Kredit: Massachusetts Institute of
Technology (MIT)
Transiting Exoplanet Survey Satellite
(TESS) adalah misi terbaru NASA untuk mencari
planet di luar tata surya (eksoplanet), termasuk yang berpotensi memiliki
kondisi ideal untuk menopang kehidupan. Misi TESS akan difokuskan pada deteksi
eksoplanet yang menghalangi sebagian kecil cahaya bintang induk secara
periodik, sebuah fenomena yang disebut transit. TESS akan menggelar survei
terhadap 200.000 bintang paling terang terdekat demi transit eksoplanet. TESS
telah diluncurkan pada tanggal 18 April 2018 menggunakan roket SpaceX
Falcon 9.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA
TESS telah memulai upaya pencarian planet yang mengorbit bintang
terdekat, yang secara resmi menandai dimulainya operasi sains pada tanggal 25
Juli 2018. TESS diharapkan mengirim serangkaian data sains pertama ke Bumi pada
bulan Agustus. Setelah itu, TESS akan mengirim data secara berkala setiap 13,5
hari sekali saat melakukan lintasan orbit terdekat dengan Bumi. Tim misi sains
TESS akan mulai menganalisis data untuk menemukan planet segera setelah
serangkaian data pertama tiba.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA
Teleskop pemburu eksoplanet terbaru besutan NASA terus bekerja keras untuk
mengumpulkan rangkaian data pertamanya. Lalu, berapa jumlah eksoplanet yang
akan ditemukan oleh TESS?
Menurut tim ilmuwan di balik misi TESS, selama dua tahun durasi misi, TESS
seharusnya dapat mengidentifikasi sekitar 10.000 eksoplanet. Sekitar 3.500 di
antaranya, diprediksi adalah planet yang berukuran lebih kecil daripada
Neptunus yang menjadi fokus utama misi. Jika TESS dapat beroperasi lebih lama
dari jadwal yang telah direncanakan saat ini, tentunya perkiraan angka akan
bertambah.
Kredit: NASA
TESS akan mempelajari lebih dari 200.000 bintang terdekat untuk
mengidentifikasi planet yang mengorbit mereka. Setelah diidentifikasi oleh
TESS, observatorium lain akan mempelajarinya secara lebih mendetail dalam studi
tindak lanjut, menurut anggota tim misi TESS.
Jika berjalan lancar sesuai rencana, satelit berbobot 318 kilogram
ini akan ditempatkan di orbit yang sangat elips, sembari mengorbit Bumi setiap
13,7 hari sekali dengan jarak terdekat 108.000 kilometer dan jarak terjauh
373.000 km. Meskipun belum pernah diterapkan ke pesawat antariksa manapun,
lintasan orbit elips cenderung stabil, sehingga memungkinkan TESS untuk tetap
berada di orbit selama puluhan tahun tanpa perlu menyalakan mesin, kata pejabat
misi.
Kredit gambar: Lynette Cook
Misi pencarian eksoplanet NASA berikutnya akan mendeteksi lusinan
sistem planet sirkumbiner seperti Tatooine yang mengorbit dua bintang
sekaligus, kata para astronom.
Sistem bintang biner gerhana adalah satu dari beberapa jenis
variabel bintang. Mereka memang hanya terlihat sebagai satu titik cahaya, namun
berdasarkan variasi kecerahan dan pengamatan spektroskopinya, para astronom
dapat memastikan bahwa satu titik cahaya tersebut adalah dua bintang yang
saling mengorbit dari jarak dekat.
TESS diharapkan mampu mendeteksi sistem sirkumbiner nyata, bukan
sekadar planet fiktif Tatooine dalam film original “Star Wars”.
Pertama-tama, TESS akan mencari gerhana di sistem biner yang saling mengorbit
dalam jarak dekat, untuk kemudian mendeteksi penurunan skala kecerahan cahaya
yang disebabkan oleh planet yang melintas di depan kedua bintang induk.
Kredit gambar: Massachusetts Institute of Technology/Pusat
Penerbangan Antariksa Goddard NASA
Sebelum secara resmi memulai operasi sains pada tanggal 25 Juli 2018, TESS telah
mengirim serangkaian gambar pergerakan sebuah komet. Diambil selama 17 jam pada
tanggal 25 Juli, gambar komet membantu menunjukkan kemampuan TESS untuk
mengumpulkan rangkaian gambar stabil secara berkala yang mencakup wilayah
langit luas. Inilah faktor terpenting untuk menemukan planet yang mengorbit
bintang-bintang terdekat melalui metode transit.
Selama uji coba ini, TESS membidik C/2018 N1, sebuah komet yang ditemukan
oleh satelit Near-Earth Object Wide-field Infrared Survey Explorer (NEOWISE)
pada tanggal 29 Juni. Komet C/2018 N1 terletak sekitar 48 juta kilometer dari
Bumi ke arah rasi Piscis Austrinus dan bisa diamati melintas dari kanan ke kiri
pada gambar saat mengorbit Matahari. Ekor komet, gas yang terlepas dari komet
karena terpapar radiasi intens Matahari, memanjang hingga ke atas gambar dan
secara bertahap berotasi saat komet meluncur melintasi bidang pandang TESS.
Kredit: NASA/MIT/TESS
TESS telah menemukan tiga eksoplanet, atau planet di luar tata surya,
selama tiga bulan pertama masa observasi. Keempat kamera sensitif TESS juga
menangkap 100 fenomena kosmik singkat, sebagian besar merupakan letusan
bintang, di satu wilayah langit. Termasuk enam ledakan supernova yang turut
direkam TESS, bahkan sebelum ditemukan oleh jajaran teleskop berbasis darat.
Penemuan terbaru sekaligus mengindikasikan pencapaian prestasi TESS yang
sesuai ekspektasi, yaitu menemukan planet yang mengorbit bintang induk terang.
Menggunakan jajaran teleskop berbasis darat, para astronom sekarang menggelar
observasi tindak lanjut terhadap lebih dari 280 kandidat eksoplanet yang
ditemukan TESS.
Kredit: Robin Dienel/Institut Sains Carnegie
TESS akhirnya menemukan eksoplanet seukuran Bumi pertamanya. Diberi kode HD
21749c, diameter planet sekitar 89% Bumi dan mengorbit bintang induk HD 21749
tipe K dengan massa sekitar 70% Matahari. Terletak 53 tahun cahaya dari Bumi di
rasi selatan Reticulum, HD 21749c adalah planet kedua yang diidentifikasi TESS
di dalam sistem.
Menilik ukurannya, HD 21749c dianggap sebagai planet terestrial (berbatu)
dan mengorbit bintang induk dari jarak sangat dekat. Menyelesaikan orbit hanya
dalam waktu sekitar delapan hari, HD 21749c mungkin sangat panas, dengan suhu
permukaan mencapai 800 derajat F (427 derajat C). HD 21749c adalah planet ke-10
yang ditemukan TESS, sementara ratusan kandidat planet lainnya sedang
dipelajari.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA
TESS berhasil
menemukan planet seukuran Bumi pertama di zona layak huni bintang induk,
rentang jarak ideal yang berpotensi menopang air cair di permukaan planet. Para
astronom telah mengkonfirmasi eksoplanet TOI 700 d menggunakan Teleskop
Antariksa Spitzer NASA dan membuat model lingkungan potensial di sekitar planet
untuk membantu menyediakan informasi bagi observasi masa depan.
TOI 700 d
adalah satu dari segelintir planet seukuran Bumi yang ditemukan mengorbit
bintang induk dari zona layak huni, termasuk beberapa planet di sistem
TRAPPIST-1 dan dunia-dunia lain yang ditemukan oleh Teleskop Antariksa Kepler
NASA.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Chris Smith
Para peneliti yang menganalisis data dari TESS telah menemukan planet
sirkumbiner pertama misi TESS. Diberi kode TOI 1338 b, planet sirkumbiner yang
mengorbit dua bintang sekaligus ini sekitar 6,9 kali lebih besar daripada Bumi
atau di antara rentang ukuran Neptunus dan Saturnus. TOI 1338 b terletak 1.300
tahun cahaya dari Bumi di rasi Pictor. Karena saling mengorbit, kedua bintang
selalu menghasilkan gerhana biner yang terjadi ketika salah satu dari mereka
menyelesaikan satu kali orbit dari sudut pandang kita.
Bintang utama sekitar 10% lebih masif daripada Matahari kita, sementara
bintang kedua lebih dingin dan redup, hanya sepertiga massa Matahari. Transit
TOI 1338 b terjadi secara tidak teratur, setiap 93-95 hari sekali, dengan jarak
dan durasi yang berbeda-beda mengingat pergerakan orbit kedua bintang induknya.
TESS hanya melihatnya transit di depan bintang utama, karena transit bintang kedua
yang terlalu redup lebih sulit dideteksi. Meskipun akan mengorbit dengan stabil
setidaknya untuk 10 juta tahun ke depan, namun sudut orbitnya menurut orientasi
kita selalu berubah, sehingga transit TOI 1338 b hanya bisa dideteksi hingga
bulan November 2003 dan baru bisa deteksi kembali delapan tahun kemudian.
Kredit:
Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Chris Smith (USRA)
Para astronom yang menganalisis arsip data TESS NASA, telah
mengungkap bagaimana Alpha Draconis, bintang yang bisa dilihat dengan mata
telanjang dan telah dipelajari sejak dulu bersama bintang pengiringnya yang
lebih redup, secara teratur saling menutupi satu sama lain, fenomena yang
disebut gerhana biner. Meskipun para astronom telah mengetahui kedua bintang
ini membentuk sistem biner (ganda), gerhana biner terjadi dengan beberapa
kejutan yang menarik.
Sistem ini memegang peringkat teratas sebagai biner gerhana paling terang
yang pernah ditemukan. Kedua bintang berinteraksi secara gravitasi dan dianggap
penting karena para astronom telah mengantongi massa dan ukuran mereka dengan
sangat akurat.
Alpha Draconis (Thuban) terletak sekitar 270 tahun cahaya di rasi utara
Draco. Meskipun menyandang nama “alpha,” Thuban justru bintang paling terang
keempat di rasi Draco. Popularitas Thuban diperoleh dari peran historis yang
dimainkannya sekitar 4.700 tahun yang lalu pada saat piramida pertama dibangun
di Mesir.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Chris Smith
(USRA)
Pengukuran dari TESS NASA telah menyediakan wawasan baru tentang
lingkungan kosmik aneh KELT-9 b, salah satu planet terpanas yang pernah
ditemukan. Terletak sekitar 670 tahun cahaya di rasi Cygnus, KELT-9 b ditemukan pada
tahun 2017 melalui metode transit, saat planet melintas di depan bintang induk
dari sudut pandang kita. Transit teratur menyebabkan penurunan skala kecerahan
cahaya bintang induk. Transit KELT-9 b pertama kali diamati oleh survei transit
KELT, sebuah proyek yang mengumpulkan data observasi dari dua teleskop robotik
di Arizona dan Afrika Selatan.
KELT-9 b adalah planet raksasa gas sekitar 1,8 kali lebih besar dan 2,9
kali lebih masif daripada Jupiter. Penguncian pasang surut menyebabkan hanya
satu sisi planet yang menghadap bintang induk secara permanen. KELT-9 b
mengayun di lintasan orbit dengan durasi hanya 36 jam yang membawanya hampir
tepat di atas kedua kutub bintang.
KELT-9 b terpapar radiasi bintang induk sekitar 44.000 kali lebih besar
daripada radiasi yang diterima Bumi dari Matahari, menghasilkan suhu di sisi
siang hari planet sekitar 7.800 derajat Fahrenheit (4.300 derajat Celsius),
bahkan lebih panas daripada beberapa bintang. Suhu yang sangat panas
menyebabkan atmosfer planet mengalir ke luar angkasa.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA
TESS telah menemukan sebuah eksoplanet (planet di luar tata surya) dalam
rentang ukuran Mars dan Bumi, yang mengorbit sebuah bintang relatif terang dan
dingin. Planet baru yang diberi kode L 98-59b adalah planet terkecil yang
ditemukan oleh TESS hingga saat ini.
Dua planet lain juga ditemukan mengorbit bintang yang sama. Meskipun ketiga
ukuran planet telah diketahui, dibutuhkan studi tindak lanjut untuk menentukan
komposisi lapisan atmosfernya. Selain meningkatkan peluang untuk studi tindak lanjut,
penemuan L 98-59 juga meningkatkan jumlah penemuan eksoplanet seukuran Bumi.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Scott Wiessinger
TESS telah menemukan tiga dunia baru yang mengorbit bintang
terdekat. Ukuran salah satu planet sedikit lebih besar daripada Bumi, sedangkan
dua planet lainnya adalah tipe planet yang tidak ditemukan di tata surya kita.
Ketiga planet baru ini seolah menentang celah terkait ukuran planet dan
diprioritaskan sebagai salah satu target studi masa depan.
Planet terdalam, TOI 270 b, diduga adalah sebuah planet berbatu sekitar 25%
lebih besar daripada Bumi. TOI 270 b mengorbit bintang setiap 3,4 hari dari
jarak sekitar 13 kali lebih dekat dari orbit Merkurius mengitari Matahari.
Berdasarkan studi statistik dari ukuran eksoplanet yang setara, para peneliti
memperkirakan massa TOI 270 b sekitar 1,9 kali lebih besar daripada Bumi.
Karena terlalu dekat dengan bintang induk, suhu TOI 270 b bagaikan di dalam
oven. Suhu kesetimbangan, yaitu suhu hanya berdasarkan energi yang diterima
dari bintang induk dengan mengabaikan efek pemanasan tambahan dari atmosfer
adalah sekitar 254 derajat Celsius.
Dua planet lainnya, TOI 270 c dan d, masing-masing, 2,4 dan 2,1 kali lebih
besar daripada Bumi dan mengorbit bintang induk setiap 5,7 dan 11,4 hari.
Meskipun hanya sekitar setengah ukuran Neptunus, kedua planet ini mungkin mirip
Neptunus di tata surya kita karena komposisinya didominasi oleh gas, bukannya
batu. Massa mereka diperkirakan sekitar 7 dan 5 kali massa Bumi.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Chris Smith
Sebuah planet panas yang ditemukan oleh TESS, telah membuka jalan
penemuan planet-planet tambahan yang mengorbit bintang induk GJ 357, bahkan
salah satunya terletak di zona layak huni. Jika komposisi utamanya adalah
berbatu, planet tersebut mungkin sekitar dua kali ukuran Bumi.
Dunia-dunia baru ini mengorbit GJ 357, sebuah bintang katai merah
tipe M yang hanya sekitar 33% massa dan 40% ukuran dan lebih dingin daripada
Matahari kita. Sistem GJ 357 terletak 31 tahun cahaya dari Bumi di rasi Hydra.
Pada bulan Februari, kamera TESS mendeteksi penurunan skala kecerahan cahaya
bintang setiap 3,9 hari yang mengungkap kehadiran sebuah eksoplanet melalui
metode transit.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA
Untuk
pertama kalinya, TESS menyaksikan lubang hitam yang mengoyak bintang dalam
fenomena bencana dahsyat yang disebut gangguan pasang surut gravitasi.
Observasi tindak lanjut oleh Observatorium Neil Gehrels Swift NASA dan
fasilitas-fasilitas penelitian lainnya telah memberikan pemandangan paling
mendetail dari awal fenomena penghancur bintang ini.
“Data TESS
memungkinkan kami untuk menyaksikan kehancuran skala kosmik yang diberi kode
ASASSN-19bt, tepat pada saat awal fenomena berlangsung,” ungkap Thomas Holoien,
seorang kolega Observatorium Carneige di Pasadena California. “Karena kami
dengan cepat mengidentifikasi gangguan pasang surut menggunakan All-Sky
Automated Survey for Supernovae (ASAS-SN) berbasis darat, kami bisa
segera melakukan observasi tindak lanjut dalam berbagai panjang gelombang sejak
beberapa hari pertama. Data awal sangat membantu pemodelan fisika dari ledakan
kosmik ini.”
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Chris Smith
(USRA)
Selama lebih dari satu dekade, para astronom berupaya untuk
mengungkap planet yang mengorbit AU Microscopii, bintang terdekat yang masih
dikelilingi oleh puing-puing material yang tersisa dari proses pembentukan AU
Microscopii. Sekarang, satu tim astronom yang menganalisis arsip data dari TESS
dan Teleskop Antariksa Spitzer NASA, telah melaporkan penemuan sebuah planet
seukuran Neptunus yang mengorbit bintang muda AU Microscopii dari jarak dekat.
Disingkat AU Mic, sistem ini menyediakan laboratorium unik untuk
mempelajari bagaimana planet dan lapisan atmosfernya terbentuk, berevolusi dan
berinteraksi dengan bintang induk.
Kredit: NASA/Farnham dkk.
Menggunakan data yang dikumpulkan oleh TESS, para astronom di
Universitas Maryland (UMD), berhasil mengolah rangkaian gambar lengkap dalam
resolusi tinggi dari peristiwa emisi letusan debu, es dan gas komet
46P/Wirtanen yang berada di titik terdekat dari Matahari pada akhir 2018.
Inilah studi terperinci yang mempelajari saat letusan komet dan setelah letusan
menghilang.
Aktivitas komet biasanya digerakkan oleh paparan sinar Matahari
yang menguapkan es permukaan di dekat inti komet, dan molekul gas yang
dilepaskan komet menarik debu dari inti sehingga membentuk koma. Namun, ada
banyak komet yang diketahui sesekali mengalami letusan spontan, yang secara
signifikan meningkatkan aktivitas komet untuk sementara. Belum diketahui apa
penyebab letusan, tetapi diduga terkait erat dengan kondisi di permukaan komet.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Ravyn Cullor
TESS telah menemukan 21 planet di luar tata surya (eksoplanet) dan
mengumpulkan data tentang fenomena kosmik menarik lainnya yang terjadi di
langit selatan selama tahun pertama ekspedisi sains. TESS kini beralih ke
belahan bumi utara untuk menyelesaikan ekspedisi perburuan planet paling
komprehensif yang pernah dilakukan.
TESS memulai pencarian eksoplanet di langit selatan pada bulan Juli 2018,
sembari mengumpulkan data tentang supernova, lubang hitam dan fenomena kosmik
lainnya dalam garis pandangnya. Seiring peningkatan jumlah planet yang
ditemukan TESS, satelit besutan NASA ini telah mengidentifikasi lebih dari 850
kandidat eksoplanet yang menunggu konfirmasi tindak lanjut oleh jaringan
teleskop berbasis darat.
Untuk mencari eksoplanet, TESS menggunakan empat kamera untuk mengamati
bagian langit seluas 24x96 derajat selama 27 hari sekaligus. Beberapa seksi
memang tumpang tindih, sehingga beberapa wilayah langit harus diamati selama
hampir satu tahun. TESS memfokuskan diri terhadap bintang-bintang yang terletak
dalam radius 300 tahun cahaya dari tata surya kita dan memantau transit atau
penurunan skala kecerahan cahaya secara periodik saat sebuah planet melintas di
depan bintang induk.
Tambahan Informasi
Kredit:
NASA/JPL-Caltech/T. Pyle
Eksoplanet adalah planet di luar tata surya.
Instrumen kamera teleskop antariksa pemburu planet itu masih tersegel beberapa
bulan setelah diluncurkan, mendadak lensa kamera terpapar cahaya intens. Ya,
seperti itulah situasi ketika tim misi sains Teleskop Antariksa Kepler besutan
NASA melakukan uji coba pertama selama 10 hari sebelum misi utama dimulai.
Namun para ilmuwan telah membuat penemuan baru yang mencengangkan: deteksi
pertama sebuah planet berbatu seukuran Bumi di luar tata surya kita.
Diberi kode Kepler-10b, planet masif yang sangat panas ini adalah salah
satu “nugget” pertama dari era emas penemuan eksoplanet. Kepler-10b
mengantar para ilmuwan ke pintu gerbang penemuan ribuan planet yang mengorbit
bintang-bintang selain Matahari dalam kurun waktu dua dekade. Sementara ribuan
kandidat planet yang ditemukan Kepler masih menunggu konfirmasi lebih lanjut.
Kredit:
NASA
Menemukan ribuan planet di luar tata surya (eksoplanet) adalah
momen “eureka” dalam eksplorasi manusia. Tetapi, hasil terbaik belum diraih,
yaitu menemukan bukti sebuah dunia jauh yang ramah terhadap kehidupan. Para astronom memulai pencarian di tempat-tempat familiar. Di planet rumah
kita yang saat ini merupakan satu-satunya sampel dunia yang menampung
kehidupan, air adalah harga mati yang tak bisa ditawar.
Jadi para astronom mencari lingkungan serupa di seluruh kosmos. Di hampir
setiap bintang “normal,” termasuk Matahari, kita dapat menarik garis potensial
zona habitabilitas. Kuncinya terletak pada permukaan planet yang menampung
genangan air. Tipe dan ukuran bintang dan planet sangat bervariasi, interaksi
antara faktor-faktor ini menentukan jangkauan dan pengaruh zona layak huni.
Kredit:
NASA
“Jika kita menemukan banyak planet mirip Bumi, berarti kita tidak
sendirian. Suatu hari nanti mungkin kita akan bergabung dengan peradaban maju
lainnya di alam semesta,” kata William Borucki, peneliti utama misi Kepler
NASA.
Ratusan miliar planet kemungkinan terperangkap di dalam pusaran lengan
galaksi Bima Sakti. Adapun Bumi yang terletak di lokasi terpencil di salah satu
lengan galaksi Bima Sakti, relatif baru mulai mengintip ruang angkasa luas.
Kita sudah mengamati pantulan cahaya redup dari planet-planet yang mengorbit
bintang-bintang jauh. Bahkan, telah “mencicipi” beberapa atmosfer mereka dengan
mengurai spektrum cahaya yang redup tersebut.
Kredit: Matthew Luem
Untuk menemukan tanda-tanda kehidupan di dunia jauh, para ilmuwan harus
menatap melintasi ruang angkasa luas untuk mencari cahaya lemah dari
planet-planet kecil di tengah silau terang cahaya bintang induk.
Era baru eksplorasi planet di luar tata surya (eksoplanet), menghadapi
tantangan terbesar untuk mengatasi kilau cahaya bintang agar planet dapat
dilihat. Teknologi teleskop berbasis antariksa harus mumpuni dalam
mempertahankan fiksasi objek yang dijadikan target. Demikian pula detektor
yang harus cukup sensitif untuk mengumpulkan jejak cahaya redup dari planet
yang telah menempuh perjalanan antarbintang. Oleh karena itu, para insinyur
perancang teleskop harus bekerja keras jika ingin mengambil potret Bumi lain
yang berawan dan berair.
Kredit: NASA
Bagaimana bintang dan planet terbentuk? Apa saja yang dialami oleh bintang
selama masa kehidupannya dan takdir apa yang menanti planet-planet ketika
bintang mati?
Ikutilah perjalanan antarbintang melintasi waktu melalui upaya investigasi
sains berikut!
Semua bermula dari awan dingin kosmik raksasa yang mengandung benih bintang
dan planet. Karena gaya gravitasi, molekul gas hidrogen dan helium yang
berputar-putar dalam kecepatan tinggi, mulai melambat dan menggumpal. Butiran
pasir silikat, besi, dan material kaya karbon (bersama-sama diklasifikasikan
sebagai debu kosmik), mentransfer kembali beberapa energi dari gas ke ruang
angkasa sehingga membuat suhu awan kosmik mendingin. Butiran debu berputar ke
simpul pusat materi seperti air yang mengalir di selokan.
Saat kantung awan mengerut dan menebal, sebuah bola terang nan panas mulai
terbentuk di bagian pusat seiring akumulasi gas dan debu. Gaya gravitasi
kemudian mengimbangi tekanan gas dan medan magnet. Sementara “bayi” bintang
mulai terbentuk, material yang mengitarinya membentuk struktur datar mirip kue
serabi yang disebut cakram protoplanet.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/D.Berry dan NASA Goddard Scientific
Visualization Studio
Bintang yang baru dilahirkan layaknya “bayi” yang menangis keras,
menyemburkan partikel jet ganas berupa material yang dipercepat secara magnetis
saat memperoleh suplai makanan dari gas dan debu yang mengitarinya. Seperti
adonan pizza yang diratakan saat diputar oleh koki, material gas dan debu
kemudian mengembun menjadi cakram datar.
Putaran “adonan pizza” sangat tergantung pada bagaimana awan kosmik runtuh.
Arah putaran akan tetap sama seumur hidup sistem, kecuali terganggu oleh
interaksi dengan sistem bintang lain yang berada cukup dekat. Sekitar 100.000
tahun, ketebalan awan kosmik mulai menipis, sehingga dua struktur berbeda mulai
terlihat, bintang yang baru dilahirkan beserta cakram luas debu dan gas.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/D.Berry dan NASA Goddard Scientific
Visualization Studio.ESO/A. Müller dkk.
Cakram protoplanet muda yang mengitari bintang, didominasi oleh
gas dan debu yang ukurannya tak lebih besar daripada butiran pasir. Bintang
induk yang baru dilahirkan masih menghembuskan angin sangat panas, berupa
partikel bermuatan positif yang disebut proton dan atom helium netral. Banyak material
dari cakram yang jatuh ke bintang. Tetapi, kelompok-kelompok kecil partikel
debu yang tidak jatuh ke bintang saling bertabrakan dan menggumpal menjadi
objek yang lebih besar. Untuk membentuk planet, hanya dibutuhkan kurang dari 1%
massa cakram gas dan debu.
Molekul gas merekatkan partikel-partikel material padat, gumpalan
debu menjadi kerikil, kerikil menjadi batu yang lebih besar. Seluruh material
padat digiling menjadi satu untuk membentuk struktur yang lebih besar, meskipun
ada yang hancur, tetapi yang lain mampu bertahan. Inilah building
blocks planet, yang juga disebut “planetesimal.”
Kredit: ESA/Hubble (M. Kornmesser & L. L. Christensen) dan
NASA Goddard Scientific Visualization Studio
Hanya berpatokan pada gambar bakal planet di sebuah cakram protoplanet,
mustahil untuk menentukan bentuk pamungkas dari sebuah sistem planet. “Saat
bertumbuh, planet-planet tak sekadar diam. Mereka bergerak dan berinteraksi
satu sama lain, termasuk dengan gas di dalam cakram protoplanet, dengan cara
yang agak acak dan bergejolak.” kata Profesor Heather Knutson dari Caltech,
Pasadena.
Setelah gas di dalam cakram diambil oleh planet-planet berbatu, atau
menghilang ke ruang angkasa luas, building blocks planet yang
disebut “protoplanet” mulai mengorbit bintang induk dalam jalur tabrakan dengan
benda-benda langit lain. Menghilangnya molekul gas membuat planet bergerak
lebih mudah daripada sebelumnya. “Setelah menyingkirkan cakram, planet-planet
berpotensi untuk saling berinteraksi. Dan interaksi itu menyebabkan
perubahan besar,” kata astronom Jang-Condell dari Universitas Wyoming.
Kredit: Scientific Visualization Studio Goddard NASA
Memasuki kisaran usia 100 juta sampai 1 miliar tahun,
planet-planet cenderung menetap pada orbitnya masing-masing, sementara
aktivitas bintang induk mulai berkurang. Tata surya kita yang berusia sekitar
4,5 miliar tahun, juga dijadikan model yang menggagas “abad pertengahan” sistem
planet lain. Mandell menganggap usia tata surya kita setara dengan usia 45-50
tahun manusia.
Tetapi, dengan mempelajari eksoplanet, atau planet di luar tata
surya, para ilmuwan mengetahui bahwa proses yang membentuk tata surya kita bukanlah
satu-satunya cara untuk melihat masa-masa nyaman dari sistem planet di alam
semesta.
Kredit:
NASA/JPL-Caltech/D. Berry
Ketika mendekati tahap evolusi raksasa merah sekitar 6 miliar tahun dari
sekarang, inti Matahari akan kehabisan bahan bakar. Ketika aktivitas reaksi
fusi nuklir yang mengubah hidrogen menjadi helium melambat, inti Matahari akan
mengalami kontraksi. Seiring mengecilnya volume inti, Matahari akan memanas
hingga memicu babak baru reaksi nuklir, yaitu fusi helium menjadi unsur-unsur
yang lebih berat, seperti karbon, nitrogen dan oksigen.
Inti yang lebih panas juga memaksa reaksi fusi molekul hidrogen terakhir di
“cangkang” material yang mengelilingi inti. Sementara itu, tambahan suhu panas
menyebabkan lapisan terluar gas Matahari membengkak. Tahap evolusi raksasa
merah biasanya merupakan masa paling ganas dari kehidupan sebuah bintang. Bintang
sekarat yang ukurannya semakin membesar, membuang material lapisan terluar
melalui semburan intens episodik.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/D. Berry
Ketika inti bintang raksasa merah telah kehabisan seluruh bahan
bakar dan melepaskan sisa molekul gas yang tersisa, tinggallah bara padat
bintang yang disebut katai putih. Katai putih dianggap sebagai bintang yang
telah mati, karena sudah tidak lagi melakukan aktivitas fusi atom untuk
menghasilkan energi. Tetapi katai putih tak berhenti “bersinar” karena memang
suhunya sangat panas. Pada akhirnya, katai putih akan mendingin dan memudar
dari pandangan. Matahari kita diperkirakan akan mencapai tahap kematian seperti
ini sekitar 8 miliar tahun dari sekarang.
Daftar Eksoplanet
- 55 Cancri e Kemungkinan Memiliki Atmosfer
- 55 Cancri e, Planet Bumi Super yang Mungkin Terbuat dari Berlian
- Barnard b, Eksoplanet Terdekat Kedua Ditemukan
- Fomalhaut b, Gambar Cahaya Kasat Mata Pertama Eksoplanet
- GJ 1132b, Planet Bumi Super
- GJ 436b, Planet dengan Awan Hidrogen Behemoth Mirip Komet
- Gliese 581d, Apakah Eksoplanet Berbatu Ini Layak Huni?
- Gliese 667Cc, Apakah Ada Kehidupan di Sana?
- HAT-P-26b, Air dan Awan Aneh di Eksoplanet “Neptunus Hangat”
- HD 26965b Mirip Planet Vulcan di Film Star Trek
- HD 40307g, Bumi Super Dua Kali Volume dan 8 Kali Massa Bumi
- HD 85512b, Eksoplanet Bumi Super yang Berpotensi Layak Huni
- HIP 11915, Bintang Induk yang Diorbit Kembaran Jupiter
- HIP 65426b Aneh yang Membuat Para Astronom Menggaruk Kepala
- K2-18b dan K2-18c, Dua Planet Bumi Super yang Mengorbit Katai Merah
- K2-18b, Satu-Satunya Bumi Super yang Diketahui Mengandung Air
- Kehidupan Mungkin Muncul di Eksoplanet TRAPPIST-1
- KELT-4Ab, Jupiter Panas yang Mengorbit Tiga Bintang Sekaligus
- KELT-9b, Besi dan Titanium di Atmosfer Eksoplanet Jupiter Panas
- KELT-9b, Planet yang Lebih Panas Dibandingkan Kebanyakan Bintang
- KELT-9b, Profil Suhu Neraka Planet Terpanas Alam Semesta
- Kepler 51, Misteri Manis Sistem Planet “Permen Kapas”
- Kepler-13Ab, Eksoplanet yang Selalu Mengalami Hujan Salju Tabir Surya
- Kepler-1647b, Planet Sirkumbiner Terbesar yang Mengorbit Dua Bintang Sekaligus
- Kepler-186f Planet Seukuran Bumi Pertama
- Kepler-22b: Fakta Tentang Eksoplanet di Zona Layak Huni
- Kepler-37b, Planet Terkecil di Alam Semesta
- Kepler-452b, Sepupu Besar Bumi
- Kepler-47, Sistem Planet Sirkumbiner Terbesar
- Kepler-62f, Kemungkinan Sebuah Dunia Air
- Kepler-69c, Eksoplanet Seukuran Bumi di Zona Layak Huni Bintang Induk
- Kepler-78b, Planet Berbatu Seukuran Bumi Pertama
- L 98-59b, Memecahkan Rekor Planet Terkecil Misi TESS
- LHS 3844b, Observasi Langka Permukaan Eksoplanet Terestrial
- NGTS-1b, Eksoplanet Pertama Generation Transit Survey (NGTS)
- NGTS-1b, Eksoplanet Raksasa yang Mengorbit Bintang Katai Merah Mungil
- NGTS-1b, Planet 'Monster' yang Mengejutkan Para Ilmuwan
- OGLE-2005-BLG-390Lb Ditemukan oleh Metode Pelensaan Mikro Gravitasi
- OGLE-2007-BLG-349, Planet yang Mengorbit Dua Bintang Sekaligus
- OGLE-2016-BLG-1190Lb, Eksoplanet Raksasa yang Bersembunyi di Pusat Bima Sakti
- PDS 70b, Citra Pertama Kelahiran Sebuah Planet
- Petunjuk Baru untuk Komposisi Planet TRAPPIST-1
- Petunjuk Pertama Deteksi Molekul Air di Sistem Planet TRAPPIST-1
- Proxima B, Eksoplanet Paling Dekat yang Berpotensi Layak Huni
- Proxima B, Eksoplanet Terdekat Kemungkinan Berpotensi Layak Huni
- Proxima C, Kandidat Eksoplanet Terdekat Kedua
- Proxima Centauri b Bisa Menjadi Tempat Sempurna untuk Kehidupan
- Proxima Centauri b, Eksoplanet Terdekat dari Bumi
- PSR B1257+12, Pulsar yang Diorbit Sistem Planet Ekstrem
- Ros 128 b, Ada Fitur Menarik Penopang Kehidupan di Sana
- Ross 128 b, Target Sempurna untuk Mencari Kehidupan di Luar Bumi
- SIMP J01365663+0933473, Planet Masif Pengembara 20 Tahun Cahaya dari Bumi
- Tau Ceti E dan F, Eksoplanet Terdekat yang Tidak Layak Huni
- TRAPPIST-1, Sistem dengan 7 Planet Mirip Bumi
- TRAPISST-1, Sistem dengan Tujuh Planet Seukuran Bumi Ditemukan
- WASP-121b, Eksoplanet Heavy Metal Super Panas Raksasa nan Lonjong
- WASP-12b, Mengamati Planet Hitam Pekat
- WASP-18b Membekap Stratosfer Tanpa Kandungan Air
- WASP-19b, Batu Loncatan Studi Pencarian Kehidupan di Luar Bumi
- WASP-69b, Eksoplanet Mirip Komet
Sumber:
TESS Exoplanet Mission
Komentar
Posting Komentar