Langsung ke konten utama

Koordinat Langit

koordinat-langit-informasi-astronomi
Galaksi menakjubkan yang dicitrakan oleh Teleskop Antariksa Hubble NASA/ESA ini diberi kode 2XMM J143450.5+033843. Angka setelah huruf J menggambarkan koordinat langit, atau garis bujur (asensio rekta) dan garis lintang (deklinasi).
NASA

Era smartphone yang dilengkapi dengan GPS dan Google Maps, membuat kita akrab dengan sistem koordinat geografis yang digunakan untuk menggambarkan lokasi di permukaan Bumi. Sistem itu didasarkan pada garis lintang, jarak di sebelah utara atau selatan dari khatulistiwa Bumi, dan garis bujur, jarak di sebelah timur atau barat dari Meridian Utama, serta sebuah garis imajiner yang membentang dari utara ke selatan melalui Greenwich, Inggris. Jarak diukur dalam derajat, 90 derajat di setiap arah untuk garis lintang, dan 180 di setiap arah garis bujur serta menit, detik dan desimal detik.

GPS di Bumi

Sistem GPS memungkinkan kita untuk menentukan koordinat segala sesuatu, mulai dari Empire State Building (40°44'55,4”U 73°59'08,5”B, menurut Google Maps) hingga ke padang pasir yang menjadi lokasi foto sampul album grup band U2 “The Joshua Tree” (36°19'51.00”U, 117°44'42.88”B, menurut blog Desert Road Trippin).

Oke, kita mungkin familiar dengan koordinat GPS. Kecuali menjadi seorang astronom, kemungkinan besar kita tidak mengetahui cara untuk mendeskripsikan lokasi benda langit di langit malam. Koordinat langit pada dasarnya adalah perluasan koordinat geografis untuk menciptakan bulatan imajiner yang mengelilingi Bumi.

Koordinat Langit

“Tentu saja, tujuannya adalah untuk menentukan lokasi di langit, seperti garis lintang dan garis bujur di Bumi,” jelas Rick Fienberg, humas American Astronomical Society, dalam sebuah email. “Jika kita memberitahu seseorang untuk bertemu di Littleton, Colorado, AS, di 39°36’47,9484”U, 105°0’59,9292”B, maka dia tidak sekadar tahu di kota mana kita berada, melainkan termasuk sudut jalan di mana kita berada. Namun  koordinat rinci tersebut tidak terlalu berguna bagi seseorang yang hanya ingin mengetahui di kota mana kita berada, dan hanya digunakan jika kita ingin ditemukan oleh orang lain.”

Demikian pula dengan seorang astronom yang menemukan supernova atau asteroid dan ingin orang lain mengamatinya. Ia memberikan koordinat langit agar setiap orang dapat melihat fenomena serupa.

Sistem semacam ini bahkan sudah diterapkan sejak zaman baheula. “Gagasan koordinat langit menganggap langit layaknya sebuah bola yang mengelilingi Bumi, karena saat itu Bumi dianggap sebagai pusat alam semesta,” tulis Profesor Christopher Palma dari Universitas Negeri Pennsylvania melalui email. “Meskipun sekarang kita tahu Bumi bukanlah pusat alam semesta, namun gagasan langit layaknya sebuah bola di sekeliling kita dapat adalah benar. Jadi kita bisa menggunakan koordinat untuk mengidentifikasi lokasi apa pun di langit.”

Deklinasi dan Asensio Rekta

Sistem koordinat langit agak berbeda dengan koordinat Bumi. Misalnya garis lintang yang menggambarkan jarak utara atau selatan dari khatulistiwa langit disebut deklinasi, sedangkan garis bujur yang menggambarkan orientasi timur-barat disebut asensio rekta.

“Sistem koordinat apa pun membutuhkan titik nol atau kalibrasi,” Palma menambahkan. “Untuk koordinat langit, kita memproyeksikan ekuator Bumi ke langit, dan seperti garis lintang derajat utara atau selatan khatulistiwa Bumi, deklinasi mengukur sudut utara atau selatan ekuator langit. Misalnya, bintang Spica, yang sangat menonjol di langit malam selatan dari sebagian besar lokasi di Amerika Serikat, deklinasinya adalah -11 derajat 10 menit karena berada di selatan khatulistiwa langit.

“Untuk garis bujur di Bumi, kita telah menetapkan Greenwich di Inggris sebagai Meridian Utama,” kata Palma. “Meridian Utama untuk sistem asensio rekta disebut ‘The First Point of Aries’, dan didefinisikan sebagai posisi Matahari di langit ketika bergerak dari selatan ke utara sepanjang ekliptika melewati khatulistiwa langit. Ketika Matahari berada di lokasi itu, itulah ekuinoks vernal (atau Maret) di Bumi. Asensio rekta meningkat ke timur dari sana. Jadi, sebuah bintang yang berada di tengah langit dari Matahari saat titik balik musim semi akan memiliki asensio rekta di atas 180 derajat.”

“Karena langit berotasi, kita tidak sering menggunakan derajat untuk mengukurnya,” Palma melanjutkan. “Sebaliknya, kita mengungkap sudut ke dalam jam. Jadi, 180 derajat sama dengan 12 jam asensio rekta. Asensio Rekta (Right Ascencion) bintang Spica yang saya sebutkan di atas adalah RA 13 jam, 25 menit. Ditafsirkan sebagai 13j25m* (180 derajat/12 jam)=201,25 derajat di langit ke arah timur dari lokasi Matahari saat titik balik musim semi.”

Navigasi Langit bagi Pelaut

Seperti yang dijelaskan Fienberg, para astronom bukanlah satu-satunya yang menggunakan koordinat langit. “Siapa pun yang memedomani navigasi langit, juga menggunakan bintang sebagai acuan,” katanya. “Meskipun semua kapal dan perahu modern telah dilengkapi sistem GPS, para pelaut tetap mempelajari navigasi langit jika GPS tidak berfungsi. Jika dapat melihat Polaris atau Bintang Utara, kita akan tahu arah utara, demikian pula dengan bintang-bintang lain untuk menentukan arah ke selatan, timur, dan barat. Setelah itu garis lintang juga bisa ditentukan, karena altitude Polaris di atas cakrawala sama dengan garis lintang kita. Dibantu sebuah jam, garis bujur juga dapat ditentukan melalui tabel bintang yang berada di selatan saat kita melakukan pengamatan.”

Selain koordinat langit, ada juga sistem lain untuk mendeskripsikan lokasi benda langit, menurut Patrick Durrell, seorang profesor di bidang fisika dan astronomi sekaligus Direktur Planetarium Ward Beecher di Universitas Negeri Youngstown. “Sistem koordinat lain yang kerap digunakan adalah koordinat galaksi, yaitu garis bujur galaksi dan garis lintang galaksi. Keduanya diukur dalam derajat dari pusat galaksi Bima Sakti,” tulis Durrell melalui email.

Ditulis oleh: Patrick J. Kiger


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inti Galaksi Aktif

Ilustrasi wilayah pusat galaksi aktif. (Kredit: NASA/Pusat Penerbangan Antariksa Goddard) Galaksi aktif memiliki sebuah inti emisi berukuran kecil yang tertanam di pusat galaksi. Inti galaksi semacam ini biasanya lebih terang daripada kecerahan galaksi. Untuk galaksi normal, seperti galaksi Bima Sakti, kita menganggap total energi yang mereka pancarkan sebagai jumlah emisi dari setiap bintang yang ada di dalamnya, tetapi tidak dengan galaksi aktif. Galaksi aktif menghasilkan lebih banyak emisi energi daripada yang seharusnya. Emisi galaksi aktif dideteksi dalam spektrum inframerah, radio, ultraviolet, dan sinar-X. Emisi energi yang dipancarkan oleh inti galaksi aktif atau active galaxy nuclei (AGN) sama sekali tidak normal. Lantas bagaimana AGN menghasilkan output yang sangat energik? Sebagian besar galaksi normal memiliki sebuah lubang hitam supermasif di wilayah pusat. Lubang hitam di pusat galaksi aktif cenderung mengakresi material dari wilayah pusat galaksi yang b...

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia ...

Messier 78, Nebula Refleksi yang Mengelabui Para Pemburu Komet

Kredit: NASA, ESA, J. Muzerolle (Space Telescope Science Institute) dan S. Megeath (Universitas Toledo) Gambar penuh warna ini menampilkan sebagian kecil dari struktur objek Messier 78, sebuah nebula refleksi yang terletak di rasi Orion. Nebula refleksi diciptakan oleh awan debu kosmik yang menghamburkan atau memantulkan cahaya bintang yang berada di dekatnya. Messier 78 terletak sekitar 1.600 tahun cahaya dari Bumi dengan magnitudo semu 8. Ditemukan pada tahun 1780 oleh Pierre Méchain, salah satu kolega Charles Messier, Messier 78 dan paling ideal diamati pada bulan Januari menggunakan teropong dan teleskop kecil. Dibutuhkan setidaknya teleskop berdiameter 8 inci untuk mengungkap nebula refleksi secara mendetail. Messier 78 memiliki fitur khas mirip komet, yaitu salah satu sisi nebula yang memanjang layaknya ekor komet. Fitur ini telah mengelabui banyak pemburu komet saat itu, yang mendorong mereka untuk meyakini telah membuat penemuan baru. Observasi dalam spektrum inf...