Para astronom radio yang mempelajari fenomena benda langit melalui pengukuran
karakteristik emisi panjang gelombang radio, telah melihat objek baru di
dekat pusat Cygnus A.
Cygnus
A adalah galaksi elips, terletak hampir 800 juta tahun cahaya dari Bumi. Di pusat galaksi, bersemayam lubang hitam supermasif, setidaknya satu miliar
kali massa Matahari kita, yang tampaknya baru saja mendapatkan pendamping. Observasi terbaru menggunakan Very Large Array (VLA) milik National
Science Foundation telah mengungkap objek terang kedua yang berada di dekat
lubang hitam supermasif, sebuah objek yang menurut para astronom
radio adalah lubang hitam supermasif kedua, yang ditakdirkan untuk bergabung
dengan yang pertama.
Very
Large Array (VLA) adalah observatorium astronomi radio terbesar di dunia, yang
berlokasi di dataran tinggi San Augustin, di antara kota Magdalena dan Datil,
sekitar 80 km sebelah barat Socorro, New Mexico, Amerika Serikat. Kompleks
observatorium terdiri dari 27 antena radio, diameter setiap antena mencapai 25 meter dengan bobot 209 metrik ton. Jajaran antena tersebar di
tiga buah garis menyerupai huruf "Y", dengan panjang setiap garis mencapai 21 km.
Berdasarkan observasi VLA pada tahun 2015 dan
2016, para astronom telah menemukan sebuah objek baru yang terpisah 1.500 tahun
cahaya dari lubang hitam supermasif di pusat galaksi. Objek baru tidak terlihat di gambar yang diambil pada tahun 1996. Hingga instrumen VLA memperoleh upgrade pada tahun 2012, para
astronom mempertimbangkan untuk meneliti kembali galaksi akrab ini, yang
ditemukan pertama kali oleh astronom radio Grote Reber pada tahun 1939.
"Hasil pengamatan sungguh mengejutkan, sebab kami menemukan fitur menonjol baru di dekat inti
galaksi yang tidak terlihat dalam gambar yang dipublikasikan sebelumnya. Fitur
baru ini cukup terang sehingga kami pasti dapat melihatnya di gambar sebelumnya
jika tidak ada yang berubah," kata Rick Perley dari National Radio
Astronomy Observatory (NRAO) dalam
siaran pers yang mengumumkan penemuan tersebut. "Dengan penemuan baru ini,
berarti fitur menonjol tersebut diperkirakan telah ada antara
tahun 1996 hingga sekarang."
Observasi dilakukan oleh tim astronom yang terdiri dari Perley beserta anaknya, Daniel Perley dari Astrophysics Research Institute of Liverpool
John Moores University di Liverpool, Inggris, dan dua ilmuwan dari NRAO bernama Vivek Dhawan dan Chris
Carilli. Makalah studi akan dipublikasikan di Astrophysical Journal.
Setelah observasi pada tahun 2015 hingga 2016, tim menggunakan Very Long
Baseline Array pada akhir tahun 2016 untuk memisahkan objek baru dengan
lubang hitam supermasif yang telah diketahui sebelumnya. Objek baru juga muncul dalam gambar inframerah yang diambil oleh Teleskop Antariksa Hubble NASA dan Observatorium Keck antara tahun 1994 hingga 2002, meskipun saat itu hanya dianggap sebagai gugus bintang yang padat. Tapi sejak peningkatan drastis skala kecerahan dalam panjang gelombang radio, objek baru telah memicu berbagai pertimbangan baru.
Sekarang,
ada dua kemungkinan terkait identitas tulen berdasarkan data: Objek baru ini adalah ledakan supernova
atau lubang hitam supermasif. Supernova adalah ledakan bintang yang mudah
terlihat di galaksi-galaksi jauh. Namun, "Karena kecerahan yang luar biasa
ini, kami menganggap penjelasan supernova kurang tepat," kata Dhawan.
Objek terlalu terang dalam waktu cukup lama untuk disesuaikan dengan tipe
supernova yang ada saat ini.
Jadi,
kata Carilli, "Mungkin kami telah menemukan lubang hitam supermasif
kedua, yang mengindikasikan bahwa galaksi induk telah bergabung dengan
galaksi lain di masa lalu. Kedua objek akan menjadi pasangan lubang
hitam supermasif terdekat yang pernah ditemukan dan kemungkinan akan bergabung di
masa depan."
Seperti
apakah penggabungan semacam itu? Setidaknya ada dua kemungkinan yang baru
terungkap: lubang hitam yang “kalah” CXO J101527.2+625911 dan 3C 186.
Jadi
jika objek tersebut adalah lubang hitam dengan massa miliaran kali lipat massa Matahari, mengapa
tidak begitu jelas sebelumnya? Ya, tidak terdeteksi karena memang tidak berinteraksi dengan objek-objek langit lainnya, dan hanya baru-baru ini berinteraksi dengan material, seperti bintang atau debu, sehingga melepaskan
radiasi yang dapat diamati. "Observasi lebih lanjut akan membantu kita untuk menyelesaikan beberapa pertanyaan. Selain itu, kita mungkin bisa menemukan yang lain di galaksi serupa," kata Daniel
Perley.
Rick
Perley adalah salah satu astronom yang terlibat dalam pengamatan pertama Cygnus A, ketika VLA pertama kali online di awal tahun 1980an.
Pengamatan awal memberikan detail yang diperlukan bagi para astronom untuk mulai
memahami bagaimana lubang hitam supermasif menghasilkan emisi materi yang dapat menjangkau area ruang yang melampaui galaksi induk. Pada saat itu, Daniel baru berusia dua tahun.
"Citra Cygnus A oleh VLA dari tahun 1980-an menandai kelemahan observasi pada
saat itu," kata Rick Perley. "Oleh karena itu, kita tidak pernah melihat lagi Cygnus A sampai tahun 1996, saat instrumen elektronik terbaru VLA telah menyediakan rentang frekuensi radio baru bagi pengamatan kami."
Tapi,
setelah pengamatan terbaru yang mengejutkan, Daniel Perley berkata, "Objek
baru ini mungkin akan menjelaskan banyak kisah tentang sejarah galaksi ini."
Ditulis oleh: Alison Klesman, www.astronomy.com
Ditulis oleh: Alison Klesman, www.astronomy.com
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar