Langsung ke konten utama

Bagaimana Kemungkinan Alam Semesta Bermula Tanpa Big Bang?

bagaimana-kemungkinan-alam-semesta-tanpa-big-bang-astronomi
Vadim Sadovski/Shutterstock

“Semuanya dimulai dengan Ledakan Besar (Big Bang)!” Paling tidak, itulah seruan yang digunakan oleh produser “Barenaked Ladies” dan “The Big Bang Theory” agar kita percaya. Teori Big Bang telah menjadi penjelasan utama asal mula alam semesta kita selama beberapa dekade yang didukung oleh bukti-bukti kuat.

Pertama, kita dapat mengamati bagaimana alam semesta terus meluas ke segala arah hingga saat ini. Bahkan penelitian terbaru telah mengungkap akselerasi laju ekspansi alam semesta. Kedua, ada latar belakang gelombang mikro kosmik yang diyakini oleh para ilmuwan sebagai sisa-sisa radiasi Big Bang yang dapat dideteksi dari segala arah.

Memang ada teori-teori lain yang menggagas asal mula alam semesta, misalnya teori Oscillating Universe, yang memprediksi alam semesta berayun maju mundur, namun sebagian besar astronom cenderung sependapat dengan teori Big Bang.

Tetapi, fisikawan Juliano Cesar Silva Neves dari Universitas Campinas di Brasil, bukanlah salah satu dari mereka. Dalam sebuah makalah studi yang dipublikasikan di General Relativity and Gravitation, dia mengemukakan teori yang berbeda, karena singularitas mencegah Big Bang sebagai awal alam semesta.

Sebagai gantinya, Neves mengajukan gagasan tentang periode kontraksi yang mendahului periode ekspansi kosmos.

“Mengabaikan singularitas atau Big Bang membawa kita kembali ke bouncing Universe dalam tahap teoretis kosmologi,” jelas Neves dalam sebuah pernyataan. “Tanpa singularitas sebagai permulaan ruang dan waktu, membuka kemungkinan jejak fase kontraksi yang telah ada selama fase perubahan dan mungkin masih bertahan di dalam ekspansi alam semesta yang sedang berlangsung saat ini.”

Untuk menjelaskan teorinya, Neves kembali ke lubang hitam dan trik matematika yang pertama kali diajukan pada taun 1968 oleh fisikawan Amerika serikat James Bardeen. Saat itu, Bardeen mengajukan sebuah formula untuk membuktikan eksistensi lubang hitam tanpa singularitas, sembari tetap mematuhi hukum relativitas umum. Bardeen menyebutnya “regular black holes”. Bardeen menggagas massa lubang hitam dapat dilihat sebagai sebuah fungsi, tergantung pada jarak ke pusat lubang hitam, bukannya konstanta sebagaimana diperkirakan sebelumnya.

Neves tampaknya mengambil gagasan ini dan menerapkannya ke singularitas lain, yakni singularitas awal yang memprediksi Big Bang.

Teori yang diajukan Neves berpotensi menghidupkan kembali teori Big Bounce. Bukannya meluas dari satu titik padat tak terhingga (teori Big Bang), alam semesta justru meluas dan menyusut secara kontinyu. Setiap ekspansi dan kontraksi berlangsung selama miliaran tahun.

Meskipun menarik, belum ada bukti fisik yang mendukungnya, meskipun Neves menyarankan agar kita mulai meneliti lubang hitam.

“Sisa-sisa lubang hitam dari fase kontraksi alam semesta sebelumnya, ...mungkin bertahan dari bounce universe,” pungkasnya.

Ditulis oleh: Rosie McCall, www.iflscience.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang