Langsung ke konten utama

Bagaimana Jika Kita Menemukan Peradaban Alien yang Kurang Maju?

seti-peradaban-alien-kurang-maju-astronomi
Lupakanlah episode film serial Star Trek's Squire of Gothos; bagaimana jika kita benar-benar menemukan peradaban ekstraterestrial pada tingkat perkembangan teknologi abad ke-16? Bagaimana cara kita mengetahuinya? Bagaimana cara kita melakukan kontak, dan haruskah kita melakukan kontak?
(Kredit: Paramount)

Penulis artikel ini adalah seorang penggemar berat Quora, karena memungkinkan orang yang bukan ahli untuk mengangkat jenis pertanyaan spekulatif yang biasanya tidak muncul dalam diskusi ilmiah formal. Satu tema yang sering muncul adalah persoalan tentang apa yang akan kita lakukan jika kita menemukan kehidupan berakal di sebuah planet yang mengorbit bintang lain. Sebuah pertanyaan yang diposting baru-baru ini, secara khusus menarik perhatian saya: "Apa yang akan kita lakukan jika kita menemukan planet mirip Bumi dengan peradaban yang 500 tahun di belakang teknologi dan kemajuan kita?"

Yah, pastinya apabila benar terjadi tentu sangat menarik! Bukan sekadar satu pertanyaan, tapi pertanyaan berantai tentang bagaimana menemukan kehidupan asing, bagaimana menentukan tingkat kecerdasan mereka, bagaimana menentukan sifat kecerdasan itu, lalu bagaimana kita mempelajarinya, atau bahkan mencoba untuk melakukan kontak dengan mereka. Ada persoalan moral rumit pada akhirnya, tapi banyak hal ilmiah yang mengasyikkan sepanjang perjalanan. Dan hal-hal itu membuatku berpikir.

Pertama, bagaimana kita menemukan planet yang benar-benar mirip Bumi? Terlepas dari semua penemuan planet di luar tata surya, para astronom belum menemukan kembaran sejati Bumi, yaitu sebuah planet seukuran Bumi yang mengorbit bintang kuning mirip Matahari, yang juga mengorbit di zona layak huni seperti Bumi. Kepler 452b adalah satu di antara sekian banyak planet paling mirip Bumi yang telah ditemukan. Dengan massa sekitar lima kali massa Bumi dan tergolong dalam kelas planet yang disebut Bumi super. Layak huni, mungkin; mirip Bumi, tidak. Terlebih lagi, hal yang sama juga terjadi untuk tujuh planet seukuran berukuran Bumi yang baru ditemukan di sistem TRAPPIST-1. Mereka adalah sistem planet yang sangat menarik untuk dipelajari, dan ada kemungkinan beberapa dari mereka dapat menopang kehidupan. Tapi semua planet TRAPPIST-1 mengorbit bintang katai dingin dan redup, berarti mereka diselimuti oleh radiasi energik bintang dan mungkin mengalami penguncian pasang surut, dengan satu belahan planet selalu menghadap ke arah bintang secara permanen.

Analog (planet yang dianggap sebanding) yang lebih mendekati karakteristik Bumi pasti ada di luar sana, tapi sulit ditemukan. Teleskop Antariksa Kepler besutan NASA menemukan banyak planet melalui metode transit, dengan mendeteksi penurunan lemah skala kecerahan bintang saat planet melintas di depan bintang induk. Tapi untuk sebuah planet dalam orbit satu tahun (seperti Bumi), berarti kita melihat bayangannya hanya sekali dalam setahun, dan sangat singkat. Untuk memastikan planet ini benar-benar nyata, dan bukan sekadar kerlip acak bintang, kita harus mengamati setidaknya tiga kali peristiwa transit. Jadi kita harus terus mengamati banyak bintang, dan melihat semuanya selama beberapa tahun. Meski begitu, planet yang hanya akan kita temukan adalah yang paling sering sejajar di antara kita dan bintang induk masing-masing.

planet-kepler-zona-layak-huni-astronomi
Planet di zona layak huni yang mengorbit bintang lain mungkin tidak seperti Matahari kita. Kepler-186 (atas) adalah sistem miniatur menyerupai TRAPPIST-1. Kepler-452 (tengah) adalah bintang mirip Matahari namun planet utamanya lebih besar daripada Bumi.
(Kredit: NASA/JPL-CalTech/R. Hurt)

Kedua, bagaimana kita bisa mengetahui jika sebuah planet mirip Bumi benar-benar layak huni? Metode utama saat ini adalah melihat cahaya yang menyinari atmosfer planet saat melintas di antara kita dan bintang induk. Studi yang sangat sulit bahkan bagi planet-planet raksasa. Saat ini, kita tidak memiliki teknologi untuk melakukan hal itu bagi kembaran sejati Bumi, jika memang kita menemukannya untuk dipelajari. Pendekatan lain adalah dengan menemukan langsung Bumi-Bumi lain di sekitar bintang induk masing-masing, kemudian menganalisis cahaya mereka. Untuk melakukan itu, kita memerlukan teleskop yang sangat kuat beserta sebuah cara efektif untuk menghalangi kilau cahaya bintang, karena di langit, planet mirip Bumi akan berada tepat di samping bintang induk, namun miliaran kali lebih redup!

Para astronom memiliki beberapa gagasan cerdas untuk melakukannya, dengan menggunakan penghalang cahaya bintang (starshade) yang ditempatkan di depan teleskop antariksa, atau perangkat internal (coronagraph) yang dipasang di teleskop untuk menciptakan semacam gerhana buatan. Teleskop WFIRST yang akan datang akan menguji konsep coronagraph, namun tidak akan cukup sensitif untuk mengamati Bumi-Bumi lainnya. Untuk mencapai hal tersebut kemampuan observasi teleskop harus ditingkatkan, setidaknya sampai tahun 2030an.

teleskop-luar-angkasa-wfirst-seti-astronomi
Mengambil gambar kembaran Bumi tidak akan mudah. Inilah metode bagi Teleskop Antariksa WFIRST NASA yang akan dipersenjatai dengan coronagraph.
(Kredit: NASA-JPL/G Blackwood/Noecker dkk)

Ketiga, bagaimana kita bisa tahu apakah ada peradaban cerdas di planet tersebut? Membuktikan jenis kehidupan apapun akan sangat menantang, bahkan setelah kita melewati langkah satu dan dua di atas. Para astronom akan menganalisis atmosfer planet untuk mencari "biosignatures" atau jejak biologis, yakni komposisi kimiawi yang berhubungan dengan kehidupan di Bumi (misalnya, oksigen bebas ditambah metana). Saat ini Penelusuran SETI (Search For Extraterrestrial Intelligence) cenderung berfokus pada kemungkinan sinyal yang dikirim oleh peradaban asing, namun alien dengan teknologi abad ke-16 tidak bisa menyuarakan pesan radio kepada kita. Kita harus menemukannya dengan cara yang lebih halus. Misalnya, kita bisa mendeteksi jejak logam berat yang terkait dengan peleburan dan jenis industri sederhana lainnya, walaupun hal itu masih belum menghasilkan bukti yang jelas. Secara ekstrem, beberapa jenis teleskop optik secara untung-untungan mungkin cukup kuat untuk melihat bukti kota atau pembukaan hutan secara geometris; Observasi seperti itu pasti akan jauh lebih meyakinkan.

Perhatikan, sangat tidak mungkin menemukan peradaban ekstraterestrial yang begitu dekat dengan kita dalam pengembangan teknologi, meskipun kehidupan berakal cukup umum di alam semesta. Bintang dan planet kemungkinan besar terbentuk di galaksi kita selama lebih dari 10 miliar tahun. Mungkin normal jika butuh waktu 4 miliar tahun agar kehidupan berakal muncul; mungkin juga tidak. Apapun itu, kehidupan di dunia lain bisa saja dimulai miliaran tahun lebih awal atau lebih lambat daripada kehidupan di Bumi. Dari jangkauan skala waktu yang luas itu, kemungkinan bahwa peradaban asing dengan 500 tahun selisih jarak tahap perkembangan tehnologi kita adalah jutaan berbanding satu, dan mengasumsikan planet-planet lain mengikuti jalan yang sama dengan kita, merupakan lompatan besar kepercayaan atas sesuatu yang kebenarannya belum dapat dibuktikan. Tapi, mari terus menggali pertanyaannya.

breaktrough-starshot-laser-lightsail-astronomi
Cara meluncurkan pesawat antariksa antarbintang menggunakan laser lightsail. Teknologinya belum ada, tapi hampir mendekati realita.
(Kredit: Breakthrough Starshot)

Keempat, apa yang akan kita lakukan jika kita benar-benar menemukan bukti tak terbantahkan dari peradaban pra-industri di sebuah planet yang mengorbit bintang lain? Kita tidak dapat berkomunikasi dengan mereka menggunakan metode yang kita kenal saat ini. Kecuali fisikawan membuat semacam penemuan baru yang tidak terduga, tidak ada cara praktis yang bisa dilakukan manusia di sana. Yang paling bisa kita lakukan adalah mengirim miniatur pesawat antariksa antarbintang untuk memeriksa planet ini dan belajar lebih banyak tentang penghuninya. Sebuah proyek yang diberi nama Breakthrough Starshot sedang mengeksplorasi jenis teknologi yang dibutuhkan untuk melakukan hal semacam itu. Miniatur pesawat antariksa akan sangat kecil dan cepat sehingga peradaban asing tidak akan pernah tahu mereka diawasi.

Asumsikan skenario terbaik (karena, mengapa tidak?). Beberapa dekade yang akan datang, kita menemukan planet yang berpotensi mirip Bumi di sekitar Alpha Centauri A, bintang paling mirip Matahari, atau mungkin kita menemukan informasi yang menggembirakan tentang planet seukuran Bumi yang mengorbit bintang pendampingnya, katai merah Proxima Centauri. Pada tahun 2030-an kita menemukan jejak biologis pada salah satu eksoplanet terdekat ini. Pada tahun 2050-an kita mengamati planet ini dan melihat indikasi adanya peradaban cerdas. Akan menjadi momen penemuan luar biasa yang belum pernah terjadi selama ini! Kita meluncurkan pesawat antariksa antarbintang ke sana, yang tiba di tahun 2090an. Pada tahun 2100, kita mengetahui planet ini menjadi rumah bagi peradaban semi-industri maju. Lantas, apa berikutnya?

pesawat-luar-angkasa-peneliti-cassini-saturnus-astronomi
NASA akan menerjunkan Cassini ke Saturnus pada bulan September, untuk memastikan Cassini tidak mencemari salah satu bulan Saturnus yang berpotensi menampung kehidupan. Perhatian semacam ini harus menjadi cakupan kontak masa depan dengan kehidupan ekstraterestrial.
(Kredit: NASA-JPL)

Bagian kelima dan terakhir. Haruskah kita mencoba menjalin kontak? Kita mungkin dengan mudah menjatuhkan pesan-pesan berkode ke seluruh planet dari pesawat antariksa antarbintang. Mungkin para penghuni dapat merespon dengan cara mengorganisir nyala api geometris besar sehingga bisa kita amati dari luar angkasa. Kita akan punya banyak waktu untuk memikirkan apakah melakukan kontak adalah ide bagus, dan jika ya, tentunya adalah cara terbaik untuk melakukannya. Setiap pesan yang dikirim dan diterima akan memakan waktu sekitar 9 tahun, dan ingat, hal ini untuk bintang paling dekat. Misalkan kita menemukan peradaban di Kepler 452b. Jaraknya 1.400 tahun cahaya. Setiap pesan pulang-pergi membutuhkan waktu minimal 2.800 tahun. Miniatur pesawat antariksa model Starshot yang ditembakkan menggunakan laser, membutuhkan waktu setidaknya 7.000 tahun untuk sampai ke sana.

Tapi mari kita menganalisis kembali tentang “bagaimana dan jika” di sepanjang usaha mencari kehidupan cerdas di luar Bumi. Bagaimana jika kita menemukan peradaban asing dengan teknologi yang lebih maju daripada kita, dan bagaimana jika manusia mengembangkan teknologi sehingga mampu melampaui kecepatan cahaya (saat ini dianggap tidak mungkin secara fisik, tapi namanya juga spekulasi) sehingga kita bisa ke sana menggunakan pesawat antariksa dan mengunjungi peradaban asing, seperti dalam film Star Trek? Bagaimana seharusnya kita berperilaku?

Saat ini, NASA menerapkan seperangkat aturan perlindungan planet untuk memastikan bahwa manusia tidak mengkontaminasi Mars atau dunia-dunia lain yang mungkin layak huni. Aturan tersebut adalah bagian dari alasan mengapa pesawat antariksa Cassini dijatuhkan ke Saturnus: untuk memastikan tidak mencemari bulan Enceladus atau Titan. Saya sering berpikir pada saat kita cukup pintar untuk menemukan kehidupan di sistem planet lain dan cukup maju untuk bepergian ke sana, kita akan memiliki versi lanjutan dari peraturan perlindungan planet NASA untuk memastikan kita tidak mengkontaminasi peradaban lain.

Di Bumi, kita sendiri pernah mengalaminya, pertemuan antara peradaban berteknologi lebih maju dengan peradaban non teknologi, pada umumnya tidak berjalan dengan baik. Jika sampai pada titik ketika kita menemukan peradaban non-teknologi di planet lain, saya berharap kita memiliki cukup akal sehat untuk mengamati dari jauh dan tidak mengganggu mereka.


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang