Langsung ke konten utama

Prediksi Kepala Ilmuwan NASA: Kehidupan Alien Akan Ditemukan Tahun 2025

tanda-kehidupan-alien-akan-ditemukan-tahun-2025-informasi-astronomi
Observasi menggunakan teleskop berbasis darat dan antariksa, telah mengungkap molekul air yang begitu melimpah di tata surya dan galaksi Bima Sakti.
Kredit: NASA

Umat manusia telah mencapai ambang penemuan kehidupan asing ekstraterestrial, prediksi para ilmuwan senior NASA.

“Saya pikir, kita akan menemukan indikasi kuat tentang kehidupan di luar Bumi dalam satu dekade, kemudian bukti definitif dalam kurun waktu 20-30 tahun,” ungkap Kepala Ilmuwan NASA Ellen Stofan saat acara diskusi panel yang membahas upaya badan-badan antariksa untuk mencari dunia layak huni dan kehidupan asing pada tanggal 7 April 2017.

“Kita tahu di mana harus mencarinya dan bagaimana cara melihatnya,” Stofan menambahkan saat acara diskusi tersebut, yang disiarkan secara langsung melalui jaringan internet. “Dalam sebagian besar penelitian, selain teknologi, kami berada di jalur yang tepat untuk menerapkannya. Berarti kita telah sampai di ujung jalan.”

Mantan astronot John Grunsfeld yang saat ini menjabat Administrator Asosiasi Direktorat Misi Sains NASA, sependapat dengan Stofan dan memprediksi tanda-tanda kehidupan segera ditemukan di tata surya kita sendiri.

“Saya rassa kita hanya terpisah dari satu generasi untuk mencapai tata surya, entah di bulan-bulan es atau Mars, dan satu generasi selanjutnya untuk mencapai sebuah planet yang mengorbit bintang terdekat,” ujar Grunsfeld dalam acara diskusi yang disiarkan secara langsung melalui jaringan internet.

Banyak Lingkungan yang Layak Huni

Penemuan terbaru menunjukkan tata surya dan galaksi Bima Sakti kita dipenuhi lingkungan yang berpotensi menopang kehidupan, kata Grunsfeld.

Misalnya, lautan air cair di bawah cangkang es bulan-bulan Jupiter, Europa dan Ganymede, dan Enceladus, bulan Saturnus. Dulu, sebagian besar permukaan Mars pernah tertutup dengan lautan, sementara garis lereng musiman yang diamati di permukaan Planet Merah saat ini, kemungkinan disebabkan oleh aliran air asin.

Rover Curiosity besutan NASA juga telah menemukan molekul organik yang mengandung karbon dan nitrogen, building blocks kehidupan di permukaan Mars.

Kemudian, Teleskop Antariksa Kepler NASA telah mengungkap bahwa hampir setiap bintang menjadi induk bagi sistem planet, yang di antaranya berada di zona layak huni. Selain itu, Kepler telah mengungkap planet berbatu seperti Bumi dan Mars mungkin jumlahnya lebih banyak daripada raksasa gas seperti Saturnus dan Jupiter di galaksi Bima Sakti.

Sebagaimana tata surya kita yang terendam air, demikian pula dengan galaksi kita yang jauh lebih besar, menurut Direktur Divisi Astrofisika NASA Paul Hertz.

Bima Sakti adalah “tempat yang basah,” Hertz mempertegas penjelasan dua koleganya saat diskusi panel. “Kita dapat mengamati molekul air di awan antarbintang yang menjadi tempat sistem planet dan sistem bintang terbentuk. Kita dapat melihat air di cakram protoplanet yang mengelilingi bintang lain, demikian pula dengan banyak komet yang menghilang di sistem planet lainnya karena menguap oleh panas dari bintang induk.

Mencari Kehidupan

Berburu biosignatures dari kehidupan ekstraterestrial adalah upaya yang jauh lebih sulit daripada mengidentifikasi lingkungan layak huni. Namun para periset tak pernah berhenti untuk mewujudkan tujuan yang paling ambisius, kata Stofan bersama para kolega.

Misalnya, rover Mars NASA berikutnya, yang dijadwalkan meluncur pada tahun 2020, mengemban misi untuk mencari jejak kehidupan masa lalu dan sampel tersembunyi lainnya dan membawanya kembali ke Bumi untuk dianalisis. NASA juga mengincar misi untuk menempatkan astronot ke Mars pada tahun 2030-an, sebuah langkah yang dianggap oleh Stofan sebagai kunci pencarian kehidupan di Mars.

“Saya adalah seorang ilmuwan geologi yang terjun langsung ke lapangan untuk memecah batu-batuan dan mencari fosil,” tutur Stofan. “Mereka sulit ditemukan, jadi saya rasa para astronot yang mendarat di permukaan Mars adalah para ahli di bidang geologi, astrobiologi, dan kimia. Misi semacam ini lebih baik daripada sekadar mengambil sampel bukti kehidupan dan membawanya kembali ke Bumi untuk menjadi bahan perdebatan oleh semua ilmuwan.”

NASA juga merencanakan sebuah misi ke Europa, yang mungkin akan diluncurkan pada awal tahun 2022. Tujuan utama misi senilai US $ 2,1 miliar ini, tak sekadar menjelaskan potensi habitabilitas bulan es Jupiter, melainkan untuk mencari makhluk hidup asing. Para ilmuwan NASA sedang memikirkan cara untuk mengambil sampel dan mempelajari kepulan air yang meletus dari wilayah kutub selatan Europa.

Pada ranah eksoplanet, Teleskop Antariksa James Webb NASA senilai US $ 8,8 miliar yang dijadwalkan meluncur pada tahun 2021, akan menjangkau atmosfer planet “Bumi super” yang relatif dekat untuk mendeteksi molekul gas yang mungkin merupakan produk samping kehidupan.

James Webb akan memindai cahaya bintang yang menembus atmosfer Bumi super yang lebih masif dibandingkan planet kita, namun jauh lebih kecil daripada raksasa gas seperti Uranus dan Neptunus. Metode andal transit spektroskopi, mungkin sulit untuk diterapkan ke planet layak huni seukuran Bumi, menurut Hertz.

Mencari molekul gas biosignatures di eksoplanet kecil berbatu mungkin memerlukan pencitraan langsung, menggunakan “coronagraph” untuk menghalangi kilau cahaya bintang induk, Hertz menambahkan.

Teleskop Wide-Field Infrared Survey Telescope NASA, yang dijadwalkan meluncur pertengahan tahun 2020-an, akan mencakup coronagraph untuk observasi eksoplanet.

Ditulis oleh: Mike Wall, penulis senior www.space.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang