Dari alam semesta jauh, cahaya telah menempuh perjalanan sekitar 10,7 miliar tahun dari galaksi MACS2129-1, dilipat, terdistorsi dan diperkuat oleh gaya gravitasi gugus-gugus galaksi di latar depan, sebagaimana ditunjukan pada gambar.
Kredit: NASA, ESA, dan S. Toft (University of Copenhagen); M. Postman (STScI), dan the CLASH team
Siklus
hidup sebuah galaksi ternyata sangat transparan dan tak terelakkan: gravitasi materi normal dan materi
gelap saling tarik menarik untuk menciptakan ikatan massa yang sangat besar.
Di dalam lingkaran halo materi gelap, materi normal dikumpulkan ke arah pusat. Bila kepadatannya mencapai jumlah yang cukup besar, awan molekuler gas akan runtuh dan membentuk bintang-bintang baru di dalamnya.
J. Turner
Materi
normal berkumpul di tengah, membentuk bintang dan melayang di cakram
galaksi.
Seiring
waktu, lebih banyak molekul gas yang mengarah ke pusat galaksi dan membuat ukuran galaksi menjadi lebih
kecil, galaksi-galaksi muda saling bergabung dan membentuk galaksi raksasa yang kita lihat sekarang.
Teori pembentukan dan evolusi galaksi menggagas bahwa galaksi-galaksi raksasa terbentuk karena "benturan" antara struktur-struktur yang lebih kecil, kemudian berevolusi selama 8-11 miliar tahun terakhir menjadi galaksi yang kita lihat sekarang.
Gemini Observatory Illustration/Jon Lomberg
Pola
penggabungan terstruktur ini menciptakan galaksi spiral modern, atau galaksi elips raksasa ketika beberapa galaksi berukuran besar bergabung.
Penggabungan galaksi biasa terjadi dan seiring berlalunya waktu, semua galaksi yang terikat secara gravitasi di dalam gugus galaksi, pada akhirnya akan bergabung menjadi galaksi tunggal yang lebih besar. Penggabungan dalam struktur besar, hampir selalu membentuk galaksi elips raksasa.
A. Gai-Yam/Weizmann Inst. of Science/ESA/NASA
Penggabungan dalam skala besar sekaligus menghasilkan bintang-bintang baru, karena mengeluarkan kandungan molekul gas yang tersisa terjadi untuk generasi masa depan bintang.
Galaksi Cerutu (Messier 82) dan angin super galaktiknya (berwarna merah), laju pembentukan bintang terjadi sangat cepat. Inilah galaksi masif terdekat dengan laju tinggi pembentukan bintang .
NASA, ESA, The Hubble Heritage Team, (STScI/AURA); M. Mountain (STScI), P. Puxley (NSF), J. Gallagher (U. Wisconsin)
Tapi,
sebuah galaksi yang baru ditemukan ini menantang keseluruhan gambar.
Inilah pemandangan bidang lebar gugus galaksi MACS J2129-0741, yang terletak di rasi Aquarius. Gugus galaksi masif terlihat besar, cerah, dan mendistorsi gambar galaksi-galaksi latar belakang, termasuk galaksi MACS2129-1 (berwarna merah di kanan atas) yang telah mati.
NASA, ESA, M. Postman (STScI), dan the CLASH team
Pada umumnya, galaksi
spiral yang lebih muda ukurannya lebih kecil, lebih biru, kaya gas dan kurang
masif.
Galaksi-galaksi yang sebanding dengan Bima Sakti saat ini sangat banyak, namun galaksi muda yang menyerupai Bima Sakti, karakteristiknya lebih kecil, lebih biru, dan lebih kaya gas daripada galaksi-galaksi saat ini.
NASA dan ESA
Kecuali, MACS2129-1, yang kita lihat pada redshift z=2,15, ketika
alam semesta baru berusia 3 miliar tahun.
Gambar galaksi yang diperbesar oleh lensa gravitasi MACS2129-1, berputar sangat cepat dan sama sekali tidak memiliki bintang-bintang muda baru.
NASA, ESA, and S. Toft (University of Copenhagen); NASA, ESA, M. Postman (STScI), dan the CLASH team
Kandungan
gas di dalam galaksi ini sangat sedikit dan tidak memiliki bintang-bintang biru muda, dan diameternya setengah ukuran fisik Bima Sakti, meskipun tiga kali lipat lebih masif.
Ilustrasi perbandingan galaksi muda MACS2129-1 menyerupai cakram yang telah mati (kanan) dengan Bima Sakti (kiri). Meskipun tiga kali lipat lebih masif, namun ukurannya hanya setengah Bima Sakti. MACS2129-1 juga berputar dua kali lebih cepat daripada Bima Sakti. Perhatikan bahwa wilayah berwarna biru di Bima Sakti merupakan wilayah kelahiran bintang, sementara galaksi muda yang telah mati berwarna kuning, menandakan populasi bintang yang lebih tua dan tidak melahirkan bintang-bintang baru.
NASA, ESA, dan Z. Levy (STScI)
Tampak terentang dan terdistorsi karena lensa gravitasi gugus galaksi masif latar depan.
Dengan memetakan distribusi materi pada objek latar depan, para astronom dapat merekonstruksi seperti apa galaksi tanpa efek lensa gravitasi.
NASA, ESA, dan S. Toft (University of Copenhagen); NASA, ESA, M. Postman (STScI), and the CLASH team
Tanpa kelahiran bintang-bintang baru, galaksi spiral muda yang masif ini adalah misteri
kosmik yang menantang teori evolusi galaksi kita. Ditulis
oleh: Ethan Siegel, kontributor www.forbes.com
Astrofisika
dan penulis Ethan Siegel adalah pendiri dan penulis utama Starts With A Bang!
Buku-bukunya, Treknology dan Beyond The Galaxy, tersedia di manapun buku-buku
dijual.
Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika. Diameter khatulistiwa Bumi adalah 12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine, Naval Research Laboratory . Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda. Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al
Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia
Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang
Komentar
Posting Komentar