Langsung ke konten utama

Lima Pertanyaan Unik Bagi Para Pemburu Alien

Siapakah kita di alam semesta? Bagaimana kehidupan muncul? Dan apakah kita sendirian? Semua pertanyaan ini terlalu sering diajukan sehingga hampir menyebabkan mata seseorang sayu. Namun dalam buku terbarunya yang berjudul “Astrobiology, Discovery and Societal Impact”, astronom dan ahli sejarah sains Steven Dick justru membahas beberapa hal yang jarang disinggung dalam media mainstream.

lima-pertanyaan-unik-bagi-para-pemburu-alien-informasi-astronomi
Ilustrasi yang menggambarkan pemandangan langit malam dari sebuah planet hipotetis di galaksi Bima Sakti belia 10 miliar tahun yang lalu. Langit terbakar dengan badai kelahiran bintang. Matahari tidak berada di antara bintang-bintang muda ini dan baru akan dilahirkan 5 miliar tahun kemudian.
Kredit: NASA, ESA, dan Z. LEVAY (STSCI)

Pertanyaan yang kerap diajukan terkait eksistensi kita di lautan kosmos, antara lain:

1. Apakah extraterrestrial intelligence (E.T.I.) harus terbatas hanya pada sebuah planet?

Awan molekuler hidrogen antarbintang selebar 90 juta mil yang menjadi imajinasi astronom Fred Hoyle dalam novel fiksi ilmiah tahun 1957 berjudul “The Black Cloud,” mungkin adalah sebuah ‘kutukan’ bagi para astrobiologis. Tapi imajinasi Hoyle berguna untuk membuka diri terhadap wawasan baru tentang organisme biologis berakal di luar angkasa, menurut Dick yang pernah menjadi sejarawan utama NASA dan Ketua Kongres Perpustakaan Blumberg NASA pada tahun 2014.

Dalam novelnya, Hoyle menulis kehidupan berakal hipotetis mungkin dapat membangun senyawa kimia dasar pada tingkatan yang sangat tinggi saat menempuh perjalanan antarbintang dan menuai energi dari setiap bintang yang dilaluinya secara langsung. Bahkan awan molekuler hidrogen menggambarkan planet sebagai pos terluar kehidupan karena gaya gravitasi membatasi ukuran dan ruang lingkup neurologis makhluk hidup.

2. Apakah E.T.I. juga berbagi konsep waktu serupa dengan kita?

“Bagi kita, secara umum pengertian waktu tampaknya tertanam di dalam wujud biologis kita,” Dick menjelaskan. “Makhluk hidup di Bumi benar-benar terobsesi dengan waktu, tetapi hal itu tidak terlalu berarti bagi peradaban ekstraterestial.”

Berbagai spesies di Bumi menghabiskan waktu dengan cara yang sangat berbeda. Jadi, pengalaman waktu E.T.I. mungkin berbeda dengan homo sapiens. Dick mengklaim meskipun peradaban asing mengatur kehidupan yang mereka lalui dengan laju rotasi dan revolusi planet di sekitar bintang induk, pengalaman waktu mereka tidak akan bisa selaras dengan pengalaman waktu kita.

“Mungkin otak alien terstruktur secara berbeda, dan gagasan kita tentang waktu tentunya dianggap asing oleh mereka,” ujar Dick.

3. Apakah cara E.T.I. menuntut ilmu serupa dengan manusia?

Ketika memulai studi, saya menganggap sains sangat objektif. Jadi di semua tempat seharunya sama, bahkan di kalangan peradaban asing, kata Dick. Tapi dari orientasi sudut pandang, konseptualisasi, konten dan matematika bisa saja berbeda, para filsuf seperti Nicholas Rescher telah meyakinkan Dick.

Lantas, seperti apa orientasi sains peradaban asing? Para ilmuwan berasumsi mereka akan menggunakan kode biner sebagai dasar komunikasi.

“Tidak menutup kemungkinan saya salah tentang hal ini,” tukas Dick. “Tetapi jika sains dan matematika tidak universal, berarti dasar komunikasi dalam kode biner mungkin dapat dikompromikan.”

4. Apakah teknologi peradaban E.T.I. berevolusi dan menuju ke satu titik seperti teknologi kita di Bumi?

Dalam buku “The Evolution of Technology” yang ditulis oleh sejarawan George Basalla, keputusan tentang arah evolusi teknologi cenderung tergantung ke kebutuhan suatu peradaban, kata Dick.

“Teknologi mereka mungkin berbasis pada kebutuhan biologis atau ekonomi, tetapi juga kerap didominasi oleh faktor seperti ideologi, militerisme, tren, dan lain-lain,” Dick menambahkan. “Kita cenderung berpikir teknolgi kita selalu melangkah maju dan semakin meningkat, tetapi tidak ada yang bisa menjaminnya.”

Apakah teknologi hanya produk dari kreativitas atau didorong oleh tujuan tertentu?

“Pengembangan teknologi di sebagian besar lembaga ilmu pemerintahan tentu saja didorong oleh tujuan,” jawab Dick. Tetapi, pemerintah juga memiliki lembaga-lembaga yang mengembangkan teknologi tanpa inspirasi tujuan langsung. Sebaliknya, Dick menganggap pertanyaan yang sebenarnya adalah apakah teknologi menuju ke satu titik. Artinya, setali tiga uang dengan kemajuan teknologi telekomunikasi yang memungkinkan integrasi berbagai platform media .

Menurut Dick, astronom Martin Harwit pernah mengatakan jika perang dunia ke-2 tidak menemukan teknologi inframerah yang kemudian diadaptasi ke astronomi, prioritas obervasi mungkin akan menuju ke arah yang berbeda. Demikian pula dengan astronomi radio, perang dunia ke-2 mendorong teknologi radio untuk maju jauh ke depan, memungkinkan para astronom untuk memanfaatkan perkembangannya dalam observasi setelah perang berakhir.

Namun, teknologi di Bumi turut digerakan oleh kultur, jadi hal serupa mungkin juga dialami oleh peradaban asing.

5. Apakah E.T.I. seharusnya ramah atau altruistik (tidak egois)?

“Bahkan, bagi sebuah peradaban yang mampu bertahan selama satu juta tahun, kita tidak seharusnya membuat kesalahan naif dengan mengasumsikan evolusi berujung ke altruisme, kebijaksanaan dan perdamaian,” ujar Dick. “Sangat mungkin mereka kurang bersahabat atau memiliki aspek kurang baik terhadap masyarakat mereka sendiri, sama seperti kita.”

Namun bukanlah gagasan bagus kita kemudian menjadi pengecut dan selalu takut terhadap segala kemungkinan dari luar sana. Dick mengklaim E.T.I. mungkin sudah mengetahui eksistensi kita.

“Di tengah kosmos, kita harus merasa seperti di rumah sendiri dan menangani segala permasalahan yang muncul saat mereka datang,” kata Dick.

Kecuali kita diserang oleh penakluk antarbintang, tak ada satu pun dari kita yang tersisa untuk dapat mempelajari jawaban atas teka-teki ini.

Sebagian besar orang tidak akan menyalahkan siapa pun terkait dampak yang ditimbulkan saat kehidupan di luar Bumi ditemukan. Meski begitu, Dick bersikeras bahwa subjek semacam ini tak sekadar esoterik.

“Seiring perubahan iklim, Forum Ekonomi Dunia menganggapnya sebagai satu dari lima “Faktor X” yang harus diperhatikan di masa depan, dengan konsekuensi yang tidak diketahui,” pungkas Dick.

Ditulis oleh: Bruce Dorminey, www.forbes.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang