Langsung ke konten utama

Menguji Gagasan Multi Semesta

menguji-gagasan-multi-semesta-informasi-astronomi
Jika teori multi semesta benar, ada kemungkinan alam semesta akan saling bertabrakan dan meninggalkan jejak di radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik, kata para peneliti.
Kredit: Stephen Feeney/UCL

Apakah alam semesta kita tunggal atau banyak? Meskipun terdengar aneh, konsep ini mungkin dapat diuji, menurut para ilmuwan yang telah merancang eksperimen pertama untuk mengungkapnya.

Potensi kita hidup di dalam multi semesta muncul dari sebuah teori yang disebut inflasi abadi, yang menyatakan bahwa tak lama setelah Big Bang yang melahirkan kosmos, tingkat ekspansi jalinan ruang dan waktu tidak sama di beberapa wilayah dan menciptakan gelembung kosmos dengan hukum fisika terpisah.

Sampai saat ini, gagasan multi semesta tampaknya murni hipotetis. Dalam sebuah studi terbaru, para ilmuwan memprediksi jika memang ada alam semesta lain, mungkin alam semesta kita telah menabraknya. Tabrakan antar kosmos tentunya meninggalkan jejak di radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik atau cahaya sisa-sisa Bing Bang yang menyebar ke seluruh alam semesta, kata para peneliti.

“Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik membawa konsep inflasi abadi dan tabrakan antar gelembung kosmos ke bidang sains yang bisa diuji," ungkap astrofisikawan Daniel Mortlock, salah satu anggota tim peneliti dari Imperial College London. “Jika tidak bisa diuji, sulit untuk menyebutnya sebagai sains.”

Benturan Antar Kosmos

Mortlock bersama tim yang dipimpin oleh mahasiswa pasca sarjana Stephen Feeney dari University of College London, melakukan pengamatan terhadap latar belakang gelombang mikro kosmik untuk mencari jejak tabrakan gelembung kosmos, tetapi belum menemukan bukti yang konklusif. Jika dua alam semesta saling bertabrakan, mereka akan meninggalkan pola melingkar di belakang latar belakang gelombang mikro kosmik.

“Jika kita membayangkan benturan antara dua gelembung sabun, permukaan di mana mereka melakukan kontak akan melingkar, dan itulah jejak utama yang kami cari di latar belakang gelombang mikro kosmik,” jelas Mortlock. “Bukan sekedar kontak, jejak benturan akan melingkar dan memiliki tipe profil tertentu. Tidak ada fenomena lain yang bisa menggantikannya.”

Tim mengembangkan algoritma komputer untuk menganalisis observasi latar belakang gelombang mikro kosmik demi menemukan pola yang sesuai. Program Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) NASA, telah menemukan empat wilayah yang dianggap menjanjikan, namun analisis statistik terhadap mereka hanya menyerupai bentuk yang kebetulan melingkar.

Data dari satelit Planck Badan Antariksa Eropa (ESA), yang diluncurkan pada tahun 2009, diharapkan lebih rinci daripada data WMAP. Pengukuran Planck akan dirilis pada tahun 2013, dan tim berencana untuk meninjau kembali dan menyurvei secara khusus empat wilayah menjanjikan yang ditemukan WMAP.

“Saya rasa makalah studi yang ditulis oleh Feeney dan para kolega adalah langkah pertama untuk mencari sinyal tabrakan gelembung kosmos secara serius,” komentar astrofisikawan Thomas Levi dari University of British Columbia di Kanada yang tidak terlibat penelitian. “Meskipun saya yakin ada potensi untuk mendeteksi alam semesta lain, data dari WMAP masih belum memadai. Kita harus menunggu data dari eksperimen latar belakang gelombang mikro kosmik yang akan datang, seperti data dari satelit Planck. Beberapa tahun ke depan mungkin sangat menarik.”

Alam Semesta yang ‘sebenarnya’

Gagasan tentang alam semesta lain di luar alam semesta kita memang di luar logika, tetapi para ilmuwan justru menganggapnya cukup logis dalam berbagai aspek.

“Gagasan ini membantu menjelaskan beberapa kebetulan aneh tentang alam semesta kita sendiri,” tambah Mortlock. “Mengapa alam semesta kita begitu ramah terhadap kehidupan?”

Banyak konstanta fundamental di alam semesta kita, seperti gaya gravitasi dan kecepatan cahaya, tampaknya dikalibrasi secara sempurna untuk menghasilkan kosmos dengan galaksi, bintang, planet dan bahkan kehidupan dapat terbentuk. Jika konstanta-konstanta ini sedikit kacau, alam semesta mungkin akan kosong, tanpa bintang dan tanpa kehidupan.

Tetapi jika alam semesta kita adalah salah satu dari sekian banyak, maka fakta alam semesta sangat ramah terhadap kehidupan bukanlah suatu kebetulan yang tidak mungkin.

“Salah satu kemungkinan adalah ada beberapa alam semesta dengan hukum yang berbeda, beberapa di antaranya tidak memiliki kondisi yang ideal untuk menampung kehidupan, sementara yang lain menopang kehidupan kompleks yang kemudian melakukan pengukuran dan mengajukan pertanyaan sulit semacam ini,” ujar Mortlock. “Untuk alasan itu, konsep multi semesta sangat menarik.”

Namun, konsep multi semesta juga diiringi dengan beberapa implikasi aneh. Misalnya, beberapa perhitungan menyimpulkan fakta alam semesta tanpa batas dengan siklus yang terkadang berulang dan mengarah ke kesimpulan ada salinan Bumi dan semua orang di dalamnya di luar sana.

“Begitu tercetus, konsep ini diiringi oleh berbagai macam pemikiran liar tentang hal semacam itu,” pungkas Mortlock. “Jika memang multi semesta, mungkin ada salinan lain dari kita. Sulit untuk memikirkannya.”

Tim melaporkan hasil penelitian di dua makalah studi yang dipublikasikan di jurnal Physical Review Letters dan Physical Review D.

Ditulis oleh: Clara Moskowitz, www.livescience.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang