Menggunakan
dua inti galaksi purba yang disebut quasar, objek paling terang di alam semesta, para ilmuwan telah memperolah bukti kuat untuk mengkonfirmasi ikatan kuantum, sebuah konsep yang
menyatakan sifat partikel dapat saling terhubung tak peduli
seberapa jauh mereka terpisah di alam semesta.
Jika memang valid, maka ikatan kuantum dari sepasang partikel dapat saling terhubung
meskipun terpisah miliaran tahun cahaya, termasuk perilaku dari satu partikel akan memengaruhi partikel lainnya. Albert Einstein menggambarkan korelasi antar partikel ini
sebagai “spooky action at a distance”.
Tahun lalu, para fisikawan dari Massachusetts Institute Technology (MIT),
Universitas Wina dan institusi lainnya, telah memberikan bukti kuat ikatan kuantum, dan kali ini tim yang sama telah melangkah lebih
jauh untuk mengkonfirmasi bukti serupa.
Para
ilmuwan yang ingin membuktikan ikatan kuantum harus dapat menunjukkan
korelasi terukur antara partikel yang tidak bisa dijelaskan
oleh fisika klasik, menurut sebuah pernyataan dari MIT yang menjelaskan penelitian
terbaru. Pada tahun 1960-an, fisikawan John Bell menghitung
batas teoretis korelasi di antara partikel yang dapat memiliki ikatan kuantum dan tidak bisa dijelaskan oleh fisika klasik.
Tapi,
ada celah dalam batas teoritis ini, yaitu pengamatan yang tampaknya
berkorelasi dengan partikel, memiliki sebuah penjelasan tersembunyi dalam
fisika klasik, kata para peneliti MIT. Salah satu celah yang sedang dikerjakan
oleh para ilmuwan dikenal sebagai celah “freedom-of-choice” atau fisika klasik misterius yang memengaruhi pengukuran ikatan partikel. Dengan celah ini, para peneliti
mengamati korelasi kuantum saat tidak saling terikat.
Tahun
lalu, tim telah mengungkapnya melalui cahaya bintang yang merambat
600 tahun yang lalu. Jika korelasi antar partikel yang mereka amati dapat dijelaskan oleh fisika klasik, maka seharusnya berasal lebih dari 600
tahun yang lalu sebelum cahaya bintang merambat.
Untuk
menutup celah ini, tim sekarang menggunakan inti galaksi terang energik atau quasar yang terletak begitu jauh, untuk mengetahui apakah korelasi antar partikel dapat dijelaskan oleh mekanika klasik
yang bersumber lebih awal daripada 600 tahun yang lalu. Dengan kata lain, mereka menggunakan hasil studi tahun lalu dan meningkatkannya sebagai bukti
lebih lanjut terhadap ikatan kuantum.
Tim memilih dua quasar yang memancarkan cahaya 7,8 miliar dan 12,2 miliar tahun yang lalu. Para peneliti
menggunakan cahaya yang bersumber dua kedua quasar purba ini untuk menentukan sudut kemiringan polarizer demi pengukuran orientasi medan listrik setiap foton.
Tim menggunakan teleskop untuk mengukur panjang gelombang ikatan foton di dalam cahaya yang berasal dari quasar.
Jika warna cahaya lebih merah dari panjang gelombang referensi, polarizer
dimiringkan untuk mengukur foton yang masuk. Jika cahaya lebih biru dari
panjang gelombang referensi, polarizer akan miring ke sudut yang berbeda untuk
mengukur foton.
Pada studi tahun lalu, tim hanya menggunakan teleskop berukuran
kecil, jadi hanya bisa digunakan untuk mengukur cahaya dari bintang
yang terletak 600 tahun cahaya, tetapi dengan teleskop yang ukurannya
lebih besar dan lebih kuat, sekarang tim dapat mengukur cahaya yang bersumber
dari quasar yang jauh lebih tua dan lebih jauh.
Dalam
mempelajari ikatan foton quasar purba, tim menemukan korelasi pada
lebih dari 30.000 pasang foton. Korelasi ini melampaui batas yang ditetapkan
oleh Bell, dan menunjukkan apabila ada penjelasan dari fisika klasik
untuk korelasi partikel, maka harus berasal dari sebelum quasar memancarkan cahaya, yaitu miliaran tahun yang lalu.
“Jika
memang ada beberapa konspirasi untuk mensimulasikan mekanika kuantum
dengan mekanisme yang dapat dijelaskan oleh fisika klasik, maka mekanisme itu seharusnya
terjadi, meskipun tidak diketahui kapan, di mana dan bagaimana eksperimen akan terjadi, setidaknya 7,8 miliar tahun lalu,” kata rekan penulis makalah ilmiah fisikawan Alan Guth dari MIT. “Terlihat sangat tidak logis, jadi kami memiliki bukti kuat bahwa mekanika kuantum adalah
penjelasan yang paling tepat.”
Melalui temuan ini, “tidak masuk akal” korelasi yang diukur dapat dijelaskan oleh fisika klasik, kata para peneliti. Inilah bukti kuat bahwa
mekanika kuantum bertanggung jawab atas korelasi dan ikatan kuantum itu valid,
kata mereka.
“Bumi
berusia sekitar 4,5 miliar tahun, jadi setiap mekanisme alternatif, yang berbeda
dari mekanika kuantum, yang mungkin telah memberikan kita hasil dengan
memanfaatkan celah ini, seharusnya sudah ada jauh sebelum planet Bumi eksis,
apalagi MIT,” pungkas rekan penulis makalah ilmiah fisikawan David Kaiser dari MIT. “Jadi, kami mendorong penjelasan alternatif kembali ke awal
sejarah kosmik.”
Makalah ilmiah yang melaporkan hasil penelitian telah dipublikasikan di jurnal Physical Review Letters edisi 20/08/18.
Ditulis
oleh: Chelsea Gohd, staf penulis www.space.com
Komentar
Posting Komentar