Langsung ke konten utama

Studi Baru Mendukung Penyebab oleh Alam, Bukan Karena Aktivitas Alien

studi-baru-mendukung-penyebab-oleh-alam-bukan-karena-aktivitas-alien-informasi-astronomi
Fragmentasi sebuah komet raksasa yang terpecah menjadi ribuan komet-komet kecil di sekitar bintang jauh.
Kredit: NASA/JPL/Caltech

Maaf, pecinta E.T., namun hasil studi terbaru memperkecil kemungkinan bahwa KIC 8462852, atau bintang Tabby (diambil dari nama penemunya), adalah rumah bagi peradaban alien maju yang secara bertahap diyakini dikelilingi oleh sebuah struktur raksasa yang disebut bola Dyson.

Bola Dyson (Dyson sphere) adalah megastruktur yang diusulkan oleh Freeman Dyson. "Bola" ini merupakan sistem satelit untuk menambang energi bintang. Dyson menyatakan struktur semacam itu merupakan imbas dari meningkatnya kebutuhan energi suatu peradaban maju untuk menjaga keberlangsungan sumber daya jangka panjang. Dyson mengusulkan pencarian bukti keberadaan megastruktur akan mengantarkan kita pada penemuan peradaban ekstraterestrial maju.

Publik tertarik dengan bintang yang terletak sekitar 1.480 tahun cahaya di rasi Cygnus, ketika astronom Tabetha (Tabby) Boyajian dan para kolega dari Universitas Yale memposting sebuah makalah di sebuah server pracetak astronomi. Mereka melaporkan bahwa para "pemburu planet" atau komunitas ilmuwan yang menganalisis data teleskop antariksa Kepler untuk menemukan eksoplanet (planet di luar tata surya), telah menemukan fluktuasi cahaya aneh yang berasal dari bintang tipe F (sedikit lebih besar dan lebih panas daripada Matahari).

Fluktuasi yang paling menonjol adalah lusinan peristiwa peredupan tidak alami yang muncul dalam periode 100 hari, mengindikasikan adanya sejumlah besar objek berbentuk tidak beraturan yang telah melintas di depan bintang dan menghalangi sebagian cahaya bintang untuk sementara.

Penemuan menjadi viral setelah media mulai meliputnya pada bulan Oktober 2015. Tim astronom dari Universitas Negeri Pennsylvania merilis makalah yang mengutip "kurva aneh melengkung KIC 8462852 konsisten dengan sekumpulan megastruktur yang dibangun oleh peradaban asing."

Perhatian media mendorong para ilmuwan dari Institut SETI untuk mengamati bintang Tabby menggunakan Teleskop Array Alien, sebagai upaya deteksi sinyal radio yang menunjukkan eksistensi peradaban asing. Pada bulan November, Institut SETI melaporkan "tidak ada bukti semacam itu".

Kemudian, sebuah makalah studi yang dirilis pada bulan Januari 2016 oleh para astronom dari Universitas Negeri Louisiana, melemparkan lebih banyak lagi “bahan bakar” ke api spekulasi eksistensi peradaban maju ekstraterestrial. Mereka menulis kecerahan bintang Tabby telah meredup 20 persen sejak abad lalu: Sebuah temuan yang sangat sulit dijelaskan dengan cara alami, namun konsisten dengan gagasan bahwa peradaban alien secara bertahap mengubah materi di sistem planet menjadi megastruktur raksasa yang menyerap energi dari bintang selama lebih dari satu abad. Makalah studi telah diterima untuk dipublikasikan jurnal Astrophysical.

Namun, makalah terbaru yang juga diterima untuk dipublikasikan di jurnal Astrophysical, telah menindaklanjuti studi para ilmuwan dari Universitas Negeri Louisiana dan menyimpulkan tidak ada bukti kuat tentang kecerahan bintang Tabby yang terus berubah selama periode ini.

megastruktur-dyson-ring-astronomi
Dyson Ring, kiri, adalah bentuk struktur bola Dyson yang paling sederhana. Membangun cangkang bola Dyson merupakan tantangan teknik luar biasa.
Kredit: Wikipedia Creative Commons License


Makalah studi Universitas Negeri Louisiana yang dipublikasikan di server pra cetak fisika ArXiv, telah menarik perhatian seorang mahasiswa doktoral Vanderbilt bernama Michael Lund, karena menjadikan arsip data Digital Access to a Sky Century @Harvard sebagai basis makalah. DASCH terdiri dari lebih dari 500.000 piringan kaca fotografi yang dikumpulkan oleh para astronom Harvard antara tahun 1885 hingga 1993, saat universitas memutuskan untuk melakukan digitalisasi hasil fotografi. Lund menduga meredupnya bintang Tabby selama 100 tahun terakhir itu, kemungkinan besar hanyalah hasil pengamatan yang dilakukan oleh sejumlah teleskop dan kamera berbeda yang digunakan selama satu abad lalu.

Lund meyakinkan penasehatnya, Profesor Fisika dan Astronomi Keivan Stassun, dan seorang rekan kolaborator, astronom Joshua Pepper dari Universitas Lehigh, bahwa konfirmasi layak dilakukan. Setelah memulai penelitian, tim peneliti dari Universitas Vanderbilt dan Universitas Lehigh mendapati tim astronom lain, astronom amatir Jerman Michael Hippke dan rekan pasca doctoral NASA, Daniel Angerhausen, juga melakukan penelitian dengan cara yang sama. Jadi kedua tim memutuskan untuk berkolaborasi dalam analisis, yang mereka tulis dan sampaikan di jurnal Astrophysical.

"Kapan pun Anda melakukan penelitian arsip yang menggabungkan informasi dari sejumlah sumber berbeda, pasti ada batasan presisi data yang harus diperhitungkan," kata Stassun. "Dalam kasus ini, kami melihat variasi kecerahan dari sejumlah bintang yang sebanding pada database DASCH dan menemukan banyak dari mereka mengalami penurunan intensitas serupa pada tahun 1960. Hal ini mengindikasikan penurunan skala kecerahan hanya disebabkan oleh perubahan instrumentasi dan bukan terjadi secara alami.”

Bahkan, jika memang alien tidak terlibat, bintang Tabby tetap menjadi "bintang paling misterius di alam semesta", sebagaimana digambarkan oleh Boyajian dalam sebuah pidato di TED bulan Februari lalu.

Pemburu planet pertama kali mendeteksi sesuatu yang tidak biasa pada kurva cahaya bintang di tahun 2009. Mereka menemukan penurunan 1 persen yang berlangsung selama seminggu. Penurunan ini sebanding dengan sinyal yang akan dihasilkan oleh sebuah planet berukuran Jupiter saat melintas di depan bintang tersebut. Tapi, planet menghasilkan pantulan kurva yang simetris dan yang mereka temukan jelas tidak simetris dan dihasilkan oleh benda berbentuk tidak beraturan seperti komet.

Cahaya dari bintang tetap stabil selama dua tahun, kemudian tiba-tiba turun 15 persen selama seminggu.

Dua tahun lagi berlalu tanpa insiden, namun pada tahun 2013 bintang tersebut mulai berkedip dengan serangkaian peristiwa tidak wajar dan berlangsung selama 100 hari. Selama peristiwa ini, intensitas cahaya yang berasal dari bintang turun 20 persen. Menurut Boyajian diperlukan objek 1.000 kali luas Bumi yang melintas di depan bintang untuk menghasilkan efek dramatis semacam itu.

"Data Kepler berisi kasus-kasus lain yang tidak beraturan seperti ini, tapi tidak pernah terlihat berkerumun seperti yang satu ini," kata Stassun.

Boyajian bersama para kolega mempertimbangkan sejumlah penjelasan yang mungkin masuk akal, termasuk variasi dalam cahaya yang dipancarkan bintang, akibat tabrakan planet/bulan seukuran Bumi, gumpalan debu antar bintang yang melintas di antara bintang dan Bumi, dan semacam gangguan objek-objek katai di sekitar bintang tersebut. Namun, tak satu pun dari skenario mereka yang bisa menjelaskan semua pengamatan. Penjelasan terbaik mereka adalah sebuah komet raksasa yang terfragmentasi menjadi ribuan komet-komet kecil.

"Apa maksud dari misteri yang tidak terpecahkan ini? Apakah tidak ada alien lagi? Mungkin tidak! Tetap saja, objek yang ditemukan Kepler itu nyata. Sesuatu sepertinya sedang transit di depan bintang dan kita masih belum tahu apa itu!" Hippke meringkas.

Kepler sudah tidak lagi mengumpulkan data di wilayah rasi Cygnus, namun Hippke melaporkan misteri tersebut berhasil membangkitkan imajinasi astronom amatir di seluruh dunia. Sehingga ribuan di antaranya mengarahkan teleskop mereka ke bintang Tabby, mengambil gambar dan mengirimnya ke American Association of Variable Star Observers. Mereka berhadap dapat kembali mendeteksi penurunan skala kecerahan bintang Tabby yang akan mengungkap misteri kosmik ini.

Ditulis oleh: David Salisbury, phys.org


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang