Langsung ke konten utama

Parker Solar Probe, Misi Antariksa Menyentuh Matahari

parker-solar-probe-misi-antariksa-menyentuh-matahari-informasi-astronomi
Ilustrasi Parker Solar Probe NASA.
Kredit: NASA/Johns Hopkins APL/Steve Gribben

Pada pagi hari awal bulan Agustus, langit di Cape Canaveral Florida akan menyala terang oleh peluncuran Parker Solar Probe. Dijadwalkan tidak akan melebihi tanggal 6 Agustus 2018, United Launch Alliance Delta IV Heavy akan terbang menggelegar ke luar angkasa dengan membawa sebuah pesawat antariksa seukuran mobil yang akan mempelajari Matahari dari jarak lebih dekat daripada sebelumnya.

Pada tanggal 20 Juli 2018, Nicky Fox, ilmuwan proyek misi Parker Solar Probe dari Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins di Laurel, Maryland, bersama Alex Young, Direktur Asosiasi Divisi Sains Heliofisika dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, mempresentasikan sasaran dan teknologi pendukung misi Parker Solar Probe saat konferensi pers di Kennedy Space Center NASA di Cape Canaveral.

“Kita sudah mempelajari Matahari selama beberapa dekade, dan sekarang kita menuju ke sana,” kata Young.

Parker Solar Probe akan berada relatif dekat, hanya sekitar 4 juta mil dari Matahari, dan akan diterpa oleh panas dan radiasi intens. Dijadwalkan meluncur tahun 2018, Parker Solar Probe akan menyediakan data terbaru aktivitas Matahari dan memberikan kontribusi penting untuk meramalkan cuaca antariksa yang berpotensi memengaruhi kehidupan di Bumi.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa NASA

Matahari kita ternyata jauh lebih kompleks daripada yang terlihat. Bukan sekadar bola panas stabil sebagaimana kerap kita amati, Matahari adalah sebuah bintang yang dinamis dan aktif secara magnetis. Atmosfer Matahari mengirim material magnet secara konstan yang membungkus tata surya kita jauh melampaui orbit Pluto dan memengaruhi setiap planet di sepanjang perjalanannya. Gulungan energi magnetik meletus melalui radiasi cahaya dan partikel yang mengarungi ruang angkasa, menciptakan gangguan di atmosfer kita, kadang-kadang mengganggu sinyal radio dan jalinan komunikasi di Bumi. Secara kolektif, pengaruh aktivitas Matahari bagi Bumi dan seluruh planet tata surya dikenal sebagai cuaca antariksa, sedangkan kunci untuk memahami asal usul cuaca antariksa terletak pada pemahaman terhadap Matahari itu sendiri.

“Energi surya selalu mengalir melewati dunia kita,” tambah Fox. “Meskipun angin surya tak kasat mata, namun kita dapat melihatnya melingkari kutub Bumi sebagai aurora yang selain indah, juga mengungkap sejumlah besar energi dan partikel yang mengalir ke atmosfer kita. Pemahaman kita belum cukup baik terkait mekanisme yang mendorong angin surya ke arah Bumi, dan itulah tujuan misi Parker Solar Probe.”

parker-solar-probe-misi-antariksa-menyentuh-matahari-informasi-astronomi
Misi menyentuh Matahari seperti Parker Solar Probe telah diimpikan oleh para ilmuwan selama beberapa dekade, tetapi baru sekarang kita memiliki teknologi yang dibutuhkan, seperti perisai panas, sistem pendingin panel surya dan sistem manajemen gangguan, untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan.
Kredit: NASA/Johns Hopkins APL/Ed Whitman

Di situlah peran Parker Solar Probe. Pesawat antariksa besutan NASA dipersenjatai oleh seperangkat instrumen untuk mempelajari Matahari secara langsung, baik dari jarak jauh maupun jarak dekat. Rangkaian data yang dikumpulkan oleh seperangkat instrumen Parker, harus membantu para ilmuwan untuk menjawab tiga pertanyaan fundamental tentang bintang induk kita.

Salah satu pertanyaan adalah misteri akselerasi angin surya atau aliran konstan material dari Matahari. Meskipun sebagian besar asal usul angin surya telah dipahami, ada titik yang belum bisa teramati saat angin surya terakselerasi hingga ke kecepatan supersonik. Data menunjukkan perubahan terjadi di korona, wilayah atmosfer yang akan dipelajari oleh terbang lintas Parker secara langsung dan para ilmuwan berencana untuk menggunakan instrumen pengukuran jarak jauh dan jarak dekat untuk menjelaskan fenomena dimaksud.

Kedua, para ilmuwan ingin mengungkap rahasia suhu yang sangat tinggi di korona. Suhu di permukaan Matahari sekitar 10.000 derajat Fahrenheit, tetapi untuk alasan yang tidak sepenuhnya dipahami, suhu korona ratusan kali lebih panas, melonjak hingga beberapa juta derajat Fahrenheit. Lonjakan suhu sangat membingungkan, mengingat energi Matahari dihasilkan di bagian inti.

“Seperti kita berjalan menjauh dari api unggun, namun mendadak suhu menjadi lebih panas,” jelas Fox.

Yang terakhir, seperangkat instrumen Parker harus mengungkap mekanisme yang menyebabkan akselerasi partikel energik yang dapat melampaui separuh kecepatan cahaya saat dilontarkan dari Matahari. Partikel semacam itu dapat mengganggu komponen elektronik satelit, terutama satelit yang berada di luar medan magnet Bumi.

Untuk menjawab ketiga pertanyaan utama ini, Parker Solar Probe akan menggunakan empat rangkaian instrumen.

FIELDS suite, untuk mengukur medan listrik dan magnet di sekitar pesawat antariksa. FIELDS menangkap gelombang dan turbulensi di interior heliosfer dengan resolusi waktu yang cepat untuk memahami bidang yang terkait dengan gelombang, guncangan dan rekoneksi magnetik, suatu proses saat garis-garis medan magnet kembali sejajar secara eksplosif. FIELDS suite dikelola oleh Universitas California di Berkeley.

WISPR, singkatan dari Wide-Field Imager for Parker Solar Probe, adalah satu-satunya instrumen pencitraan Parker. WISPR akan membidik struktur lontaran massa korona, suar surya dan material lain yang dilontarkan oleh Matahari untuk mengungkap apa yang terjadi di struktur koronal berskala besar, hingga pengukuran fisik terperinci dari lingkungan di dekat Matahari. WISPR dikelola oleh Laboratorium Penelitian Naval di Washington, D.C.

SWEAP (singkatan dari Solar Wind Electrons Alphas and Protons Investigation), menggunakan dua instrumen untuk mengumpulkan data. Rangkaian instrumen SWEAP menghitung partikel yang paling melimpah di dalam angin surya (elektron, proton dan ion helium), sekaligus mengukur sifat seperti kecepatan, kepadatan dan suhu untuk meningkatkan pemahaman kita tentang angin surya dan plasma koronal. SWEAP dikelola oleh Universitas Michigan, Universitas California dan Observatorium Astrofisika Smithsonian di Cambridge, Massachusetts.

ISIOSIntegrated Science Investigation of the Sun, termasuk akrononim huruf O dengan sebuah titik di tengahnya sebagai simbol Matahari, akan mengukur partikel dalam berbagai rentang energi. Dengan mengukur elektron, proton dan ion, ISIOS akan mempelajari siklus partikel, dari mana mereka berasal, bagaimana mereka dapat terakselerasi dan bagaimana mereka bergerak keluar dari Matahari melalui ruang antarplanet. ISIOS dikelola oleh Universitas Princeton di New Jersey.


Parker Solar Probe adalah sebuah misi yang membutuhkan waktu sekitar enam puluh tahun untuk terwujud. Dengan dimulainya Era Antariksa, umat manusia diperkenalkan ke seluruh dimensi pengaruh kuat Matahari atas tata surya. Pada tahun 1958, fisikawan Eugene Parker menerbitkan makalah ilmiah inovatif yang menggagas teori angin surya. Misi menyentuh Matahari yang digelar oleh NASA kali ini menyandang namanya dan inilah misi pertama NASA yang diberi nama dari seseorang yang masih hidup.

Hanya dalam beberapa dekade terakhir, teknologi meningkat cukup pesat untuk mewujudkan Parker Solar Probe menjadi kenyataan. Kunci perjalanan berani pesawat antariksa ini terletak pada tiga terobosan utama: perisai panas mutakhir, sistem pendingin panel surya, dan sistem manajemen gangguan.

“Sistem perlindungan termal (perisai panas) adalah salah satu teknologi yang memungkinkan misi digeler,” ungkap Andy Driesman, manajer proyek misi Parker Solar Probe dari Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins. “Perisai menjagai pesawat antariksa untuk beroperasi pada suhu normal.”

Inovasi penting lainnya adalah sistem pendingin panel surya dan sistem manajemen gangguan. Sistem pendingin memungkinkan panel surya untuk menghasilkan tenaga di bawah beban panas yang intens dari Matahari dan sistem manajemen gangguan menjaga agar pesawat antariksa tetap beroperasi dengan baik secara otomatis dalam jangka waktu lama meskipun tidak dapat berkomunikasi dengan Bumi.

Memanfaatkan data dari tujuh sensor yang ditempatkan di sekitar tepi bayang-bayang perisai panas, saat mendeteksi masalah, sistem manajemen gangguan akan mengoreksi diri untuk memastikan seluruh instrumen sains tetap dingin dan berfungsi dengan baik.

Perisai panas yang disebut sistem perlindungan termal adalah perisai komposit dari karbon yang melapis busa karbon hampir setebal 4,5 inci. Meskipun diameternya hampir mencapai delapan kaki, bobot sistem perlindungan termal hanya sekitar 72 kg karena terbuat dari material ringan.

parker-solar-probe-misi-antariksa-menyentuh-matahari-informasi-astronomi
Parker Solar Probe akan diluncurkan menggunakan United Launch Alliance Delta IV Heavy dari Cape Canaveral Air Force Station di Florida. Meskipun berukuran relatif kecil, Parker membutuhkan wahana peluncur kuat mengingat energi yang dibutuhkan untuk mencapai orbit Matahari.
Kredit: NASA/Johns Hopkins APL/Ed Whitman

Meskipun Delta IV Heavy adalah salah satu roket terkuat di dunia dan ukuran Parker Solar Probe relatif kecil, dibutuhkan energi maksimum untuk sampai ke orbit mengitari Matahari. Karena setiap objek yang diluncurkan dari Bumi melaju dengan kecepatan yang setara dengan kecepatan Bumi, sekitar 18,5 mil per detik. Agar bisa mengubah arah dan mendekati Matahari, objek harus melaju sangat cepat untuk menangkal momentum kecepatan Bumi.

Parker Solar Probe akan diluncurkan antara sekitar pukul 04.00 dan 06.00 pagi waktu setempat. Dalam waktu sekitar dua minggu, Parker akan mengarah ke target vital pertamanya, yaitu orbit Venus.

“Energi peluncuran yang dibutuhkan untuk mencapai Matahari sekitar 55 kali dari energi yang dibutuhkan untuk mencapai Mars, atau dua kali lipat energi yang dibutuhkan untuk mencapai Pluto,” kata perancang lintasan misi, Yanping Guo dari Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins. “Selama musim panas, Bumi dan planet-planet tata surya lain memperoleh momentum terbaik untuk mendekati Matahari.”

Parker juga akan memperoleh bantuan bantuan gravitasi untuk menambah kecepatan dari orbit Venus, lintasan pertama yang membawanya lebih dekat ke permukaan dan korona Matahari. Parker akan melakukan banyak manuver selama durasi misi tujuh tahun, yang akan membawanya ke lintasan terakhir orbit, melintas sekitar 3,8 juta mil dari fotosfer.

“Dengan mempelajari bintang induk kita, kita tak sekadar memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang Matahari,” ujar Thomas Zurbuchen, Administrator Asosiasi Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA. “Kita juga bisa belajar lebih banyak tentang bintang di seluruh galaksi dan alam semesta.”

parker-solar-probe-misi-antariksa-menyentuh-matahari-informasi-astronomi
Parker Solar Probe akan mengeksplorasi korona Matahari, sebuah wilayah yang hanya bisa dilihat dari Bumi saat gerhana Matahari total. Korona adalah kunci untuk menjawab banyak pertanyaan sulit terkait aktivitas Matahari. Foto ini diambil selama gerhana Matahari total pada tanggal 21 Agustus 2017.
Kredit: NASA/Gopalswamy

Parker Solar Probe adalah bagian dari Program Living with a Star NASA(LWS), untuk mengeksplorasi aspek sistem Matahari-Bumi yang secara langsung memengaruhi kehidupan dan masyarakat. LWS dikelola oleh Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland, untuk Divisi Sains Heliofisika Direktorat Misi Sains NASA di Washington. Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins merancang, membangun, mengelola misi dan juga mengoperasikan Parker Solar Probe untuk NASA.

Ditulis oleh: Sarah Frazier, Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, www.nasa.gov, editor: Rob Garner


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang