Apakah
kita sendirian di alam semesta? Sebuah pertanyaan yang diajukan umat manusia
selama ribuan tahun. Dan, pada era modern saat inilah, kita berani mencoba menjawab
pertanyaan klasik tersebut. Mengingat alam semesta yang begitu luas dan keterbatasan dalam konsep
dan teknologi kita, upaya pencarian kehidupan ekstraterestrial tidak mungkin berbuah dalam waktu dekat. Namun para ilmuwan tetap menjelajahi alam semesta menggunakan teleskop radio untuk mengetahui eksistensi peradaban cerdas di alam semesta.
Pada
saat bersamaan, kita juga telah mengirim informasi ke langit. Pada tahun
1974, pesan terkuat yang pernah ada, diarahkan ke luar angkasa dari Puerto Riko. "Arecibo
message", diarahkan ke sebuah gugus bintang yang terletak 2.100
tahun cahaya dari Bumi dan mengandung informasi mendasar tentang manusia dan planet kita. Arecibo message hanyalah 1 dari 11 pesan serupa.
Selain itu, lebih banyak sarana fisik yang telah digunakan, seperti Mars Rover yang mencari
tanda-tanda kehidupan di Mars, dan Voyager 1, pesawat antariksa yang memuat informasi tentang Bumi yang tertuang dalam "peta pulsar," untuk membantu mengetahui lokasi Bumi jika kebetulan ditemukan oleh peradaban alien maju.
Pencipta
peta pulsar, Frank Drake, juga berusaha untuk menentukan berapa banyak
peradaban ekstraterestrial yang kemungkinan ada di Bima Sakti melalui "Persamaan Drake". Meskipun sebagian besar masih teoritis dan dibatasi oleh pemahaman sains kita yang masih dangkal, Persamaan Drake mengklaim ada ribuan peradaban ekstraterestrial di galaksi kita. Klaim sepihak justru membawa kita kembali ke pertanyaan yang diajukan oleh Enrico Fermi: mengingat ada trilyunan bintang di dalam miliaran galaksi, mengapa kita tidak bisa menemukan tanda-tanda kehidupan di luar Bumi?
Dikenal
sebagai paradoks Fermi, pertanyaan ini telah direnungkan cukup lama oleh para ilmuwan,
beberapa di antaranya menggagas bahwa mungkin saja manusia adalah satu-satunya peradaban cerdas di alam semesta.galaksi.
Meskipun
cenderung sombong, teori lain justru lebih mengkhawatirkan. Sifat alami peradaban maju suatu spesies adalah menghancurkan dirinya sendiri, atau peradaban maju dapat merusak lingkungan planet dan menyebabkan
kepunahan sebelum mencapai teknologi untuk mengkoloni planet-planet
lain. Alih-alih mendeteksi tanda kehidupan, pendukung teori ini menyarankan kita untuk mencari reruntuhan peradaban alien.
Mengingat
kerusakan yang kita timbulkan terhadap ekosistem, sebuah konsep pemikiran serius dari fisikawan terkenal Stephen Hawkings, telah memperingatkan kita tentang tingginya risiko kepunahan kehidupan di Bumi karena bencana ekologi, dan umat manusia
tidak akan memiliki masa depan jika tidak mengkoloni luar angkasa. Elon Musk
menggemakan keprihatinan ini dengan mengatakan: "Jika kita adalah spesies
dominan di planet Mumi, maka pada akhirnya kita harus menghadapi beberapa peristiwa yang mengarah ke kepunahan."
Apakah
pada akhirnya kita akan menemukan bentuk kehidupan asing? Keanekaragaman hayati
yang luar biasa di Bumi telah memberikan petunjuk: dari Tardigrades
kecil yang tangguh, hingga bakteri yang mampu hidup hanya dengan
suhu panas saja, keragaman kehidupan di biosfer kita sendiri menyediakan informasi tentang bagaimana kehidupan alien dapat secara dramatis berbeda dibandingkan konsepsi kehidupan di Bumi.
Teknologi
modern tak mau ketinggalan menyediakan petunjuk bagaimana kontak dengan spesies alien yang
peradabannya lebih maju dapat terjadi. Mengingat ketergantungan kita terhadap pesawat tak berawak dan mesin otomatis, probabilitas kontak bisa saja terjadi melalui konstruksi yang dibuat oleh peradaban alien dan bukan dengan alien
itu sendiri. Tapi, apakah kontak dengan peradaban ekstraterestrial yang sesungguhnya kita cari? Sekali lagi, Hawkings telah memperingatkan kita, kontak dengan
spesies asing yang peradabannya sangat maju dapat berujung dengan kepunahan
umat manusia, sejalan dengan nasib penduduk asli Amerika ketika mereka
menghadapi koloni Eropa yang teknologinya lebih maju.
Apapun
itu, ada protokol yang harus diikuti apabila kontak dengan alien benar-benar
terjadi. Protokol kontak telah dirumuskan oleh proyek SETI Post-Detection
Taskgroup, yang menyerukan untuk segera memberikan informasi dengan otoritas
negara-negara di dunia dan menyusun respon secara kolektif. Karena memang kita sebagai suatu spesies harus menyepakati segala sesuatunya terlebih dahulu sebelum
mengambil keputusan. Pada akhirnya, sumber daya paling efektif yang dapat kita
ajukan dalam situasi seperti ini adalah dari para penulis fiksi ilmiah dan
teoretikus, yang telah menghabiskan beberapa dekade untuk merenungkan
pertemuan semacam itu.
Ditulis oleh: Zarrar Kuhro, www.asianage.com
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar