Langsung ke konten utama

Inilah Sebabnya Memahami Ruang Sangat Sulit

inilah-mengapa-memahami-ruang-sangat-sulit-informasi-astronomi
Comstock/Getty Images

Jika semua materi yang ada di alam semesta tiba-tiba menghilang, apakah ruang tetap ada? Isaac Newton berpikir demikian. Ruang, ia membayangkan, adalah sesuatu seperti holodeck, sebuah perangkat canggih dalam plot serial televisi Star Trek, panggung realitas virtual 3D yang menyimulasikan proyeksi orang, benda dan tempat. Sebagaimana ditulis oleh Newton di halaman awal buku Principia-nya: “Ruang adalah mutlak, dari sifatnya sendiri, tanpa mengacu pada apapun, selalu homogen dan tak tergoyahkan.”

Hal ini tampaknya persuasif dalam kehidupan kita sehari-hari. Saya berjalan ke arah timur, Anda ke barat dan kantor pos tetap berada di tempatnya semula: Kerangka referensi tetap statis. Tapi ahli matematika dan filsuf Gottfried Leibniz dari Jerman yang hidup satu zaman dengan Newton, menolak gagasan tentang ruang yang mutlak. Singkirkan seluruh objek yang membentuk alam semesta, demikian ia berpendapat, dan “ruang” tidak lagi memiliki arti apapun. Memang, ide Leibniz akan terlihat jauh lebih kuat saat kita berada di luar ruang atau saat kita mencatat jarak antara Bumi dari Matahari dan berbagai planet, dan semua objek yang relatif selalu bergerak. Satu-satunya kesimpulan yang masuk akal, Leibniz berpendapat, ruang adalah “relasional”: ruang hanyalah seperangkat jarak yang selalu berubah antara kita dan berbagai objek (begitu pula jarak masing-masing objek), dan bukan “realitas mutlak.”

Au contraire (sebaliknya), jawab Newton. Efek dari ruang yang mutlak cukup mudah diamati. Dan Newton telah mencoba membuktikannya menggunakan ember air yang berputar. Eksperimen yang mungkin terdengar sederhana, namun memicu perdebatan tentang sifat ruang, waktu, pergerakan, percepatan dan gaya yang terus berlanjut hingga hari ini.

Di Principia, Newton meminta kita membayangkan seember air yang digantung ke seutas tali. Apabila kita memutar ember searah jarum jam, maka tali akan berpilin. Apa yang terjadi ketika kita melepaskannya? Ember mulai berputar berlawanan arah jarum jam, perlahan-lahan awalnya, lalu lebih cepat. Tetapi sesuatu yang lain juga terjadi. Sebagaimana ditulis Newton, permukaan air “perlahan-lahan akan menjadi cekung, lebih rendah di tengah dan lebih tinggi di pinggir.” Untuk sementara, ember dan air berputar bersama. Akhirnya, ember melambat dan putarannya berbalik, demikian pula dengan air, yang permukaannya berangsur-angsur datar kembali.

Siswa di SMA belajar tentang “gaya sentrifugal,” tetapi apa yang sebenarnya menyebabkan air lebih tinggi di tepi ember? Tidak mungkin karena pergerakan relatif air terhadap ember, Newton mengamati, karena distorsi maksimal di permukaan air terjadi ketika air berputar paling cepat, “selaras” dengan putaran ember. Tentu saja, ember dan air berputar relatif terhadap Bumi, tetapi hal tersebut tidak bisa menjadi penjelasan. Karena Newton yakin, jika eksperimen serupa dilakukan di luar angkasa, hasilnya akan sama.

Sejak tata surya terbentuk miliaran tahun yang lalu, Bumi telah berputar dengan khatulistiwa yang “menonjol”, layaknya air di ember yang berputar.

Untuk Newton, satu-satunya cara untuk menjelaskan eksperimen sederhana adalah air berputar sehubungan dengan ruang yang mutlak dan memicu inersia, gagasan kunci lain Principia yaitu ketahanan objek terhadap perubahan kecepatan atau arah gerak. Setelah ember dan air berputar, sisi-sisi ember mencegah air bergerak ke sebuah garis lurus dan mendorongnya naik di tepi ember.

Tapi mengapa objek memiliki inersia dari awal? Pada abad ke-19, fisikawan Ernst Mach dari Austria meyakini penjelasan tentang gerakan dan inersia, termasuk gerakan air di dalam ember yang berputar, hanya bisa dipahami dalam kaitannya dengan seluruh materi di alam semesta. Bagi Mach, versi yang lebih besar dari ember dapat dilihat pada Bumi itu sendiri. Sejak pembentukan tata surya miliaran tahun yang lalu, Bumi berputar dengan khatulistiwanya yang “menonjol”, seperti air di ember yang berputar. Mach juga bertanya: Jika rotasi Bumi bisa dihentikan, lalu seluruh planet dan bintang justru berputar di sekitarnya, apakah khatulistiwa Bumi tetap menonjol?

Newton akan menjawab tidak: Tidak ada putaran, tidak ada tonjolan. Tetapi Mach menyadari jawabannya tergantung dari mana inersia sebuah objek berasal. Jika memang inersia berasal dari sebagian besar materi di alam semesta, maka khatulistiwa planet kita akan tetap menonjol. Inilah gambaran relasional Leibniz: tak sekadar gerakan relatif, tetapi inersia, Mach memutuskan, adalah ukuran hubungan antara objek dan seluruh materi di alam semesta. Jika pandangan Mach benar, seluruh bintang dan galaksi bertanggung jawab atas bentuk Bumi dan bentuk cekungan air di ember yang berputar seperti eksperimen Newton. Tetapi Mach tidak menjelaskan bagaimana cara bintang dan galaksi dimaksud memberikan pengaruhnya, bahkan hingga hari ini jawabannya masih jauh dari kejelasan.

Mungkin penganalisis tertajam gagasan Mach adalah Albert Einstein muda, yang selanjutnya mengupayakan untuk memasukkan apa yang ia sebut sebagai “Prinsip Mach,” yaitu inersia objek tergantung pada agregat materi di seluruh alam semesta, ke dalam teori gravitasi Relativitas Umum yang ia cetuskan.

Keberhasilan teori Einstein adalah pukulan telak bagi konsep ruang mutlak Newton, meskipun tanpa ruang mutlak, kita terus berjuang untuk memahami eksperimen ember Newton. Dalam buku populernya yang berjudul “The Fabric of the Cosmos,” fisikawan Brian Greene menjelaskan: Meskipun menghancurkan gagasan ruang mutlak Newton, teori Einstein memberi kita sesuatu yang lain, struktur 4D yang disebut ruang dan waktu. Greene berpendapat ruang dan waktu adalah mutlak. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak sepakat tentang durasi parade, atau jarak yang ditempuh oleh para peserta parade, tetapi kita dapat menyepakati tentang jarak total melalui ruang dan waktu antara awal dan akhir parade. Hal ini sulit untuk digambarkan, karena memang kita tidak dapat melihat dalam 4D, tetapi digaransi oleh persamaan dalam teori Einstein.

Namun, tetap saja pendapat Greene tentang permasalahan ini belumlah final. Para fisikawan sekarang mencurigai “Higgs field,” yang diyakini memberikan massa bagi partikel untuk menembus alam semesta. Meskipun jalinan ruang dan waktu Einstein dapat berfungsi sebagai kerangka acuan yang dapat mengukur akselerasi, Higgs field berfungsi dengan lebih baik: Menawarkan daya tahan terhadap apa pun yang melewatinya, mungkin menjelaskan mengapa objek memiliki inersia dari awal.

Masih ada ide lain yang berasal dari fisikawan Paul Davies dari Universitas Negeri Arizona, yang menunjukkan bahwa ruang “kosong” sebenarnya adalah sebuah buih mendidih yang terdiri dari partikel subatomik berumur pendek yang muncul dan keluar dari eksistensi. Kuantum “vakum frolic”, katanya, bisa berfungsi sebagai pengganti ruang mutlak.

Setelah lebih dari tiga abad, pertanyaan yang dipicu oleh eksperimen ember berputar Newton, tentang ruang dan gerak, tentang massa dan inersia, terus menyulitkan para fisikawan dan filsuf. Sesuatu yang membuat air naik ke tepi ember, tetapi apakah itu benar-benar merupakan jalinan ruang dan waktu, atau Higgs fields, atau sejenis buih kuantum, masih belum bisa ditentukan.

Ditulis oleh: Dan Falk, nautil.us


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang