Apakah alam semesta kita tunggal atau banyak? Meskipun terdengar aneh, konsep ini mungkin dapat diuji, menurut para ilmuwan yang telah
merancang eksperimen pertama untuk mengungkapnya.
Potensi kita hidup di dalam multi semesta muncul dari sebuah teori yang disebut
inflasi abadi, yang menyatakan bahwa tak lama setelah Big Bang yang melahirkan kosmos, tingkat ekspansi jalinan ruang dan waktu tidak sama di beberapa wilayah dan menciptakan gelembung kosmos dengan hukum fisika terpisah.
Sampai saat ini, gagasan multi semesta tampaknya murni hipotetis. Dalam sebuah studi terbaru,
para ilmuwan memprediksi jika memang ada alam semesta lain, mungkin alam semesta kita telah menabraknya. Tabrakan antar kosmos tentunya meninggalkan jejak di radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik atau cahaya sisa-sisa Bing Bang yang menyebar ke seluruh alam semesta, kata para peneliti.
“Radiasi
latar belakang gelombang mikro kosmik membawa konsep inflasi abadi dan
tabrakan antar gelembung kosmos ke bidang sains yang bisa diuji," ungkap astrofisikawan Daniel Mortlock, salah satu anggota tim peneliti dari Imperial College London. “Jika tidak bisa diuji, sulit untuk
menyebutnya sebagai sains.”
Benturan Antar Kosmos
Mortlock
bersama tim yang dipimpin oleh mahasiswa pasca sarjana Stephen Feeney dari University of College London, melakukan pengamatan terhadap latar belakang gelombang mikro kosmik untuk mencari jejak tabrakan gelembung kosmos, tetapi belum menemukan bukti yang konklusif. Jika dua alam semesta saling bertabrakan, mereka akan meninggalkan pola melingkar di belakang latar belakang gelombang mikro kosmik.
“Jika kita membayangkan benturan antara dua gelembung sabun, permukaan di mana
mereka melakukan kontak akan melingkar, dan itulah jejak utama yang kami cari di latar belakang gelombang mikro kosmik,” jelas Mortlock. “Bukan sekedar
kontak, jejak benturan akan melingkar dan memiliki tipe profil tertentu. Tidak
ada fenomena lain yang bisa menggantikannya.”
Tim mengembangkan algoritma komputer untuk menganalisis observasi latar
belakang gelombang mikro kosmik demi menemukan pola yang sesuai. Program Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) NASA, telah menemukan empat wilayah yang dianggap menjanjikan, namun analisis
statistik terhadap mereka hanya menyerupai bentuk yang
kebetulan melingkar.
Data
dari satelit Planck Badan Antariksa Eropa (ESA), yang diluncurkan pada
tahun 2009, diharapkan lebih rinci daripada data WMAP.
Pengukuran Planck akan dirilis pada tahun 2013, dan tim berencana
untuk meninjau kembali dan menyurvei secara khusus empat wilayah menjanjikan yang ditemukan WMAP.
“Saya rasa makalah studi yang ditulis oleh Feeney dan para kolega adalah langkah pertama untuk mencari sinyal tabrakan gelembung kosmos secara serius,” komentar astrofisikawan Thomas Levi dari University of British Columbia di
Kanada yang tidak terlibat penelitian. “Meskipun saya yakin ada
potensi untuk mendeteksi alam semesta lain, data dari WMAP masih belum memadai. Kita harus menunggu
data dari eksperimen latar belakang gelombang mikro kosmik yang akan datang, seperti data dari satelit Planck. Beberapa tahun ke depan mungkin sangat
menarik.”
Alam Semesta yang
‘sebenarnya’
Gagasan tentang alam semesta lain di luar alam semesta kita memang di luar logika, tetapi para
ilmuwan justru menganggapnya cukup logis dalam berbagai aspek.
“Gagasan ini
membantu menjelaskan beberapa kebetulan aneh tentang alam semesta kita
sendiri,” tambah Mortlock. “Mengapa alam semesta kita begitu ramah terhadap
kehidupan?”
Banyak konstanta fundamental di alam semesta kita, seperti gaya gravitasi dan
kecepatan cahaya, tampaknya dikalibrasi secara sempurna untuk menghasilkan kosmos dengan galaksi, bintang, planet dan bahkan kehidupan dapat terbentuk.
Jika konstanta-konstanta ini sedikit kacau, alam semesta mungkin akan kosong, tanpa bintang dan tanpa kehidupan.
Tetapi
jika alam semesta kita adalah salah satu dari sekian banyak, maka fakta alam semesta sangat ramah terhadap kehidupan bukanlah suatu kebetulan yang
tidak mungkin.
“Salah
satu kemungkinan adalah ada beberapa alam semesta dengan hukum
yang berbeda, beberapa di antaranya tidak memiliki kondisi yang ideal untuk menampung kehidupan, sementara yang lain menopang kehidupan kompleks yang kemudian melakukan pengukuran dan mengajukan
pertanyaan sulit semacam ini,” ujar Mortlock.
“Untuk alasan itu, konsep multi semesta sangat menarik.”
Namun, konsep multi semesta juga diiringi dengan beberapa implikasi aneh. Misalnya, beberapa perhitungan menyimpulkan fakta alam semesta tanpa batas dengan siklus yang terkadang berulang dan mengarah ke kesimpulan ada salinan Bumi dan semua
orang di dalamnya di luar sana.
“Begitu tercetus, konsep ini diiringi oleh berbagai macam pemikiran liar tentang hal
semacam itu,” pungkas Mortlock. “Jika memang multi semesta, mungkin ada salinan lain dari kita. Sulit untuk memikirkannya.”
Tim melaporkan hasil penelitian di dua makalah studi yang dipublikasikan di jurnal Physical Review Letters dan Physical Review D.
Ditulis
oleh: Clara Moskowitz, www.livescience.com
Komentar
Posting Komentar