena jaraknya jauh, pengaruh gravitasinya juga jauh lebih lemah.

Survei wilayah terluar tata surya terbaru juga menunjukkan bahwa pengelompokan Trans-Neptunian Objects (TNO) terjauh, juga menawarkan bukti eksistensi planet Bumi Super, berpotensi bias dalam deteksi, dan distribusi TNO sendiri tidak mendukung eksistensi Planet 9. TNO adalah planet-planet katai Tata Surya yang mengorbit Matahari pada jarak sekitar 30 AU.

Namun, pencarian objek-objek jauh tata surya belum berakhir. Meskipun tidak ada Bumi super, mungkin ada yang ukurannya lebih kecil dalam wujud Planet Kesepuluh hipotesis. Para astronom berharap The Large Synoptic Survey Telescope (LLST) yang saat ini dibangun di Chili, akan membantu menjelajahi wilayah terluar tata surya. LLST adalah teleskop survei bidang langit luas dengan cermin utama 8,4 meter yang menghasilkan gambar lebih tajam dalam resolusi tinggi dan akan memotret seluruh langit setiap beberapa malam sekali.


Planet kesembilan mungkin hanya bermain petak umpet dan kita yang kesulitan menemukannya. 

Tambahan bukti bagi eksistensi sebuah planet masif hipotesis di wilayah terluar tata surya semakin meningkat. Penemuan terbaru sebuah planet katai 2015 TG387 (Goblin) dengan orbit sangat elips, diduga terpengaruh oleh gaya gravitasi sebuah planet berukuran masif yang bersembunyi di kegelapan, sebagaimana orbit lebih dari selusin objek jauh lain, semakin memperkuat hipotesis.

“Planet kesembilan adalah satu-satunya penjelasan logis untuk semua fenomena yang kami amati,” ungkap astrofisikawan Konstantin Batygin dari Institut Teknologi California (Caltech) di Pasadena.

Sulit memprediksi kapan Planet Kesembilan akhirnya ditemukan, karena para astronom tidak mengetahui massa, skala kecerahan, lintasan orbit, atau bahkan keberadaannya sama sekali. Namun, Batygin memprediksi Teleskop Subaru mampu mengungkapnya, mengingat Subaru menggabungkan bidang pandang yang luas dan tingkat resolusi tinggi. Kunci penemuan terletak pada bidang pandang yang luas. Beberapa instrumen, seperti Teleskop Antariksa Hubble NASA, mungkin lebih tajam untuk melihat Planet Kesembilan, tetapi bidang pandangnya sempit sehingga menyulitkan perburuan.

Sekadar informasi, setelah IAU mengeluarkan Pluto dari daftar planet, sejauh ini tata surya diketahui memiliki delapan planet utama, meliputi Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Sedangkan Pluto dimasukkan ke dalam kelas planet katai bersama Ceres, Makemake, Haumea dan Eris.

Bukti terkuat keberadaan planet utama kesembilan adalah sebuah gaya gravitasi “pertuber” yang mengakibatkan terjadinya anomali terhadap pergerakan orbit objek-objek jauh tata surya. Sulit memprediksi kapan planet kesembilan akhirnya ditemukan, karena para astronom tidak secara tepat mengetahui massa, tingkat kecerahan dan lintasan orbit, atau bahkan keberadaannya sama sekali.

Jika, planet kesembilan tidak dapat ditemukan oleh Subaru, maka para astronom tidak akan putus asa. Bantuan akan segera tiba dalam bentuk instrumen-instrumen baru yang lebih kuat, seperti Large Synoptic Survey Telescope (LSST), yang dijadwalkan akan segera online di Chilean Andes sekitar tahun 2020-an. Meskipun gagal dalam lima tahun ke depan atau lebih, maka LSST dipastikan akan mampu menemukan Planet Kesembilan.


mengapa-lebih-mudah-menemukan-eksoplanet-daripada-planet-kesembilan-planet-x-hipotesis

Kami memiliki cukup banyak pertanyan selama beberapa hari terakhir: Mengapa kita dapat menemukan eksoplanet yang terletak bertahun-tahun cahaya jauhnya, tapi tidak dapat menemukan planet kesembilan atau planet kesepuluh di tata surya kita sendiri?

Planet di luar tata surya, atau eksoplanet, relatif mudah ditemukan karena kita dapat melihat efek orbitnya terhadap bintang induk. Para astronomi memiliki sejumlah metode untuk menemukan eksoplanet dan hampir semuanya terkait dengan metode transit, kecepatan radial dan pelensaan mikro gravitasi.

Tapi, menemukan planet di tata surya kita sendiri akan sedikit lebih rumit. Kita tidak bisa menerapkan metode di atas untuk menemukan planet kesembilan.

Jika planet kesembilan memang ada di luar sana, kemungkinan besar kita akan menemukan mereka. Diperkirakan ada lebih banyak lagi benda-benda langit seukuran planet katai yang bersembunyi di wilayah terluar tata surya. Menemukan mereka juga akan sama rumitnya.

Mencari eksoplanet justru lebih mudah. Layaknya melihat seseorang dalam siluet jendela yang lebih mudah dilakukan daripada melihat seseorang yang berada sangat dekat di bawah kondisi gelap gulita. Dengan demikian, lebih mudah menemukan ribuan eksoplanet daripada menemukan objek-objek yang relatif kecil di wilayah terluar tata surya.


planet-kesembilan-bukan-eksoplanet-curian-planet-x-hipotesis
Kredit: NASA

Ilmuwan Dimitri Veras dari Universitas Warwick di Inggris, menjelaskan bahwa Planet Kesembilan bukanlah eksoplanet yang dibajak Matahari. Penjelasan alternatif yang lebih masuk akal adalah ia terbentuk di dekat Matahari, namun didorong keluar dari waktu ke waktu.

"Planet Kesembilan mungkin terbentuk di dekat Matahari sebagaimana planet-planet lainnya. Kemudian, interaksi gravitasi tata surya muda dapat melemparkan Planet Kesembilan ke wilayah terluar tata surya ke orbit yang stabil," katanya. "Selama beberapa miliar tahun berikutnya, orbit akan sedikit terganggu oleh bintang-bintang yang melintas di dekat tata surya, tapi tidak cukup untuk membuatnya terpencar dari sistem atau masuk agak ke dalam mendekati planet-planet gas raksasa."

Ilmuwan tidak bisa memastikan eksistensi planet kesembilan jika tidak mendeteksinya. Memang para ilmuwan tak pernah berhenti mengamati langit, meskipun sejauh ini tidak menemukan apa-apa.

"Jika lebih banyak KBO yang diketahui memiliki pengelompokan elemen orbital, maka hipotesis planet kesembilan akan semakin kuat, meskipun hanya meningkatkan batasan wilayah untuk menemukan lokasi pasti planet kesembilan," ujar Veras. "Misteri ini hanya bisa dipecahkan jika kita menemukan planet kesembilan, karena kemampuan deteksi kita untuk objek jauh semacam itu terbatas. Jika objek cukup kecil, cukup gelap dan cukup jauh, maka kita belum bisa menemukannya dengan teknologi saat ini, dan yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah menunggu."



Planet Kesembilan tak bisa terus bersembunyi dan studi terbaru telah mempersempit jangkauan lokasi di mana ia mungkin berada. Pada tahun 2016, Brown dan Batygin menggambarkan tiga bukti pertama observasi untuk Planet Kesembilan. Termasuk enam objek Sabuk Kuiper ekstrem yang mengikuti jalur orbit sangat elips, sebagai indikasi mekanisme tak terlihat yang memengaruhi orbit mereka. Bukti kedua adalah inklinasi orbit mereka sekitar 30° "ke bawah" bidang Sabuk Kuiper.

Adapun petunjuk ketiga diperoleh melalui simulasi komputer yang mencakup Planet Kesembilan sebagai bagian tata surya. Berdasarkan simulasi ini, ada lebih banyak objek yang orbitnya miring sekitar 90 derajat dari bidang tata surya. Berkat simulasi, Brown dan Batygin berhasil menemukan lima objek semacam itu yang sesuai dengan pola orbital dan memprediksi ada lebih banyak lagi objek dengan pola orbital serupa.

Planet Kesembilan, kami tahu engkau ada di luar sana dan kami akan segera menemukanmu! Kalau engkau memang tidak eksis, yah, abaikan pesan ini!


apakah-nibiru-nyata-planet-x-hipotesis
Foto: Getty Images

Akhir dunia adalah akhir peradaban, setidaknya demikianlah yang dikhawatirkan oleh beberapa pihak. Tapi seperti yang sudah-sudah, penopang ilmiah untuk argumen mereka tidak pernah ada. Konspirasi hari kiamat mengklaim bahwa planet fiktif Nibiru, yang juga disebut "Planet X," akan menabrak Bumi pada hari Sabtu tanggal 23 September 2017 dan menghancurkan dunia.

Permasalahan utama dalam argumen yang diajukan oleh para penganut teori konspirasi adalah planet Nibiru tidak eksis. Kebohongan tersebut telah dibongkar oleh NASA pada tahun 2012, setelah publik merasa takut dunia akan berakhir pada tanggal 21 Desember 2012. Peradaban Maya diduga meramalkan tanggal tersebut sebagai Armageddon. Sehari setelahnya NASA merilis Question and Ask tentang mengapa dunia tidak berakhir.

Penjelasan utamanya adalah karena memang planet Nibiru tidak nyata dan akhir penanggalan dalam kalender Maya tidak berarti akhir dunia.

"Nibiru dan cerita lainnya tentang planet pengembara adalah hoax atau tipuan Internet. Tidak ada dasar faktual untuk klaim ini. Jika Nibiru atau Planet X memang nyata dan berada dalam orbit berpapasan dengan Bumi pada tahun 2012, para astronom dapat melacaknya setidaknya dalam satu dekade terakhir, dan tentunya sekarang akan terlihat dengan mata telanjang. Sangat jelas, planet Nibiru tidak ada. Kalau Eris, memang nyata dan ada. Namun Eris hanyalah sebuah planet katai mirip Pluto yang akan tetap berada di wilayah terluar tata surya, jarak terdekatnya dengan planet Bumi saat mengorbit Matahari adalah sekitar 4 miliar mil," tulis NASA.

"Cerita dimulai dengan sebuah klaim bahwa Nibiru, planet yang diprediksi oleh bangsa Sumeria, menuju ke Bumi," NASA menjelaskan. "Bencana ini awalnya diprediksi pada bulan Mei 2003, namun saat tidak terjadi fenomena apapun, tanggal kiamat dipindahkan ke bulan Desember 2012 dan terkait dengan akhir dari salah satu siklus kalender Maya kuno saat titik balik Matahari pada musim dingin tahun 2012, maka perkiraan tanggal kiamat dibuat pada tanggal 21 Desember 2012."


planet-kesembilan-atau--planet-x-hipotesis
Igor ZH/Shutterstock

David Morrison adalah seorang astronom NASA yang mempelajari planet-planet nyata dan menghasilkan penemuan-penemuan nyata tentang alam semesta nyata.

Sayangnya Morrison juga dibebani tugas untuk menyanggah teori-teori yang dimunculkan berulang-kali di internet, bahwa sebuah planet palsu akan menghancurkan Bumi, yang seharusnya terjadi pada tahun 2003, kemudian tahun 2012, lalu pada tanggal 23 September 2017, kemudian pada bulan Oktober 2017, dan sekarang dunia diramalkan berakhir lagi dalam waktu beberapa minggu

Morrison merasa semua teori kehancuran Bumi telah kelewat batas.

“Anda bertanya kepada saya untuk mendapatkan penjelasan logis tentang gagasan yang sama sekali tidak masuk akal,” kata Morrison saat acara podcast yang digelar oleh SETI Institute minggu ini, setelah tuan rumah meminta pendapatnya tentang teori jadwal ketiga hari kiamat dalam tiga bulan terakhir.

“Tidak ada planet seperti yang disebutkan dalam teori-teori tersebut, tidak pernah ada dan mungkin tidak akan pernah ada, tapi terus dimunculkan berulang-ulang.

Kita bisa mengerti rasa frustrasi Morrison. Berdasarkan kajian pseudosains (ilmu semu yang tidak mengikuti metode ilmiah) yang dirasa cukup untuk menangkap imajinasi populer di masyarakat, teori mengklaim tentang eksistensi sebuah planet (atau “bintang hitam”) yang disebut Nibiru (atau Planet X) yang mengorbit di wilayah terluar tata surya kita.

Berada cukup jauh di luar sana sehingga tidak ada yang bisa membuktikan kehadirannya, dan tentu saja berdasarkan klaim, juga kebetulan berada di jalur orbit yang akan mengantarkannya dengan segera ke arah Bumi, entah untuk menghancurkan kita atau cukup dekat untuk menyebabkan kiamat yang diakibatkan oleh gaya pasang surut gravitasi.


goblin-2015tg387-kandidat-planet-katai-mendukung-bukti-planet-kesembilan-planet-x-hipotesis
Kredit: Roberto Molar Candanosa dan Scott Sheppard/Institut Sains Carnegie

Jauh melampaui orbit delapan planet utama tata surya, para astronom telah menemukan sebuah planet katai baru yang dijuluki ‘Goblin’. Dunia berukuran kecil dengan nama resmi 2015 TG387 ini menyusuri jalur orbit sunyi dari wilayah terluar tata surya. Kabar menggembirakan dari penemuan Goblin adalah pergerakannya yang sesuai dengan prediksi ‘Planet X’ hipotesis yang bersembunyi di pinggiran tata surya. Para astronom berharap Goblin dapat membantu mengungkap eksistensi Planet X.

Berdasarkan pengukuran awal, diameter Goblin sekitar 305 km. Sebagai perbandingan, diameter Pluto sekitar 2.400 km. Goblin adalah satu dari segelintir objek yang lintasan elips orbitnya tidak pernah lebih dekat daripada jarak Neptunus-Matahari. Hanya ada dua objek, 2012 VP113 dan 90377 Sedna, yang perihelion (titik orbit paling dekat dengan Matahari) lebih jauh daripada perihelion Goblin, namun titik orbit terjauh Goblin melampaui mereka.

Jarak maksimum planet katai Goblin diperkirakan mencapai sekitar 2.300 AU, dua kali lipat lebih jauh daripada Sedna. 1 AU adalah jarak Bumi-Matahari, jadi jarak maksimum Goblin 2.300 kali lebih jauh daripada jarak Bumi-Matahari. 

Nama alias 2015 TG378 adalah ‘The Goblin’, kepanjangan dari huruf TG, dan juga karena ditemukan menjelang perayaan Halloween, kata tim astronom. Penemuan Goblin sekaligus memperkuat gagasan ada lebih banyak objek serupa yang bersembunyi di pinggiran tata surya.

Sampai sekarang kita hanya memiliki sedikit informasi tentang “Trans-Neptunian Object (TNO)”, benda langit yang berada di luar orbit Neptunus. lintasan orbit TNO terlihat diatur sedemikian rupa, mengindikasikan eksistensi planet besar lain yang menarik mereka untuk sejajar. Disebut “Planet X” atau “Planet Kesembilan”, planet hipotesis ini belum berhasil ditemukan dengan cara sebagaimana Goblin ditemukan. 


2018-vg18-farout-planet-x-hipotesis
Kredit gambar: Roberto Molar Candanosa dan Scott S. Sheppard/Insitut Sains Carnegie

Para astronom telah menemukan kandidat planet katai terjauh tata surya yang pernah diamati, terletak pada jarak melampaui 100 kali jarak Bumi-Matahari.

Dipublikasikan pada hari Senin tanggal 17 Desember 2018 oleh Minor Planet Center Himpunan Astronomi Internasional (IAU), objek ini untuk sementara diberi nama 2018 VG18. Satu tim astronom yang menemukannya adalah Scotteg Shepard dari Institut Sains Carnegie, David Tholen dari Universitas Hawaii dan Chad Trujillo dari Universitas Arizona Utara.

Dilansir dari situs carnegiescience, “Farout” adalah nama alias 2018 VG18 yang diberikan oleh para penemunya karena memang terletak begitu jauh, sekitar 120 AU. (1 AU adalah jarak Bumi-Matahari, sekitar 150 juta kilometer). 2018 VG18 mengorbit lebih jauh daripada planet katai Eris yang terletak sekitar 96 AU. Sebagai perbandingan, Pluto mengorbit Matahari dari jarak sekitar 34 AU, berarti 2018 VG18 terletak 3,5 kali lebih jauh daripada planet katai tata surya yang paling populer.

2018 VG18 ditemukan sebagai bagian dari upaya pencarian intensif untuk menemukan objek-objek terjauh tata surya, termasuk Planet X hipotesis yang kerap disebut “Planet Kesembilan”. Pada bulan Oktober lalu, tim astronom yang sama juga telah mengumumkan penemuan kandidat planet katai terjauh lainnya, 2015 TG387 alias “The Goblin”, karena pertama kali terlihat menjelang perayaan Halloween.

Goblin terletak sekitar 80 AU dan memiliki lintasan orbit yang mungkin terpengaruh oleh gaya gravitasi Planet X hipotesis, yang tergolong sebagai planet Bumi-super di wilayah terluar tata surya dan belum pernah ditemukan. Eksistensi Planet Kesembilan di pinggir tata surya juga diumumkan oleh tim astronom yang sama pada tahun 2014, setelah mereka menemukan 2012 VP113 alias Biden yang terletak sekitar 84 AU.

2015 TG387 dan 2012 VP113 tidak pernah cukup dekat dengan planet-planet raksasa tata surya, seperti Neptunus dan Jupiter, untuk saling berinteraksi secara gravitasi. Kedua objek terjauh tata surya ini dapat menyediakan petunjuk tentang apa yang terjadi di wilayah terluar tata surya. Tim belum mengetahui lintasan orbit 2018 VG18 secara akurat, sehingga belum dapat menentukan apakah ia terpengaruh oleh gaya gravitasi Planet X.

“Lokasi 2018 VG18 lebih jauh dan bergerak lebih lambat daripada objek tata surya lainnya yang pernah diamati, sehingga membutuhkan waktu beberapa tahun untuk menentukan lintasan orbitnya secara akurat,” Sheppard menjelaskan. “Tapi 2018 VG18 berada di lokasi yang sama dengan objek-objek ekstrem tata surya lainnya, menunjukkan kemungkinan jenis orbit serupa sebagaimana ditunjukkan oleh objek-objek jauh berukuran kecil di tata surya, sekaligus dapat menjadi katalis bagi kehadiran sebuah planet besar tersembunyi yang menggembalakan mereka melalui gaya gravitasi.”

#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia