Langsung ke konten utama

Bulan Melimpah dengan Kandungan Air, Menurut Studi Terbaru

bulan-melimpah-dengan-kandungan-air-astronomi
Kredit gambar: Arsip Apollo

Analisis terbaru terhadap data satelit berhasil menemukan beberapa deposit vulkanik purba di permukaan Bulan yang mengandung air dalam jumlah melimpah dibandingkan medan di sekitarnya, menunjukkan bahwa interior Bulan bisa mengandung jauh lebih banyak H2O dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sebagai bagian dari studi yang dipublikasikan secara online pada hari Senin tanggal 25 Juli 2017 di journal Nature Geoscience, para ilmuwan dari Universitas Brown mempelajari deposit piroklastik lunar (lapisan batuan yang terbentuk sebagai hasil letusan gunung berapi) dan menemukan kandungan air yang terperangkap dalam jumlah besar.

Piroklastik adalah bebatuan klastik yang terbentuk dari material vulkanik yaitu abu vulkanik dan ledakan vulkanik yang dikeluarkan dari gunung berapi dan bergabung dengan bebatuan yang telah hancur di sekitarnya.

Penemuan air di deposit purba ini terdiri dari butiran-butiran kaca yang terbentuk oleh erupsi ledakan magma yang berasal dari bawah permukaan Bulan, memberikan bukti baru bahwa mantel Bulan mengandung jumlah air yang sangat tinggi, jelas tim dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh universitas.

Sementara penelitian sebelumnya telah mendeteksi sejumlah jejak air es di beberapa bagian wilayah kutub, diperkirakan dihasilkan oleh hidrogen yang dibawa angin surya. Para penulis mencatat di makalah studi bahwa mantel yang mengandung air kemungkinan terbentuk di sejarah awal pembentukan Bulan sebelum benar-benar dipadatkan.

"Kami mengamati endapan air yang ada di permukaan saat ini, namun endapan ini dihasilkan oleh magma yang berasal dari dalam interior Bulan," kata penulis utama makalah studi Ralph Milliken dari Universitas Brown, kepada Space.com. "Oleh karena produk yang dihasilkan oleh magma mengandung air, interior Bulan pasti juga mengandung air."

Pertanyaan Baru tentang asal asul Bulan

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mengasumsikan sebagian besar interior Bulan tidak mengandung air, tapi asumsi berubah sembilan tahun yang lalu ketika sekelompok ilmuwan menemukan jejak H2O dalam butiran-butiran kaca vulkanik yang dikumpulkan oleh para astronot dalam misi Apollo 15 dan Apollo 17. Analisis lebih lanjut yang dilakukan pada tahun 2011 mengungkap sampel mengandung air sebanyak kandungan air di Bumi berbasis basal, batuan beku berwarna gelap yang umumnya merupakan pembekuan lava dari gunung berapi.

"Pertanyaan kunci," Milliken mengatakan dalam sebuah pernyataan, "apakah sampel Apollo mewakili kondisi sebagian besar interior Bulan atau hanya mewakili wilayah kaya air khusus atau mungkin hanyalah anomali dalam mantel 'kering'. Dengan melihat data orbital, kita dapat memeriksa endapan piroklastik besar yang tidak pernah menjadi sampel."

"Hampir seluruhnya menunjukkan jejak kandungan air sehingga sampel Apollo bukanlah anomali, jadi mungkin interior adalah tempat yang basah," Milliken menambahkan. "Distribusi deposit kaya air ini adalah kuncinya. Mereka tersebar di permukaan, yang memberitahu kita bahwa air yang ditemukan dalam sampel Apollo tidak terjadi satu kali saja. Piroklastik Bulan tampaknya kaya air secara universal, yang mungkin menunjukkan kandungan serupa di mantel Bulan."

Jika memang benar Bulan mengandung sejumlah besar air, penemuan tersebut menimbulkan pertanyaan baru tentang asal-usulnya, tim menjelaskan. Para ilmuwan percaya bahwa Bulan terbentuk dari puing-puing tabrakan antara Bumi dengan objek seukuran Mars, fenomena yang akan menghilangkan unsur hidrogen karena terlalu panas. Selanjutnya, deposit air akan mendukung misi eksplorasi, termasuk koloni manusia.

"Asal usul air di interior masih merupakan pertanyaan besar," jelas rekan penulis makalah studi Shuai Li dari Universitas Hawaii yang baru-baru ini mendapatkan gelar Ph.D. dari Universitas Brown. "Studi lain telah menggagas air es di daerah yang gelap kutub Bulan, namun deposit piroklastik ada di lokasi yang mungkin lebih mudah diakses. Apa pun yang bisa membantu misi eksplorasi Bulan tanpa harus membawa banyak air dari Bumi adalah langkah maju signifkan, dan hasil studi kami menyediakan alternatif baru bagi misi masa depan ke Bulan."

Ditulis oleh: Chuck Bednar, www.redorbit.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang