Langsung ke konten utama

Lubang Hitam Masif Mungkin Bergabung di Tepi Galaksi Spiral

Seiring meningkatnya pemahaman para ilmuwan tentang aspek fundamental alam semesta, pendeteksian gelombang gravitasi yang merupakan riak-riak di jalinan ruang dan waktu, telah menjadi lompatan besar di bidang astronomi. Walaupun hanya segelintir gelombang gravitasi yang telah terdeteksi, sebuah makalah studi terbaru memprediksi akan ada lebih banyak lagi gelombang gravitasi yang dapat ditemukan di lokasi yang tidak pernah disangka sebelumnya.

Wilayah pinggiran galaksi spiral seperti Bima Sakti kita, bisa dipenuhi dengan fenomena tabrakan antar lubang hitam, demikian prediksi makalah studi yang telah dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters. Penggabungan lubang hitam bertanggung jawab atas terciptanya gelombang gravitasi, dan sepasang lubang hitam yang saling mengorbit diperkirakan mendiami wilayah galaksi yang kurang padat. Wilayah ini hanya dihuni oleh bintang dalam jumlah yang relatif sedikit dan tidak terlalu didominasi oleh elemen berat seperti besi, emas dan platinum yang ditempa oleh ledakan supernova, termasuk angin dengan intensitas yang rendah tidak terlalu memengaruhi bintang raksasa.

Kondisi seperti ini kerap ditemukan di galaksi katai atau galaksi satelit. Makalah studi mengemukakan penggabungan lubang hitam masif juga terjadi di pinggiran galaksi spiral.

Penulis utama makalah studi Sukanya Chakrabarti dan seorang asisten profesor fisika dari Institut Teknologi Rochester (RIT), menjelaskan: “Kandungan logam di cakram wilayah terluar galaksi spiral cukup rendah dan seharusnya dipenuhi oleh lubang hitam di area yang begitu luas.”

penggabungan-lubang-hitam-di-tepi-galaksi-spiral-astronomi
Cakram gas wilayah terluar galaksi spiral bisa dipenuhi oleh lubang hitam yang menciptakan gelombang gravitasi saat mereka bertabrakan. Citra ini menampilkan galaksi Kincir Selatan yang diambil dalam panjang gelombang radio dan ultraviolet. Data radio yang ditunjukkan oleh warna merah, mengungkap wilayah galaksi yang terisolasi, lokasi yang diprediksi menampung sistem lubang hitam biner.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/ VLA/MPIA

Rekan penulis makalah studi Richard O'Shaughnessy dan asisten profesor matematika di RIT, menjelaskan lebih jauh: “Untuk memprediksi atau menafsirkan observasi lubang hitam, studi kami bukan hanya memperhitungkan perbedaan antara tipe galaksi, tetapi juga prediksi kondisi lingkungan kosmik di dalam galaksi.”

O'Shaughnessy juga terlibat dalam Kolaborasi Ilmiah LIGO (Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory) yang telah mendeteksi lima fenomena gelombang gravitasi, termasuk deteksi terbaru yang disebabkan oleh penggabungan antar bintang neutron.

Jika bisa mengamati galaksi induk dari lubang hitam biner, maka akan sangat membantu para ilmuwan untuk memahami bagaimana pasangan lubang hitam mulai saling mengorbit sebelum akhirnya menyatu. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa lubang hitam memiliki komponen optik radiasi yang berasal dari sisa-sisa material "jenazah" bintang sebelum berevolusi menjadi lubang hitam.

"Jika dapat melihat cahaya yang berasal dari penggabungan antar lubang hitam, para astronom dapat menentukan posisinya di langit. Kemudian para astronom dapat menyimpulkan parameter yang mendorong siklus hidup alam semesta secara keseluruhan. Itulah “cawan suci” untuk kosmologi. Alasan mengapa semuanya ini penting, karena gelombang gravitasi menyediakan cara yang sepenuhnya independen untuk mengetahui siklus hidup alam semesta, sehingga tidak harus bergantung terhadap prediksi astrofisika,” kata Chakrabarti.

Makalah studi yang diberi judul “The Contribution Of Outer HI Disks To The Merging Binary Black Hole Population”, tersedia di server pracetak arXiv.

Ditulis oleh: Himanshu Goenka, www.ibtimes.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang