Langsung ke konten utama

Bintang Apa yang Akan Menetas dari Nebula Tarantula?

nebula-tarantula-kamera-cahaya-tampak-sofia-informasi-astronomi
Pemandangan Nebula Tarantula yang diamati oleh kamera cahaya kasat mata SOFIA, selama observasi dari Christchurch, Selandia Baru.
Kredit: NASA/SOFIA/Nicholas A. Veronico

Untuk memperoleh gambaran lengkap tentang kehidupan bintang-bintang masif, para periset perlu mempelajarinya dalam semua tahap kehidupan bintang, mulai dari saat masih dalam wujud gas dan debu, hingga kematian dramatis mereka yang berakhir dalam sebuah ledakan dahsyat.

Teleskop terbang NASA, the Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy (SOFIA), sangat ideal untuk mempelajari tahap awal kelahiran bintang di wilayah-wilayah pembentuk bintang seperti Nebula Tarantula, raksasa gas dan debu masif yang terletak di galaksi Awan Magellan Besar.

Menggunakan SOFIA, Michael Gordon memimpin satu tim periset dari Minnesota Institute for Astrophysics untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi kecerahan, umur dan kandungan debu dari tiga wilayah pembentuk bintang-bintang muda di Awan Magellan Besar.

“Awan Magellan Besar selalu menjadi laboratorium istimewa yang menarik untuk meneliti pembentukan bintang-bintang masif,” ungkap Gordon. “Sifat kimiawi dari wilayah-wilayah pembentuk bintang di Awan Magellan Besar secara signifikan berbeda dengan Bima Sakti. Berarti bintang-bintang yang terbentuk di sana berpotensi mencerminkan kondisi bintang di galaksi-galaksi katai pada masa lalu.”

Di lingkungan galaksi Bima Sakti kita sendiri, yang juga mencakup galaksi satelit Awan Magellan Besar, bintang-bintang masif (yang umumnya diklasifikasikan sebagai bintang dengan massa lebih dari delapan kali lipat massa Matahari), diyakini terbentuk secara eksklusif di awan molekuler yang sangat padat. Debu dan gas gelap menyerap cahaya latar belakang dan mencegah teleskop optik biasa untuk mencitrakan wilayah ini.

“Kemampuan panjang gelombang inframerah-tengah SOFIA sangat ideal untuk menembus awan gelap guna menangkap gambar wilayah-wilayah potensial pembentuk bintang masif,” Gordon menambahkan.

Observasi juga dipersenjatai dengan Faint Object infrared Camera for the SOFIA Telescope (FORCAST). Kamera inframerah ini turut melakukan spektroskopi untuk mengidentifikasi elemen di wilayah pembentuk bintang.

Para astronom kerap mempelajari evolusi bintang menggunakan teleskop optik dan inframerah untuk mengungkap lebih banyak informasi tentang fotosfer dan populasi bintang di fotosfer. Data inframerah-tengah dan inframerah-jauh yang dikumpulkan oleh SOFIA, kembali memperkuat tingkat suhu debu dan akresi massa yang konsisten dengan penelitian sebelumnya terhadap Awan Magellan Besar.

"Kami ingin menggabungkan sebanyak mungkin observasi optik, sebagaimana yang terlihat pada gambar yang diambil oleh Teleskop Antariksa Hubble, dengan gambar inframerah-jauh yang dicitrakan oleh Teleskop Antariksa Spitzer dan Observatorium Antariksa Herschel, untuk memperoleh jangkauan gambar seluas mungkin,” lanjut Gordon. “Belum ada peneliti yang menggunakan rentang panjang gelombang FORCAST untuk mempelajari pembentukan bintang secara efektif. Kami membutuhkan SOFIA untuk mengisi celah antara 20-40 mikron yang memberikan gambaran lengkap tentang apa yang sedang terjadi.”

Pada musim panas tahun 2017, studi lebih lanjut terhadap Nebula Tarantula dilakukan di observatorium terbang SOFIA selama enam minggu ekspedisi sains yang beroperasi dari Christchurch, Selandia Baru, untuk mempelajari langit di belahan bumi selatan. Gordon bersama tim berharap saat dianalisis, data yang dikumpulkan oleh SOFIA selama penerbangan di Christchurch akan mengungkap eksistensi bintang-bintang masif berusia muda yang terbentuk di wilayah tersebut dan belum pernah ditemukan, termasuk belum pernah diamati di luar Bima Sakti.

SOFIA adalah pesawat jet Boeing 747SP yang dimodifikasi untuk membawa sebuah teleskop berdiameter 100 inci. SOFIA adalah proyek kerjasama antara NASA dan German Aerospace Center. Pusat Penelitian Ames NASA di Silicon Valley California mengelola program SOFIA, operasional dan misi sains dilakukan atas kerja sama Universities Space Research Association yang bermarkas di Columbia, Maryland, dengan German SOFIA Institute di Universitas Stuttgart. Basis pesawat jet Boeing 747SP berada di Hangar 703 Pusat Penelitian Penerbangan Armstrong di Palmdale, California.

Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Kassandra Bell


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang