Langsung ke konten utama

Dua Planet Bumi Super Ditemukan di Sekitar Bintang Katai Merah

eksoplanet-k2-18b-dan-k2-18c-ditemukan-mengorbit-bintang-katai-merah-astronomi
Eksoplanet K2-18b dan K2-18c yang baru ditemukan, mengorbit bintang katai merah K2-18 yang terletak 111 tahun cahaya dari Bumi di rasi bintang Leo.
Kredit: Alex Boersma

Upaya pencarian eksoplanet atau planet yang mengorbit bintang selain Matahari, telah menghasilkan beberapa penemuan yang sangat menarik. Selain planet-planet raksasa yang lebih masif, seperti Jupiter panas dan Bumi super, ada banyak planet yang berada di antara kedua klasifikasi tersebut. Kemudian ada pula momen observasi tindak lanjut yang telah menghasilkan penemuan beberapa sistem planet.

K2-18 adalah bintang katai merah yang terletak sekitar 111 tahun cahaya dari Bumi di rasi bintang Leo yang diketahui menjadi induk dua planet. Satu tim astronom internasional dari berbagai negara, selain mengkonfirmasi kandidat planet K2-18b, juga menemukan eksoplanet kedua. Tim menghasilkan penemuan menggunakan instrumen High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher (HARPS) besutan Observatorium Eropa Selatan (ESO).

Makalah studi yang merinci penemuan diberi judul: “Characterization of the K2-18 multi-planetary system with HARPS”, telah dipublikasikan di jurnal Astronomy and Astrophysics. Penelitian juga didukung oleh Natural Sciences and Research Council of Canada (NSERC) dan Institute for Research on Exoplanets, konsorsium para ilmuwan dan mahasiswa dari Universitas Montreal dan Universitas McGill.

eksoplanet-bumi-super-mengorbit-bintang-mirip-matahari-astronomi
Ilustrasi planet Bumi super yang mengorbit bintang mirip Matahari.
Kredit: ESO/M. Kornmesser

Dipimpin oleh Ryan Cloutier, seorang mahasiswa PhD dari Center for Planet Science Universitas Toronto dan Institute for Research on Exoplanets (iREx) Universitas Montréal, tim termasuk para ilmuwan dari Universitas Jenewa, Universitas Grenoble Alpes dan Universitas Porto. Tim mempelajari K2-18b untuk menentukan sifat dan karakteristik planet.

Saat pertama kali ditemukan pada tahun 2015, K2-18b berada di zona layak huni bintang induk. Tim astronom yang berperan atas penemuan juga memprediksi jumlah radiasi yang diterima oleh K2-18 setara dengan radiasi yang diterima Bumi dari Matahari. Namun, prediksi awal ukuran planet belum dapat ditentukan, apakah tergolong sebagai Bumi super atau Neptunus mini.

Untuk alasan ini, Cloutier bersama tim berusaha untuk mengkarakterisasi massa planet, sebuah langkah penting untuk menentukan sifat dan komposisi atmosfer. Tim melakukan pengukuran kecepatan radial terhadap bintang induk K2-18 menggunakan spektrograf HARPS untuk menentukan massa planet. Dari pengukuran ini, tim dapat menempatkan batasan massa, sekaligus mengungkap informasi berharga lainnya.

Seperti yang dikemukakan oleh Ryan Cloutier dalam sebuah pernyataan pers: "Pengukuran massa dan kepadatan K2-18b adalah hal yang sangat luar biasa, tapi menemukan eksoplanet baru dengan massa yang setara, merupakan sebuah keberuntungan yang sama menariknya ..... Jika massa dan radius diketahui, maka kita juga dapat mengukur massa jenis, yang menyediakan informasi tentang komposisi planet."

eksoplanet-k2-18b-memiliki-lapisan-atmosfer-padat-astronomi
Ilustrasi Bumi super dengan lapisan atmosfer padat, para ilmuwan meyakini seperti itulah atmosfer K2-18b.
Kredit: NASA/JPL

Pengukuran kecepatan radial menunjukkan hasil 8 kali lipat massa Bumi untuk K2-18b, plus minus 1,9 massa Bumi. K2-18b 3,3 kali lebih padat daripada Bumi, plus minus 1,2 g/cm³. Hasil ini konsisten dengan karakteristik planet terestrial (berbatu) yang memiliki lapisan molekul gas dan massa air yang signifikan. Dengan kata lain, K2-18b adalah planet Bumi super dengan atmosfer molekul gas (seperti Bumi) atau “dunia air” dengan lapisan es tebal di atas permukaan.

Tim juga mengungkap eksistensi K2-18c, planet kedua yang lebih hangat dengan massa sekitar 7,5 kali lipat massa Bumi (plus minus 1,3 massa Bumi) dan periode orbital 9 hari. Setelah memeriksa kembali kurva cahaya yang diperoleh dari bintang induk K2-18, tim menyimpulkan K2-18c sebelumnya tidak terdeteksi karena lintasan orbit yang tidak terletak di bidang yang sama. Seperti yang digambarkan oleh Cloutier: "Ketika data pertama kali diletakkan di atas meja, kami mencoba untuk menganalisisnya. Kami harus memastikan sinyal bukanlah derau. Jadi dibutuhkan analisis cermat untuk memverikasinya, meskipun deteksi awal sinyal merupakan indikasi bagus tentang eksistensi planet lain .... Tidak ada seruan eureka, sebelum semua kotak pada daftar tercentang."

Sayangnya, orbit K2-18c yang baru ditemukan terlalu dekat dengan bintang induk sehingga berada di luar zona layak huni. Pada akhirnya, sistem planet ini kemungkinan akan diungkap lebih detail oleh Teleskop Antariksa James Webb NASA yang akan segera diluncurkan.

eskoplanet-bumi-super-mengorbit-bintang-katai-merah-astronomi
Ilustrasi Bumi super yang mengorbit dekat dengan bintang induk katai merah.
Kredit: M. Weiss/CfA

Tim berharap Webb dapat menyelesaikan misteri komposisi K2-18b, apakah seperti Bumi atau “dunia air”. "Dengan data saat ini, kami tidak bisa membedakan dua kemungkinan tersebut," ujar Cloutier. “Tapi Webb mampu menyelidiki apakah K2-18b memiliki atmosfer global atau planet yang tertutup air.”

Sebagaimana dijelaskan oleh rekan penulis makalah studi RenĂ© Doyon, sekaligus peneliti ​​utama Near-Infrared Imager and Slitless Spectrograph (NIRISS), instrumen milik Badan Antariksa Kanada yang akan dipasang di JWST: "Ada banyak permintaan untuk mengoperasikan Webb, jadi kita harus pandai memilih eksoplanet mana untuk dipelajari. K2-18b adalah salah satu target terbaik untuk studi atmosfer yang akan menempati daftar teratas.

Penemuan planet Bumi super kedua di sistem K2-18 merupakan indikasi kuat bahwa bintang katai merah dapat menampung sistem multi planet. Jarak yang sangat dekat antara bintang induk dengan planet di sistem ini, yang setidaknya memiliki satu planet dengan atmosfer tebal, membuatnya ideal untuk studi atmosfer eksoplanet.

Ditulis oleh: Matt Williams, www.universetoday.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang