Langsung ke konten utama

17 Mitos tentang Ruang Angkasa dan Bumi yang Telah Dibantah Sains

mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Ilustrasi sebuah lubang hitam.
Kredit: NASA

Kapan pun seseorang bertanya tentang luar angkasa, saya menjadi bersemangat.

Tidak ada kejutan di sana. Saya telah mencari nafkah untuk mewancarai para ahli dan menulisnya selama lebih dari satu dekade, dan saya telah membaca secara obsesif topik tentang luar angkasa lebih lama daripada itu.

Saya telah mendengar banyak "fakta-fakta" aneh selama bertahun-tahun, bahkan sempat mempercayai dan membagi beberapa “fakta” tersebut kepada orang lain, yang akhirnya setelah saya pelajari sebenarnya salah.

Berikut adalah beberapa mitos, kesalahpahaman, dan ketidakakuratan yang paling sering ditemukan yang harus segera dilemparkan ke dalam lubang hitam.

MITOS: Matahari Berwarna Kuning

mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: NASA

Anda akan dimaafkan hanya karena mengira Matahari berwarna, tapi secara teknis cahaya Matahari sebenarnya berwarna putih.

Atmosfer Bumilah yang membuat bintang kita terlihat kuning. Molekul gas di dalam atmosfer menghamburkan cahaya dalam efek yang disebut hamburan Rayleigh, yang juga membuat langit tampak biru sekaligus menyebabkan Matahari terlihat membara saat terbenam dalam warna oranye dan merah.

Mitos ini juga tidak membantu para astronom dalam mengklasifikasikan Matahari sebagai bintang kuning deret utama tipe G, atau "katai kuning,” yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan warna.

Hamburan Rayleigh adalah hamburan elastis dari cahaya atau radiasi elektromagnetik lain oleh partikel-partikel yang jauh lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya, bisa berupa suatu atom atau molekul. Hal ini dapat terjadi ketika cahaya melewati benda padat yang transparan dan cair, tetapi yang paling menonjol terlihat pada molekul gas.

MITOS: Sabuk Asteroid Berbahaya.

mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: NASA

Adegan film yang menampilkan pesawat antariksa terbang melintasi medan batu-batu lebat adalah tidak realistis.

Sabuk Asteroid, zona antara 200-300 juta mil dari Matahari, adalah zona luas yang hampa dan terpencil.

Sebenarnya, jika kita menyatukan semua asteroid di sabuk tersebut, massa mereka hanya sekitar 4% massa Bulan.

Itulah mengapa NASA akan merasa sangat bergembira apabila menemukan tabrakan antara asteroid satu dengan asteroid lainnya.

MITOS: Pergi ke Luar Angkasa Membuat Kita Tidak Berbobot.

mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: NASA

Sebagian besar ilmuwan menyepakati luar angkasa terletak di atas permukaan Bumi dimulai dari jarak 62 mil, ruang hampa udara atmosfer Bumi.

Namun, saat melewati titik ini tidak secara otomatis membuat kita kehilangan bobot. Jika berada di dalam roket yang melaju cepat, kita malah akan merasakan beberapa kali gravitasi Bumi. Hanya saat pesawat mulai terbang ke bawah, maka kita akan merasa tidak berbobot.

Mengorbit sesuatu berarti jatuh selamanya di sekitar objek tersebut. Bulan mengelilingi Bumi, Bumi mengelilingi Matahari, tata surya mengelilingi Bima Sakti, mereka semua berarti berada dalam keadaan saling jatuh dalam kegilaan tarian kosmik.

Jika berada 250 mil di atas Bumi, kita harus menempuh perjalanan dengan kecepatan 17.500 mil per jam mengelilingi planet untuk mengalami keadaan jatuh bebas secara terus-menerus. 17.500 mil per jam adalah kecepatan Stasiun Luar Angkasa Internasional mengorbit Bumi beserta para awaknya.

MITOS: Senjata Nuklir Dapat Menghancurkan Sebuah Asteroid.

mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Senjata Nuklir Rusia

Menuklir asteroid tidak akan melenyapkannya.

Kebanyakan asteroid adalah tumpukan puing-puing, jadi ledakan dahsyat mungkin hanya akan menyebarkan tumpukan puing-puing batu. Seperti mengubah peluru senapan biasa menjadi peluru yang menyebar dari senapan shotgun, dan bukan gagasan bagus jika Anda ingin menyelamatkan planet.

Namun, beberapa ilmuwan berpikir serangan nuklir yang dirancang dengan baik dapat berdampak pada permukaan asteroid dan melenyapkan sebagian batu, kemudian gas ditembakkan untuk mendorong asteroid keluar jalur.

MITOS: Astrologi Bisa Memprediksi Kepribadian atau Masa Depan.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Flickr-royalty free image collection

Tidakkah menyenangkan melihat sekilas ke masa depan berdasarkan sesuatu yang sederhana, seperti posisi Matahari, planet, dan bulan berada saat Anda lahir?

Itulah yang diklaim oleh astrologi, dan sekitar 2% di antara kita sangat mempercayainya.

Namun penyelidikan sains terhadap astrologi telah berulang kali menggagalkan prediksi apa pun dari tanda astrologi atau horoskop.

Dalam sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1985, yang makalahnya dipublikasikan di jurnal Nature, para ilmuwan menggunakan metode nonbiased, double-blind protocol dan bekerja sama dengan beberapa astrolog terkemuka di AS untuk menguji kekuatan prediksi astrologi.

Nonbiased adalah mampu menilai dengan adil karena tidak terpengaruh oleh pendapat Anda sendiri, double-blind protocol adalah prosedur yang digunakan untuk mencegah bias dalam hasil penelitian karena karakteristik atau efek plasebo.

Hasilnya? Prediksi astrologi tidak lebih baik dari sekedar kebetulan.

MITOS: Saat Menelpon, Sinyal Memantul dari Satelit.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: iStock

Militer memang menggunakan telepon satelit setiap hari, namun ponsel bekerja dengan cara yang jauh berbeda.

Ponsel menyiarkan sinyal radio nirkabel dan terus mencari pulsa sinyal data, dan merelay data ke dan dari menara seluler berbasis darat.

Saat menelepon, menara terdekat menghubungkan kita ke telepon lain melalui jaringan koneksi tower-to-tower dan kabel bawah tanah.

Paling banter, satelit mungkin terlibat dalam sebuah panggilan internasional, namun 99% data komunikasi di seluruh dunia berlangsung melalui kabel bawah laut.

MITOS: Tembok Besar China adalah Satu-Satunya Struktur Buatan Manusia yang Terlihat dari Luar Angkasa.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: Matt Barber

Semuanya bergantung pada tingkat keyakinan kita tentang batas luar angkasa.

Dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, 250 mil di atas permukaan, bukan hanya Tembok Besar yang dapat dilihat, namun banyak bangunan buatan manusia lainnya. Satelit-satelit mungil yang mengorbit di atas Bumi bahkan dapat melihat close-up gedung seperti kampus pesawat antariksa milik Apple.

Dari Bulan, kita sama sekali tidak dapat melihat struktur bangunan manusia, melainkan hanya cahaya redup lampu perkotaan.

MITOS: Gravitasi Bulan Menarik Air Laut dan Menyebabkan Arus Pasang surut.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: NOAA

Hanya sebagian yang benar, karena sains di balik arus pasang surut air laut adalah gaya tidak langsung.

Bulan memang mempengaruhi air laut, namun pengaruh gaya gravitasi Bulan sekitar 10 juta kali lebih lemah daripada gravitasi bumi. Sebenarnya pengaruh gravitasi antara Bulan, Bumi, dan Matahari yang menciptakan gaya pasang surut, dan lebih tepat apabila disebut "tekanan gravitasi" daripada "tarikan gravitasi."

Setiap molekul air ditarik oleh gravitasi Bulan, tapi akselerasi gravitasi Bulan sangat lemah sehingga tidak terlihat. Karena air laut mencakup sekitar 71% permukaan Bumi dan dihubungkan sebagai kesatuan berbentuk cair, namun, gaya gravitasi Bulan ditambah dengan gravitasi Bumi dan Matahari, menciptakan tekanan yang signifikan, yang disebut gaya pasang surut.

Sebagian besar molekul air di dekat kutub tertarik ke bawah oleh gravitasi Bumi, sedangkan molekul air yang paling dekat dengan Bulan tertarik ke atas oleh gravitasi Bulan, dan molekul air di sisi berlawanan, yang paling jauh dari Bulan tentunya merasakan gaya gravitasi Bulan yang paling lemah.

Bersama-sama, interaksi ini membentuk tekanan pada air laut yang umumnya mengarahkannya menjauh dari kutub menuju khatulistiwa, lokasi yang cukup kuat untuk melawan gravitasi sehingga membentuk dua tonjolan: arus pasang naik.

Arus pasang naik tetap bertahan saat Bumi berotasi di bawahnya setiap hari, dan arus pasang naik ini tetap mengikuti Bulan yang mengorbit Bumi setiap 28 hari. Arus surut terjadi saat gaya pasang surut (atau tekanan air) paling lemah, dan arus surut ini dapat menyebabkan bertambahnya air laut di suatu tempat serta berkurangnya air laut di dasar laut.

Gravitasi Matahari juga memengaruhi pasang surut, terhitung sekitar sepertiga dari fenomena alam tersebut. Ketika menangkal gravitasi Bulan, gravitasi Matahari mengarah ke "pasang surut" yang lebih rendah dari rata-rata. Ketika sejajar dengan Bulan, Matahari memicu "pasang surut" yang lebih besar.

Bentuk-bentuk air yang lebih kecil, seperti danau dan kolam renang, tidak mengalami gaya pasang surut karena mereka kekurangan cairan untuk menciptakan tekanan yang dapat melawan gravitasi Bumi.

MITOS: Jupiter Mengelilingi Matahari.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Lokasi barycenter  atau pusat gravitasi antara Matahari dan Jupiter.
Kredit: NASA/SDO; Business Insider

Secara teknis salah karena Jupiter begitu besar.
Ketika objek yang lebih kecil mengorbit objek yang lebih besar, jalur orbit bukanlah lingkaran sempurna. Mereka justru bergerak mengorbit pusat gravitasi bersama yang disebut barycenter. Dalam pergerakan orbit, mereka bertemu di tengah, namun hal ini tidak terjadi pada Jupiter.

Untuk sebuah planet kecil seperti Bumi, yang massanya hanya 1/332.949 Matahari, barycenter (pusat gravitasi) berada sangat dekat dengan pusat Matahari sehingga sepertinya kita mengelilingi pusat bintang.

Massa yang dikandung Jupiter sekitar 2,5 kali gabungan massa seluruh planet anggota tata surya. Jupiter cukup berbobot sehingga barycenter antara Matahari dan Jupiter sebenarnya tidak berada di dalam Matahari, melainkan tepat di atas permukaan Matahari. Intinya, karena raksasa gas ini begitu masif dan kuat, barycenter Jupiter dan Matahari terletak 7% dari radius Matahari di atas permukaan Matahari.


MITOS: Bumi Bulat Sempurna.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: NASA (ilustrasi oleh Tech Insider)

Bumi sedikit rata di kutub dan membuncit di khatulistiwa, memberikan bentuk 3 dimensi lonjong yang disebut bulat pepat.

Bentuk ini dihasilkan ini oleh rotasi planet dan komposisi berbatu yang berperilaku layaknya komidi putar. Semakin dekat dengan tepi komidi putar, maka kita harus semakin kuat berpegangan agar tidak terlempar oleh gaya sentrifugal yang lebih besar.

Di khatulistiwa, kecepatan rotasi Bumi sekitar 1.037 mil per jam, yaitu sekitar 60% kecepatan peluru setelah ditembakkan keluar dari moncongnya. Tapi lebih jauh ke utara atau selatan, rotasi Bumi lebih lambat, Kota New York, misalnya, secara teknis bergerak dengan kecepatan 786 mil per jam.

Bagaimanapun juga batu hanya melekat dan lentur di bawah kerak Bumi, jadi, tidak seperti logam keras yang menancap komidi putar, gaya rotasi dan gravitasi menciptakan tonjolan di sepanjang garis khatulistiwa. Sebenarnya, jika berdiri di permukaan laut khatulistiwa, kita akan berada lebih jauh 13 mil dari inti Bumi daripada jika berada di permukaan laut di kedua kutub.

Karena pemanasan global dan pencairan gletser (dan sedikit penurunan yang menekan kerak Bumi), para ilmuwan berpikir tonjolan semakin membesar, meskipun harus sedikit menurun karena rotasi Bumi melambat hingga sepersekian detik setiap tahun.

MITOS: "Sisi Gelap" Bulan.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Sisi jauh bulan. WOtP di Wikipedia

Sangat mudah untuk berpikir sisi jauh Bulan adalah gelap, karena kita tidak pernah melihatnya. Tapi sebenarnya sisi jauh Bulan juga mengalami fase serupa dengan sisi dekat yang menghadap ke Bumi.

Bila terjadi Bulan baru (dan sangat gelap) di sisi dekat, misalnya, hal itu berarti Bulan purnama juga terjadi di sisi jauh. Hanya saja tidak bisa dilihat dari sudut pandang kita.

Jadi memang ada "sisi gelap" bulan,  tapi "sisi gelap" ini selalu bergerak dan terkadang langsung menghadap Bumi.

MITOS: Musim Panas Terasa Hangat karena Bumi Lebih Dekat dari Matahari.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: Flickr/Gilberto Filho

Saat musim panas di belahan bumi utara, Bumi tidak lebih dekat dengan Matahari. Justru sebaliknya, Bumi berada pada jarak paling jauh dari Matahari selama musim panas.

Terasa lebih hangat selama musim panas karena kemiringan poros rotasi Bumi. Selama mengorbit, kemiringan poros rotasi planet kita memungkinkan energi Matahari mengarah ke kita secara lebih langsung.

MITOS: Bulan Cukup Dekat dengan Bumi.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Foto Bumi dan Bulan dari luar angkasa. Bintik kecil di bagian kiri bawah adalah bulan.
Kredit: JAXA

Bulan kadang terlihat begitu dekat, seolah bisa kita raih dan panjat.

Faktanya, Bulan mengorbit Bumi dari jarak sekitar 239.000 mil. Jika bisa ke Bulan menggunakan pesawat boeing 747, maka butuh waktu 17 hari untuk tiba di sana.

MITOS: Tidak Ada yang Dapat Melampaui Kecepatan Cahaya.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Radiasi Blue Cherenkov di sebuah reaktor nuklir, neutron bergerak lebih cepat daripada cahaya melalui air di sekitarnya. Laboratorium Nasional Argonne.

Tanpa penghalang, cahaya merambat dengan kecepatan 299.792.458 meter per detik di ruang hampa. Cahaya melambat saat melalui medium, misalnya 25% lebih lambat saat melalui air dan 59% lebih lambat saat melalui berlian.

Partikel seperti elektron, neutron, atau neutrino dapat melampaui foton cahaya dalam medium semacam itu, meskipun harus mengeluarkan energi sebagai radiasi saat hal itu terjadi.

Bagaimana dengan cahaya di ruang hampa? Bahkan, ekspansi alam semesta melampaui kecepatan cahaya.

Para ilmuwan juga berpikir dua partikel quantum-entangled (ikatan kuantum) mungkin dapat "bergerak" atau berteleportasi tetap dalam keadaan semula secara instan, tidak peduli seberapa jauh jarak memisahkan mereka.

MITOS: Ruang Hampa Udara Selalu Dingin.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: Getty

Jika berada di tempat terdingin yang gelap total di alam semesta, ruang hampa udara dapat turun mencapai suhu minus 454 derajat Fahrenheit.

Tapi di bawah paparan cahaya Matahari di dekat Bumi, suhu bisa naik mencapai 250 derajat Fahrenheit. Itu sebabnya para astronot memakai baju ruang angkasa berwarna putih yang memantulkan cahaya.

MITOS: Enrico Fermi Menggagas "Paradoks Fermi" tentang Eksistensi Alien.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: Universal Pictures

Fisikawan Enrico Fermi dikenal karena bertanya "di mana mereka?" setelah menonton sebuah film kartun yang menampilkan adegan piring terbang pada tahun 1950. Banyak orang percaya pertanyaan Fermi, yang sekarang dikenal sebagai paradoks Fermi, mengacu pada eksistensi peradaban ekstraterestrial (alien). Jika peradaban asing tersebar di alam semesta, mengapa kita tidak menemukan bukti eksistensi mereka?

Tapi Fermi sebenarnya menanyakan tentang perjalanan antarbintang, bukan tentang eksistensi alien.

Paradoks "Fermi" seperti yang kita kenal sekarang ini memang mempertanyakan eksistensi alien, tapi tidak menyandang nama dari orang-orang yang benar-benar mengemukakan konsep ini. Seharusnya penghargaan tersebut diberikan kepada astronom, Michael Hart dan fisikawan Frank Tipler, yang memperbaiki gagasan tersebut pada tahun 1970an dan 1980an.

"Paradoks Fermi mungkin lebih tepat disebut argumen Hart-Tipler tentang eksistensi peradaban cerdas di luar Bumi, yang tidak terdengar sama dengan Enrico Fermi, tapi tampaknya lebih adil untuk semua orang," tulis astronom Robert H. Gray kepada Scientific Amerika.

MITOS: Hanya ada 3 fase materi: padat, cair, dan gas.


mitos-ruang-angkasa-dan-bumi-dibantah-sains-astronomi
Kredit: Jared Tarbell on Flickr

Ada lagi yang lebih besar: Plasma.

Mudah untuk mengasumsikan benda-benda padat adalah bentuk materi yang paling melimpah di alam semesta, karena kita semua hidup di atas batu raksasa. Tapi plasma jauh lebih berlimpah, bintang-bintang, termasuk Matahari kita, adalah bola raksasa plasma bercahaya.

Masih banyak lagi fase materi, seperti cairan superkritis (yang ada di permukaan Venus), namun padat, cair, gas, dan plasma adalah materi utama.


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang