Animasi berikut mewakili peta peningkatan jumlah asteroid yang telah ditemukan di tata surya antara tanggal 1 Januari 1999 hinga 31 Januari 2018. Warna biru
adalah near-Earth asteroid (NEA), oranye adalah sabuk asteroid utama yang terletak di antara orbit
Mars dan Jupiter.
Pusat Studi Near-Earth Object (NEO) NASA Memasuki Dekade Ketiga
Pada
tanggal 11 Maret 1998, para astronom di seluruh dunia yang memfokuskan diri terhadap studi asteroid, menerima sebuah pesan yang kurang menyenangkan. Data observasi terbaru asteroid 1997 XF11 berukuran hampir 1 kilometer, mengindikasikan ia berpotensi menghantam Bumi pada tahun 2028.
Pesan berasal dari Minor Planet Center di Cambridge, Massachusetts, gudang arsip data observasi dan penentuan awal orbit asteroid. Meskipun sekadar memperingatkan komunitas kecil astronom pemburu asteroid agar melakukan lebih banyak pengamatan, berita menyebar dengan cepat.
Sebagian
besar media tidak sepenuhnya memahami maksud pengumuman, dan secara keliru menggarisbawahi Bumi akan tertimpa musibah. Untungnya, asteroid 1997 XF11 sama sekali tidak mengancam Bumi. Setelah lintasan orbit dianalisis secara menyeluruh, astronom Don Yeomans yang selanjutnya menjabat Ketua Kelompok Dinamika Tata Surya Laboratorium Propulsi Jet (JPL) NASA di Pasadena, California, bersama kolega Paul Chodas, menyimpulkan sebaliknya. “Potensi tabrakan asteroid pada
tahun 2028 mustahil terjadi,” ungkap Chodas yang sekarang
menjadi Direktur Center for Near-Earth
Object Studies (CNEOS) yang berbasis di JPL.
“Sampai sekarang masih ada yang mengajukan pertanyaan kepada kami tentang kemungkinan dampak yang
ditimbulkan XF11 terhadap Bumi pada tahun 2028,” ujar Chodas. “XF11 sama sekali tidak mengancam Bumi, baik pada tahun 2028 maupun 200 tahun ke depan.”
Kesimpulan Chodas berasal dari perhitungan akurat lintasan orbit oleh CNEOS
menggunakan data observasi pergerakan asteroid dan komet dari observatorium di seluruh dunia yang dikirim ke Minor Planet Center. Selama dua dekade
terakhir, perhitungan CNEOS telah membawa NASA untuk memimpin upaya pengamatan asteroid dan komet terdekat, terutama yang berpotensi bersimpangan dengan lintasan orbit Bumi.
“Kami
menghitung semua asteroid dan komet dan memetakan posisi mereka di tata surya
dalam presisi tinggi, bahkan maju ke masa depan untuk memprediksi potensi
dampak dan mundur ke belakang untuk melihat lokasi mereka di wilayah langit,” jelas Chodas. “Kami menyediakan peta orbit terbaik untuk seluruh batuan angkasa kecil
yang telah ditemukan di tata surya.”
Memetakan Potensi Bahaya Batuan Antariksa
Near-Earth Object (NEO) adalah seluruh asteroid dan komet yang terletak di dalam orbit wilayah terdalam tata surya, sekitar 195 juta kilometer dari Matahari dan sekitar 50 juta kilometer dari jalur orbit Bumi mengitari Matahari.
Hiruk-pikuk
pemberitaan asteroid 1997 XF11 oleh media menunjukkan pentingnya jalinan komunikasi dengan publik terkait NEO yang melintas di dekat Bumi, termasuk “pentingnya tinjauan
sejawat sebelum mempublikasikan statement,” tambah Chodas.
Semula,
NASA hanya ingin memenuhi permintaan Kongres pada tahun 1998 untuk
mendeteksi dan mengkatalogkan setidaknya 90% dari seluruh NEO yang ukurannya melampaui 1 kilometer dalam waktu 10 tahun. Oleh karena itu, NASA meminta JPL untuk mendirikan kantor baru dalam rangka menganalisis data yang disediakan
Minor Planet Center, mengajukan observasi asteroid dan komet, menjalin koordinasi dengan
observatorium yang dioperasikan oleh akademisi dan lembaga di seluruh AS dan aset pengawasan antariksa oleh Angkatan Udara AS.
Pada
musim panas 1998, NASA membentuk Near-Earth
Objects Observations Program, dengan JPL ditunjuk sebagai pusat data penelitian dan lembaga analisis NEO, yaitu Near-Earth Object Program Office.
Pada
tahun 2016, Near-Earth Object Program
Office beralih nama menjadi Center for Near-Earth Objects Studies (CNEOS) terkait pembentukan Planetary
Defense Coordination Office (PDCO) di Markas Besar NASA, Washington.
Selama
sekitar 20 tahun, CNEOS telah menjadi pusat kegiatan NASA untuk memetakan orbit seluruh NEO yang telah diketahui secara akurat, memprediksi jalur
lintasan NEO yang mendekati Bumi, menilai potensi dampak yang ditimbulkan
terhadap planet kita dan menyampaikan informasi kepada masyarakat dan komunitas
astronomi di seluruh dunia.
Memprediksi Jalur Lintasan
dan Dampak: Sentry and Scout
Langkah
pertama dan terpenting untuk menilai risiko tumbukan asteroid atau
komet adalah menentukan apakah orbit mereka memotong jalur orbit
Bumi dan seberapa dekat mereka dengan planet kita. JPL sedang menentukan orbit presisi tinggi untuk beberapa NEO bahkan sebelum NASA meluncurkan NEO Observations Program, dan telah memperbarui model orbit demi penilaian paling akurat posisi asteroid dan lintasan orbitnya.
Observatorium
di seluruh dunia mengambil gambar langit secara digital untuk mendeteksi titik-titik
cahaya yang bergerak (asteroid atau
komet) selama beberapa hari, minggu, bulan, bahkan hingga beberapa dekade, dan melaporkan posisi mereka ke Minor Planet Center.
Para ilmuwan CNEOS lalu menganalisis data untuk menentukan orbit dan memprediksi pergerakan NEO, posisi terdekat dengan Bumi dan potensi dampak yang ditimbulkan terhadap Bumi, Bulan dan
planet-planet lainnya.
Sistem
CNEOS yang disebut “Sentry” mempelajari potensi dampak setiap NEO terhadap Bumi hingga seratus
tahun ke depan. Sentry terus beroperasi menggunakan model
orbit terbaru CNEOS dan hasil pengamatan disimpan secara online. Dari sebagian besar kasus, probabilitas setiap potensi dampak sangat kecil. Sedangkan dari beberapa kasus, ukuran NEO sangat kecil, hanya kurang dari 20 meter dan hampir dipastikan mereka hancur
jika memasuki atmosfer Bumi.
“Saat Sentry menemukan dampak potensial dari suatu objek, kami menambahkannya ke tabel ‘risiko dampak’ online, agar para pengamat asteroid dapat memprioritaskannya untuk observasi tindak lanjut,” kata anggota tim CNEOS Steve
Chesley dari JPL sekaligus pengembang sistem Sentry.
“Semakin banyak pengukuran terhadap posisi objek dari waktu ke
waktu, semakin baik prediksi lintasan mereka di masa depan.”
"Dalam
kebanyakan kasus, pengukuran tindak lanjut justru menghapus objek dari
daftar risiko karena tidak berpotensi menimbulkan dampak,” Chesley menambahkan.
CNEOS juga telah mengembangkan sistem yang disebut Scout, untuk menyediakan analisis lintasan objek yang baru ditemukan secara lebih cepat dan otomatis, bahkan sebelum observatorium
independen mengkonfirmasi penemuan. Beroperasi sepanjang waktu, Scout tak sekadar menyediakan informasi objek prioritas tertinggi kepada para pengamat untuk dipelajari, namun segera memberikan peringatan setiap potensi berbahaya dalam beberapa jam atau hari kepada PDCO. Contoh terbaru adalah prediksi Scout tentang potensi dampak asteroid kecil 2018 LA di Botswana, Afrika.
Lebih Banyak Perburuan
Seiring peningkatan anggaran survei dari NASA selama bertahun-tahun, NEO Observations Program bertanggung jawab atas lebih dari 90% penemuan
asteroid dan komet dekat Bumi. Kini ada lebih dari 18.000 NEO yang telah
ditemukan, sementara rata-rata tingkat penemuan sekitar 40 NEO per minggu.
Meskipun
permintaan awal Kongres pada tahun 1998 telah terlampaui dan banyak kemajuan yang
telah dihasilkan dalam hal penemuan dan pelacakan asteroid selama dua dekade
terakhir, pekerjaan jauh dari kata berakhir. Pada tahun 2005, Kongres menetapkan
tujuan terbaru yang lebih ambisius untuk NEO Observations Program, yaitu
untuk menemukan 90% NEO yang berukuran kurang dari 140 meter
pada tahun 2020.
Meskipun
asteroid yang berukuran relatif kecil semacam itu tidak berpotensi menimbulkan ancaman bencana skala global, namun tetap berpotensi menimbulkan korban jiwa dan menyebabkan kerusakan parah di wilayah terdampak, terutama jika jatuh di dekat kota metropolitan. CNEOS terus
melakukan perbaikan terhadap instrumen analisis orbit, gambar dan presentasi
grafis, dan pembaruan situs web untuk memberikan informasi terbaru tentang NEO kepada PDCO, komunitas astronomi dan masyarakat luas secara lebih cepat dan
akurat.
Ditulis
oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Tony Greicius
Komentar
Posting Komentar