Langsung ke konten utama

Misi Cassini Mengungkap Rahasia Saturnus

badai-hebat-bergejolak-di-permukaan-saturnus-astronomi
Gambar ini diambil 12 minggu setelah badai hebat yang melilit planet Saturnus.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/SSI, CC BY

Cassini adalah pesawat antariksa paling canggih yang pernah dibuat. Diluncurkan pada tahun 1997 sebagai wujud kolaborasi misi antara NASA dan ESA, dibutuhkan waktu tujuh tahun untuk mencapai Saturnus. Cassini telah mengorbit planet keenam dari Matahari sejak saat itu dan mengirim data-data sains tak ternilai beserta galeri gambar yang menakjubkan.

Cassini sekarang tiba ke satu tahap menjelang ekspedisi terakhirnya. Diberi nama Grand Finale, Cassini akan menerjunkan diri ke atmosfer Saturnus untuk mengakhiri misi pada tanggal 15 September 2017. Meskipun Saturnus telah dikunjungi oleh tiga pesawat antariksa pada tahun 1970an dan 1980an, para ilmuwan tidak pernah membayangkan apa saja yang akan ditemukan oleh Cassini selama tinggal di sistem planet bercincin sejak diluncurkan 20 tahun yang lalu.

Sebuah Planet dengan Perubahan Dinamis

Badai besar secara berkala muncul di puncak awan Saturnus. Disebut Bintik Putih Raksasa, badai dapat diamati oleh teleskop berbasis darat, namun Cassini berada di kursi barisan depan untuk melihatnya. Seperti badai petir di Bumi, badai di Saturnus juga mengandung petir dan hujan es. Cassini telah mengorbit Saturnus cukup lama untuk mengamati perubahan musiman yang menyebabkan variasi dalam pola cuaca, tidak jauh berbeda dengan musim-musim di Bumi. Badai periodik sering muncul di akhir musim panas di belahan utara Saturnus.

Pada tahun 2010, selama musim semi di belahan utara, badai yang jarang terjadi muncul dari puncak awan Saturnus. Skala badai begitu besar dan melilit planet hampir selama satu tahun. Badai justru berhenti saat kepala badai “memakan” ekornya sendiri. Badai akhirnya reda dan pudar. Mempelajari badai semacam ini dan membandingkannya dengan fenomena serupa di planet-planet lain, misalnya Bintik Merah Raksasa Jupiter, dapat membantu para ilmuwan untuk lebih memahami pola cuaca di seluruh tata surya, termasuk di Bumi.

hexagon-kutub-utara-saturnus-astronomi
Pusaran enam sisi di kutub utara Saturnus yang disebut 'hexagon' adalah gambar superposisi yang diambil menggunakan beberapa filter dengan panjang gelombang cahaya yang berbeda untuk menentukan warna.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/SSI/Hampton University, CC BY

Setelah menyelesaikan ratusan orbit di sekitar Saturnus, Cassini mengungkap fitur lain yang hanya bisa dilihat sekilas dari Bumi atau oleh wahana peneliti sebelumnya. Pertemuan dalam jarak dekat dengan Titan, bulan terbesar Saturnus, telah membantu navigator untuk mengatur ulang orbit Cassini menggunakan gravitasi Titan agar dapat terbang melintas di atas kutub Saturnus. Karena medan magnetnya sangat kuat, kutub-kutub Saturnus adalah rumah bagi aurora menakjubkan, persis seperti di Bumi dan Jupiter.

Cassini juga telah mengkonfirmasi pusaran hexagon di kutub utara yang dilihat sekilas oleh misi Voyager pada tahun 1981. Pusaran terdiri dari molekul gas yang berputar seperti badai, lebih besar daripada planet Bumi dengan kecepatan sekitar 220 mil per jam.

Rumah bagi Puluhan Dunia yang Beragam

Cassini juga menemukan 45 bulan baru, jauh lebih banyak daripada 17 bulan yang sebelumnya diketahui, menambah koleksi bulan Saturnus ke angka 62.

ligeia-mare-objek-terbesar-kedua-yang-memiliki-cairan-di-titan-astronomi
Gambar false-color Ligeia Mare, objek cair terbesar kedua di Titan. Ligeia Mare penuh dengan hidrokarbon cair.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/ASI/Cornell, CC BY

Ukuran Titan lebih besar daripada planet Merkurius, meskipun kurang masif. Dengan atmosfer yang kaya dengan nitrogen padat, tekanan permukaan Titan 1,5 kali lebih besar daripada Bumi. Cassini juga mengintip ke bawah lapisan awan untuk mengungkap sungai-sungai yang menampung hujan dan mengalir ke danau dan laut. Namun cairannya bukan air, melainkan metana dan etana cair.

Karena sangat dingin, (suhu permukaan -180 ) air di sana berperilaku seperti batu dan pasir. Meskipun memiliki semua bahan baku yang dibutuhkan kehidupan, Titan layaknya "Bumi beku", yang terjebak tepat sebelum kehidupan muncul.

Sedangkan bulan terbesar keenam Saturnus, Enceladus, adalah dunia es dengan diameter 300 mil dan dianggap sebagai situs penemuan paling spektakuler dari misi Cassini.

Penemuan terjadi secara tidak sengaja, bermula dari pembacaan medan magnet selama terbang lintas pertama di Enceladus pada tahun 2004. Saat melewati belahan selatan Enceladus, Cassini mendeteksi fluktuasi aneh dan menyimpulkan Enceladus merupakan sumber gas terionisasi.

cekungan-mata-air-panas-enceladus-saturnus-astronomi
Kepulan air di kutub selatan Enceladus.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/ Space Science Institute, CC BY

Tim kendali misi kemudian menginstruksikan navigator Cassini untuk melakukan terbang lintas yang lebih dekat pada tahun 2005. Yang mengejutkan para ilmuwan, kedua instrumen yang dirancang untuk menentukan komposisi gas dari objek yang dilewati Cassini, yaitu Cassini Plasma Spectrometer (CAPS) dan Ion and Neutral Mass Spectrometer (INMS), menyimpulkan Cassini telah melewati awan air terionisasi. Berawal dari retakan es di kutub selatan Enceladus, kepulan air menyembur ke angkasa dengan kecepatan 800 mil per jam.

Tim peneliti yang mengidentifikasi kepulan air mengalami momen yang paling mendebarkan, mengingat semua orang mengira Titan adalah satu-satunya bulan Saturnus yang menampung air cair. Tak pernah ada yang mengharapkan Enceladus menyimpan kejutan.

Aktivitas geologis tergolong langka di tata surya. Sebelum Enceladus, satu-satunya dunia paling aktif di luar Bumi adalah Io, salah satu bulan bulan Jupiter yang paling vulkanik. Tak pernah ada yang mengira, Enceladus mirip dengan Old Faithful, air mancur panas di Yellowstone National Park yang menyemburkan air panas setiap 33-90 menit. Penemuan yang bermula dari seseorang yang menganalisis pola aneh dari data medan magnet Cassini, adalah contoh bagus penemuan kebetulan yang tak tertandingi.

Kisah Enceladus semakin luar biasa. Pada tahun 2009, kepulan air telah dicitrakan secara langsung. Para ilmuwan sekarang mengetahui air dari Enceladus terdiri dari komponen terbesar dari magnetosfer Saturnus (wilayah yang dikendalikan oleh medan magnet Saturnus), dan kepulan air Enceladus bertanggung jawab atas terbentuknya cincin E yang sangat besar, cincin terluar kedua Saturnus.

Video Cassini's Grand Finale.

Yang lebih menakjubkan, para ilmuwan telah mengungkap molekul organik dan lautan air asin cair di balik kerak es Enceladus, keduanya mendapatkan panas dari ventilasi hidrotermal dasar laut. Analisis data juga menunjukkan kandungan hidrokabron di kepulan air. Semua itu mengarah ke prediksi bahwa Enceladus adalah dunia samudra yang berpotensi menopang kehidupan, meskipun hanya dalam wujud organisme sederhana mikroba.

Saat menerjunkan diri ke puncak awan Saturnus tahun ini, Cassini akan menandai akhir dari salah satu misi penemuan paling sukses yang pernah diluncurkan oleh umat manusia.

Para ilmuwan kini mempertimbangkan misi yang ditargetkan ke Titan, Enceladus atau mungkin keduanya. Salah satu pelajaran berharga yang bisa dipetik dari Cassini adalah kebutuhan untuk terus mengeksplorasi. Meskipun informasi tentang Saturnus telah disediakan oleh pesawat antariksa pertama yang pernah ke sana, tidak ada satupun yang mempersiapkan diri untuk penemuan hebat Cassini. Jadi, siapa yang tahu apa yang akan kita temukan selanjutnya?


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang