Langsung ke konten utama

Benturan Dua Lubang Hitam Supermasif Kerdilkan Gelombang Gravitasi LIGO

penggabungan-lubang-hitam-supermasif-informasi-astronomi
Ilustrasi penggabungan lubang hitam.
(P. Marenfeld/NOAO/AURA/NSF)

“Mereka akan mengerdilkan penemuan penggabungan lubang hitam yang terdeteksi oleh LIGO.” Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory adalah observatorium pertama yang pernah mendeteksi gelombang gravitasi, yang dihasilkan oleh fenomena tabrakan antara lubang hitam pada bulan Februari 2016. “Dan akan terdeteksi dalam waktu 10 tahun,” ungkap astrofisikawan Chiara Mingarelli dari Institut Flatiron di New York.

Para astronom tidak perlu menunggu terlalu lama untuk melihat fenomena terkuat di seluruh kosmos, yaitu penggabungan antara dua lubang hitam supermasif yang diprediksi akan terjadi 10 tahun lagi. Lubang hitam supermasif bersemayam di jantung galaksi raksasa, termasuk Bima Sakti kita sendiri, dan dapat mengandung massa jutaan atau miliaran kali lipat massa Matahari. Sebagai perbandingan, fenomena penggabungan antar lubang hitam yang pernah dideteksi oleh detektor gelombang gravitasi hanya memiliki massa beberapa lusin Matahari.

“Gelombang gravitasi yang dihasilkan oleh penggabungan lubang hitam supermasif biner ini adalah yang terkuat di alam semesta,” jelas Mingarelli.

Selama satu dekade terakhir, para ilmuwan yang tergabung dalam kolaborasi North American Nanohertz Observatory for Gravitational Waves (NANOGrav) telah "mendengarkan" gelombang gravitasi konstan frekuensi rendah.

Upaya teoritis memprediksi derau yang dihasilkan oleh tabrakan yang melibatkan dua lubang hitam supermasif, dengan massa jutaan atau miliaran kali lipat Matahari, seharusnya dapat terdeteksi dari Bumi. NANOGrav memang belum mendengar derau, namun upaya yang mengarah ke sana justru mengungkap rincian baru tentang evolusi dan penyatuan galaksi, menurut anggota tim.

NANOGrav telah memantau 54 pulsar di seluruh Bima Sakti menggunakan dua teleskop radio paling sensitif, Teleskop Green Bank di Virginia Barat dan Observatorium Arecibo di Puerto Riko. Tim berharap dapat mendengar suara frekuensi rendah yang khas.

“Sementara LIGO mendeteksi nada derau yang tinggi, nada pulsar lebih rendah,” kata Mingarelli.

Studi yang digelar Mingarelli bersama tim adalah studi pertama menggunakan data nyata, bukan simulasi komputer, untuk memprediksi kapan fenomena semacam itu akan berlangsung. Deteksi penggabungan antar lubang hitam supermasif menawarkan wawasan baru tentang evolusi galaksi raksasa dan lubang hitam supermasif.

Ketika dua galaksi bertabrakan dan menyatu, lubang hitam supermasif di masing-masing galaksi mengarah ke pusat galaksi baru. Mereka akan saling mendekat dan bergabung untuk membentuk lubang hitam tunggal yang lebih besar. Proses penyatuan menghasilkan gelombang gravitasi dan mengirim riak-riak di jalinan ruang dan waktu.

Meskipun gelombang gravitasi mereka sangat kuat, namun berada di luar panjang gelombang detektor LIGO dan Virgo.

Gelombang gravitasi yang dihasilkan oleh penggabungan dua lubang hitam supermasif justru akan memengaruhi pulsar, yang bertindak layaknya metronom kosmik. Metronom adalah sebuah alat yang dapat mengeluarkan suara (atau ketukan) dengan interval yang stabil. Rotasi pulsar yang sangat cepat mengirim denyut gelombang radio dalam ritme yang stabil. Saat gelombang gravitasi melintas, meregangkan dan meremas ruang di antara pulsar dan Bumi, maka ritme akan sedikit berubah. Perubahan kemudian dipantau oleh proyek-proyek observasi pulsar di Bumi.

“Ketika melintasi Bima Sakti, gelombang gravitasi meregangkan dan meremas jalinan ruang dan waktu, sehingga menggoncang pulsar dan Bumi,” ujar Mingarelli kepada Space.com. “Dan kita bisa mengukur goncangan dengan melihat perubahan ritme denyut gelombang radio pulsar.”

Dua pulsar “bagaikan lengan-lengan interferometer LIGO, tapi, bukan lengan yang panjangnya 4 kilometer seperti di Bumi. Panjang kedua pulsar mencapai 3.000 tahun cahaya,” tambah Mingarelli. “Pulsar timing array bagaikan detektor gelombang gravitasi dalam skala galaksi.”

Saat ini, ada tiga proyek yang membaca tempo gelombang radio dari pulsar terdekat, yaitu : Parkes Pulsar Timing Array di Australia, North American Nanohertz Observatory for Gravitational Waves dan European Pulsar Timing Array. Ketiga proyek ini membentuk International Pulsar Timing Array.

Galaksi raksasa yang ukurannya setara dengan galaksi Sombrero, mungkin menawarkan pemandangan pertama terhadap penggabungan sepasang lubang hitam supermasif. Galaksi menyerupai topi khas Meksiko ini cukup besar, sehingga fenomena penggabungan antar lubang hitam yang terjadi di sana akan menghasilkan gelombang gravitasi yang dapat kita deteksi. Namun lubang hitam supermasif di pusat Sombrero tidak begitu besar, sehingga durasi penggabungannya terjadi relatif cepat. Para periset dari Universitas Columbia memprediksi sepasang lubang hitam supermasif yang konvergen (bersatu di satu tempat) di rasi bintang Virgo, tak lama lagi akan bertabrakan.

Mingarelli bersama para kolega memperkirakan berapa lama proyek mampu mendeteksi penggabungan lubang hitam supermasif pertama mereka. Tim menyusun katalog galaksi-galaksi terdekat yang berpotensi menampung sepasang lubang hitam supermasif. Tim selanjutnya menggabungkan katalog dengan peta pulsar terdekat untuk menghitung probabilitas deteksi dari waktu ke waktu.

“Jika mempertimbangkan posisi pulsar di langit, pada dasarnya kita memperoleh 100% kesempatan untuk mendeteksi sesuatu dalam waktu 10 tahun,” ucap Mingarelli. “Dan yang kami pilih adalah lubang hitam supermasif biner lokal.”

Kejutan dari hasil perhitungan terletak di galaksi mana yang paling berpotensi menawarkan pandangan sekilas tentang fenomena penggabungan antar lubang hitam supermasif. Galaksi raksasa berarti lubang hitamnya lebih besar dan akan menghasilkan gelombang gravitasi yang lebih kuat. Tapi, lubang hitam supermasif justru bergabung bergabung lebih cepat dan mengurangi persentase keberhasilan deteksi gelombang gravitasi.

Penggabungan lubang hitam di galaksi raksasa seperti Messier 87 (M87), akan menghasilkan gelombang gravitasi yang terdeteksi selama 4 juta tahun. Sedangkan galaksi yang lebih kecil seperti galaksi Sombrero justru menawarkan durasi deteksi selama 160 juta tahun. M87 adalah salah satu galaksi yang paling masif di alam semesta lokal, yang memiliki gugus bintang globular dalam jumlah besar, sekitar 12.000 gugus. Sebagai perbandingan, Bima Sakti hanya memiliki sekitar 150-200 gugus bintang globular.

Deteksi gelombang gravitasi akan memberikan para astrofisikawan pemahaman yang lebih baik tentang penggabungan di jantung galaksi, menurut Mingarelli, sekaligus menyediakan metode baru untuk mempelajari fisika fundamental tidak dapat diakses dengan cara-cara lain.

Jumlah lubang hitam supermasif biner juga menawarkan probabilitas seberapa sering penggabungan antar galaksi terjadi.

Jika penggabungan sepasang lubang hitam supermasif tidak dapat diamati, berarti mereka terpisah dalam jarak tiga tahun cahaya (satu parsec).

Disebut Final Parsec Problem, sepasang lubang hitam supermasif yang terpisah satu parsec akan saling mendekat seiring waktu, ketika orbit mereka terdegradasi karena terlepasnya energi yang menghasilkan gelombang gravitasi. Namun proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada usia alam semesta saat ini.

Entah bagaimana akhirnya para ilmuwan mendeteksi penggabungan dua lubang hitam supermasif, “pastinya akan sangat menarik,” pungkas Mingarelli.

Ditulis oleh: Staf www.dailygalaxy.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang