Langsung ke konten utama

Kepler-22b: Fakta Tentang Eksoplanet di Zona Layak Huni

eksoplanet-kepler-22b-informasi-astronomi
Ilustrasi Kepler-22b yang mengorbit bintang mirip Matahari di zona layak huni.
Kredit: NASA/Ames/JPL-Caltech

Kepler-22b adalah eksoplanet atau planet di luar tata surya pertama yang ditemukan oleh Teleskop Antariksa Kepler NASA mengorbit di zona layak huni bintang induk. Kepler-22b dianggap sebagai tempat yang menjanjikan untuk mencari kehidupan. Tapi karena terletak 600 tahun cahaya dari Bumi, observasi lebih lanjut terhadap dunia ini membutuhkan teleskop yang lebih kuat.

Diumumkan penemuannya pada tahun 2011, diameter Kepler-22b diperkirakan 2,4 kali lebih besar daripada Bumi. Suhu rata-rata permukaan sekitar 22 derajat Celsius, cukup sejuk untuk menampung kehidupan, namun para ilmuwan terus memperdebatkan habitabilitasnya sejak pertama kali ditemukan.

Penemuan

NASA mengumumkan Kepler-22b sebagai 1 dari 54 kandidat planet layak huni yang ditemukan Kepler pada bulan Februari 2011. Seluruh planet ditemukan oleh Kepler menggunakan metode transit, dengan mendeteksi penurunan skala kecerahan cahaya saat melintas di depan bintang dari orientasi sudut pandang kita.

Pada bulan Desember 2011, para astronom kemudian mengkonfirmasi eksistensi Kepler-22b, dan melaporkan makalah hasil studi ke Astrophysical Journal. Rincian lebih lanjut tentang Kepler-22b diumumkan melalui konferensi pers NASA, sekaligus publikasi penemuan lebih dari 1.000 kandidat eksoplanet baru oleh Kepler.

Ukuran Kepler-22b sedikit lebih besar daripada Bumi, namun durasi orbit hampir mirip (290 banding 365 hari Bumi). Kepler-22b mengorbit bintang kelas-G yang mirip Matahari kita, meskipun sedikit lebih kecil dan lebih dingin. Para peneliti mengapresiasi penemuan yang mendukung tujuan misi Kepler untuk menemukan kembaran Bumi.

“Kita semakin dekat untuk menemukan Goldilocks planet atau planet layak huni,” ungkap Pete Worden, Direktur Pusat Penelitian Ames NASA di Moffett Field, California, saat konfrensi pers. Wilayah di sekitar bintang yang berpotensi menopang air cair disebut zona layak huni.  Terkadang disebut “Goldilocks zone”, zona orbit ideal bagi sebuah planet untuk memiliki suhu yang tidak terlalu panas (sehingga air tidak menguap) dan tidak terlalu dingin (sehingga air tidak membeku).

Seorang anggota tim misi Kepler memprediksi faktor ukuran Kepler-22b kurang bersahabat terhadap kehidupan. Kepler-22b justru memiliki lingkungan yang hampir mirip dengan Neptunus, inti planet berbatu yang tertutup samudera raya.

“Bukan berarti menutup kemungkinan munculnya kehidupan di lautan semacam itu,” kata Natalie Batalha, Wakil Kepala Sains Kepler, dalam sebuah wawancara dengan Associated Press.

zona-layak-huni-eksoplanet-kepler-22b-informasi-astronomi
Ilustrasi perbandingan tata surya kita dengan sistem Kepler-22. Area hijau merupakan zona layak huni bintang yang berpotensi menopang air cair di permukaan planet. Bintang Kepler-22 sedikit lebih kecil daripada Matahari kita, jadi zona layak huninya sedikit lebih dekat. Kepler-22b menyelesaikan satu kali orbit mengitari bintang induk setiap 289 hari dengan luas orbit sekitar 85% orbit Bumi.
Kredit: NASA/Ames/JPLCal-tech.

Pencarian Zona Layak Huni

Beberapa makalah ilmiah yang melaporkan penelitian Kepler-22b telah dihasilkan sejak tahun 2012.
  • 2015 Europan Planetary Science Congress mempertimbangkan variabilitas energi bintang induk yang memengaruhi habitabilitas Kepler-22b.
  • 2016 American Astronomical Society metting membahas hasil simulasi eksobulan di sistem Kepler-22, untuk mempelajari bagaimana habitabilitasnya. (Para penulis menyimpulkan bahwa “sistem satelit juga berpotensi mendukung kehidupan).
  • Upaya pencarian sebuah eksobulan yang mengorbit Kepler-22b (diterbitkan di Astrophysical Journal pada tahun 2013).
Namun habitabilitas Kepler-22b belum dapat dipastikan dan hanya tercantum sebagai “sampel optimis” planet yang berpotensi layak huni di The Habitable Exoplanets Catalog (sebuah proyek yang digelar oleh Planetary Habitabillity Laboratory Universitas Puerto Rico di Arecibo). Katalog juga mencakup planet non-terestrial, planet yang kemungkinan tidak menampung air cair dan mengorbit di tepi zona layak huni.

Observasi Masa Depan

Hingga akhir tahun 2017, Kepler masih terus beroperasi, meskipun mengamati area langit yang berbeda. Kepler tidak bisa terus menerus mengamati ke satu arah karena kegagalan mekanis (teleskop beroperasi lebih lama daripada masa pakai yang direncanakan). Kepler telah menemukan banyak dunia yang berpotensi layak huni, sejak menemukan Kepler-22b. Meskipun faktor jarak menyulitkan penelitian yang menindaklanjuti observasi Kepler, upaya ini dapat dilakukan menggunakan teleskop masa depan berbasis darat dan antariksa.

Teleskop yang berpotensi untuk menindaklanjuti penemuan Kepler-22b, termasuk Teleskop Antariksa James Webb (dijadwalkan diluncurkan pada tahun 2021) dan teleskop berbasis darat European Extremely Large Telescope (E-ELT) yang dijadwalkan memulai observasi pada tahun 2024.

Ditulis oleh: Elizabeth Howell, kontributor www.space.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inti Galaksi Aktif

Ilustrasi wilayah pusat galaksi aktif. (Kredit: NASA/Pusat Penerbangan Antariksa Goddard) Galaksi aktif memiliki sebuah inti emisi berukuran kecil yang tertanam di pusat galaksi. Inti galaksi semacam ini biasanya lebih terang daripada kecerahan galaksi. Untuk galaksi normal, seperti galaksi Bima Sakti, kita menganggap total energi yang mereka pancarkan sebagai jumlah emisi dari setiap bintang yang ada di dalamnya, tetapi tidak dengan galaksi aktif. Galaksi aktif menghasilkan lebih banyak emisi energi daripada yang seharusnya. Emisi galaksi aktif dideteksi dalam spektrum inframerah, radio, ultraviolet, dan sinar-X. Emisi energi yang dipancarkan oleh inti galaksi aktif atau active galaxy nuclei (AGN) sama sekali tidak normal. Lantas bagaimana AGN menghasilkan output yang sangat energik? Sebagian besar galaksi normal memiliki sebuah lubang hitam supermasif di wilayah pusat. Lubang hitam di pusat galaksi aktif cenderung mengakresi material dari wilayah pusat galaksi yang b...

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia ...

Mengapa Bentuk Bulan Selalu Berubah?

Ketika memandang langit malam, kamu mungkin pernah memperhatikan bentuk bulan yang terlihat sedikit berbeda pada setiap malamnya. Perbedaan tampilan bentuk ini disebabkan oleh fase dan tipe bulan menurut sudut pandang kita di bumi. Bulan purnama berlangsung saat seluruh sisi bulan yang menghadap bumi diterangi oleh cahaya matahari. Tapi tahukah kamu, bulan purnama tidak selalu terlihat sama? Terkadang, bulan tampak bersinar merah. Sementara pada waktu yang lain, ukuran bulan tampak lebih besar daripada biasanya. Sebenarnya warna dan ukuran bulan tidak pernah berubah. Perubahan penampilan ini bisa terjadi karena pergeseran posisi bulan di antara matahari dan bumi. Ada beberapa jenis bulan purnama yang dianggap istimewa karena lebih jarang terjadi, Mereka adalah bloodmoon (bulan darah), supermoon (bulan super), blue moon (bulan biru) dan harvest moon . Bloodmoon (bulan darah) Bloodmoon di langit malam pada tahun 2014. Kredit: Pusat Penelitian Ames NASA/Brian Da...