Ketika memikirkan sains, kita selalu berkutat terhadap perumusan hipotesis,
mengujinya, membuang yang tidak sesuai dan terus menguji yang sesuai hingga hanya menyisakan gagasan-gagasan terbaik. Tapi yang sebenarnya jauh lebih kompleks, sains sebenarnya melibatkan sedikit perubahan untuk meningkatkan hipotesis awal dan menariknya agar sesuai dengan apa yang
telah kita ketahui. Upaya ini melibatkan lompatan untuk mempercayai sesuatu yang benar-benar ada namun belum bisa dibuktikan secara
ilmiah. Ketika teori telah dirumuskan dengan benar, prediksi akan lebih sesuai dengan fakta daripada alternatif lainnya. Dan saat gagal, kita dapat kembali ke hipotesis awal. Sebenarnya, sebagian besar ilmuwan tidak penah meninggalkan
hipotesis awal mereka. Saat benar-benar diterapkan, teori ilmiah tidak akan
pernah bisa dimatikan. Satu-satunya cara agar teori ilmiah mati adalah
jika para ilmuwan berhenti mengerjakannya.
Ketika pertama kali ditemukan, supernova jauh tampak lebih redup karena mengalami pergeseran merah dan selanjutnya merevolusi bidang kosmologi. Ekspansi alam semesta sangat
terkait dengan materi dan energi yang ada di dalamnya. Untuk waktu yang cukup lama, kosmologi bertujuan untuk mengukur laju ekspansi dan perubahannya dari waktu ke waktu. Dari pengukuran ini, kosmologi ingin mengungkap apakah laju ekspansi alam semesta akan terulang kembali ke dalam sebuah siklus kosmos, meluas selamanya, atau berada di antara keduanya. Fenemona supernova yang meledak di tempat yang sangat jauh justu menunjukkan kemungkinan keempat, yaitu galaksi-galaksi terjauh melaju sangat cepat saat menjauhi kita. Berarti harus ada bentuk energi baru di alam semesta untuk menjelaskannya. Berbeda dari seluruh bentuk energi lainnya, "energi gelap" meresap di seluruh ruang.
Selama bertahun-tahun, banyak fisikawan dan astronom yang ragu-ragu dengan gagasan materi gelap dan bertanya-tanya apakah tidak ada alternatif penjelasan
lain. Salah satu teori alternatif yang diajukan adalah ruang tidak meluas karena energi gelap, namun ada
sesuatu di wilayah sangat jauh yang menghalangi cahaya. Barangkali ada debu kosmik di alam semesta jauh yang menyebabkan supernova tampak redup bukan karena ekspansi ruang, tapi karena cahaya terhalang debu.
Namun,
butiran debu memiliki ukuran tertentu, dan ukuran butiran debu
menentukan panjang gelombang cahaya yang secara khusus terhalang. Sebagian besar debu lebih efektif menghalangi cahaya biru daripada cahaya
merah. Akan tetapi pengukuran panjang gelombang cahaya yang berbeda, menunjukkan
bahwa baik cahaya merah dan cahaya biru terhalang dalam jumlah yang sama.
Apakah
hal itu cukup untuk mengesampingkan teori “debu”? Ya, jika terkait perbedaan fenomena supernova jauh dan supernova dekat. Lantas, bagaimana jika debu di alam semesta jauh merupakan tipe baru yang menghalangi
semua panjang gelombang cahaya secara equal? Jenis "debu abu-abu" yang belum ditemukan ini dapat menghalangi
semua panjang gelombang secara equal. Jadi kita memerlukan beberapa cara untuk
mengujinya, terkait dengan pengamatan supernova dari berbagai
jarak, untuk melihat apakah debu akan terus menghalangi lebih banyak cahaya
pada jarak yang lebih jauh, karena semakin banyak “debu abu-abu” maka akan
cenderung menghalangi lebih banyak cahaya.
Ternyata
tidak, jadi apakah energi gelap dipastikan nyata? Belum tentu, karena penjelasan “debu abu-abu” bisa dimodifikasi dengan memasukkan debu yang mengubah
kerapatan dan lokasi dari waktu ke waktu, yaitu “pertambahan debu abu-abu.” Dengan
menambahkan cukup banyak parameter, peringatan, sifat atau modifikasi
ekstra pada teori, maka segala gagasan apa pun bisa diselamatkan.
Selama kita bersedia untuk menyesuaikan apa yang telah diperoleh, kita tidak akan pernah bisa mengesampingkan segala sesuatunya.
Ada
banyak gagasan dalam teori ini yang bermasalah, asalkan kita bersedia membuat teori lebih rumit dengan memasukkan data apapun. Penemuan latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) telah mengesampingkan teori Steady-State, namun para ilmuwan menambahkan
cahaya bintang untuk menjelaskan CMB yang merupakan cahaya sisa dari Big Bang. Ketika spektrum CMB diukur, cahaya bintang kemudian dikesampingkan, namun mereka ngotot menambahkan serangkaian semburan dan “ledakan-ledakan mini”
di masa lalu dan menciptakan teori Quasi-Steady-State.
Ketika fluktuasi suhu CMB ditemukan, teori Quasi-Steady-State
dikesampingkan, karena segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan
hipotesis awal, masih belum ada.
Perilaku
ini tidaklah unik bagi ilmuwan, namun telah menjadi ciri (atau kesalahan) sains
selama berabad-abad. Hal ini mendorong Max Planck untuk membuat pernyataan lebih dari 100 tahun yang
lalu: "Kebenaran sains tidak menang secara meyakinkan dari lawan-lawannya dan membuat mereka melihat cahaya, namun karena mereka akhirnya mati dan sebuah generasi baru tumbuh dan lebih familiar dengan kebenaran sains tersebut."
Pernyatan
ini sering diparafrasekan sebagai “physics
advances one funeral at a time”, mengingat fakta bahwa sebuah gagasan tidak dapat
dibuktikan salah sebagaimana yang biasa kita pikirkan. Sebaliknya, mereka justru perlu disesuaikan
agar lebih meningkat dengan sangat teliti dan tekun. Akhirnya gagasan
ini kehilangan kekuatan prediktifnya dan akan selalu tertinggal ketika observasi-observasi
baru dilakukan.
Itulah
mengapa, teori-teori seperti teori di bidang kuantum dan relativitas umum
begitu kuat. Bahkan setelah sekian dekade, mereka masih menghasilkan prediksi-prediksi
baru yang tepat melalui eksperimen. Itulah mengapa materi gelap tetap terus
bertahan, karena prediksi-prediksinya yang tepat termasuk kecepatan pasangan
galaksi, jaringan kosmik berskala masif, fluktuasi dalam CMB, osilasi akustik
barion, lensa gravitasi dan masih banyak lagi. Itulah mengapa inflasi kosmik,
melalui prediksinya yang tepat termasuk fluktuasi superhorizon, puncak akustik
dalam cahaya sisa Big Bang, permulaan dari invarian skala, dll, adalah teori
utama untuk asal mula Big Bang. Dan itulah mengapa gagasan-gagasan alternatif,
selain yang disebutkan di atas berada di tempat paling pinggir.
Kita selalu bisa menambahkan celah, parameter, atau epicycle (lingkaran kecil di
dalam lingkaran besar) lain ke teori yang kita gagas agar “tidak dikesampingkan”.
Saya, bersama sebagian besar fisikawan, merasakan hal ini sebagai alternatif
non-standar, termasuk MOND, f(R) gravitasi, model Quasi-Steady-State, kosmologi
tired-light, alam semesta plasma, dan
sebagainya. Pada titik tertentu, kita hanya perlu mengatakan “cukup”. Kita harus menyadari bahwa tingkat perubahan untuk meningkatkan teori yang kita gagas sudah tidak masuk akal karena sudah tidak memiliki
kekuatan prediksi. Mereka hanyalah sebuah contoh pembelaan khusus.
Tentu saja para penyokongnya tidak akan berpikir begitu. Mereka selalu mengira bahwa mereka
terpinggirkan, tertindas, diabaikan, atau tidak dianggap serius. Pada
kesempatan yang sangat langka sebenarnya mereka benar, dan saat itulah terjadi
revolusi ilmiah. Penting untuk menjaga agar pikiran kita selalu terbuka
terhadap kemungkinan itu, untuk menjelajahinya dan mempertimbangkan bagaimana
jadinya jika alternatif ini benar. Tapi bagi sebagian besar ilmuwan yang
mengerjakan gagasan alternatif ini, pekerjaan seumur hidup mereka akan
berubah menjadi jalan buntu dan gagasan mereka akan padam saat mereka (dan
mungkin murid-murid mereka) meninggal. Sungguh menyedihkan dan tragis untuk
melihat kembali sejarah dan menyadari bahwa selama beberapa dekade terakhir
karir ilmiah Einstein, Hoyle, Burbidge, Schrodinger, dan masih banyak lagi, secara
total dikesampingkan. Tapi, apakah ilmuwan yang paling cerdas sekalipun
menerima kebenaran ilmiah baru atau tidak, adalah tidak relevan. Selama pengetahuan
dan pemahaman kita tetap maju ke depan.
Ditulis oleh: Ethan Siegel, kontributor
www.forbes.com
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar