Langsung ke konten utama

Tiga Tahun Persiapan, Dua Menit Totalitas. Semuanya Layak Dilakukan

jay-pasachoff-ilmuwan-fisika-matahari-astronomi
Jay Pasachoff memeriksa sebuah teleskop berukuran besar untuk mengamati gerhana matahari di Universitas Willamette, Oregon.
(Marcus Yam/Los Angeles Times)

Sekitar 10 menit sebelum matahari terbenam di langit siang hari, suasana sudah terasa aneh.

Tidak cukup hangat untuk sebuah hari saat musim panas di Oregon. Langit juga tidak cukup terang. Seolah-olah matahari telah disamarkan.

Tapi bagi Jay Pasachoff, ia sudah terbiasa akan hal ini.

Mengenakan kemeja polo putih dan celana oranye terang yang selalu ia kenakan pada momen seperti itu, para astronom dari Williams College ada di bawah otoritasnya. Seiring mahasiswa di sekitarnya mengecek teleskop dan filter-filternya, Pasachoff mulai menghitung mundur menit-menit terakhir.

"Satu menit, semuanya," dia mengingatkan dengan suara agak keras.

"15 detik."

Dan bumi menjadi gelap. Bulan, yang menutupi matahari, menciptakan lubang hitam di langit yang dikelilingi oleh gumpalan pucat kabut atmosfer matahari.

"Cantik sekali," kata Pasachoff.


korona-gerhana-matahari-total-astronomi
Gambar korona matahari yang ditangkap oleh para ilmuwan di Salem, Oregon, selama gerhana hari Senin.
(Pasachoff, Christian Lockwood, dan Williams College Eclipse Expedition)

Puluhan juta orang Amerika menyaksikan Great American Eclipse pada hari Senin, dan bagi sebagian besar orang, fenomena alam langka ini merupakan pengalaman sekali seumur hidup. Tapi bagi Pasachoff, berdiri di bawah bayang-bayang bulan adalah bagian dari pekerjaan.

Hampir 50 tahun mempelajari fisika matahari, Pasachoff telah menjadi pakar utama dunia tentang gerhana matahari total. Pada hari Senin lalu, dia telah menyaksikan 34 gerhana matahari total.

Selama 1 menit dan 56 detik “totalitas” (momen gerhana matahari total) di Salem, Pasachoff bersama para kolega menjalankan lebih dari selusin percobaan yang akan membantu mereka mempelajari dinamika atmosfer matahari, menentukan suhu dan tekanannya, untuk lebih memahami medan magnet matahari dan belajar bagaimana respon planet saat cahaya tiba-tiba padam saat siang hari.

Atmosfer terluar matahari, atau korona, hanya terlihat selama gerhana total, jadi Pasachoff yang telah mendedikasikan hidupnya sebagai ilmuwan fisika gerhana matahari, harus berada di setiap lokasi di mana gerhana matahari total terjadi, tidak peduli di belahan dunia manapun.

"Saya pikir, kita dapat mengatakan bahwa Jay telah melihat gerhana matahari lebih banyak daripada semua orang," kata Mike Kentriankis, manajer proyek untuk Gugus Tugas Astronomi Gerhana Matahari Amerika. "Berarti dia telah melebihi siapapun (dalam melihat gerhana matahari) dalam sejarah planet ini."

Yang Pertama Kali akan Selalu Dikenang

Pasachoff baru berusia 16 tahun saat melihat gerhana total pertamanya, pada tahun 1959, tahun pertamanya di Universitas Harvard.

Dia kemudian mendaftar di sebuah seminar dengan Donald Menzel sebagai nara sumber, seorang astrofisikawan terkenal yang telah mengejar gerhana sejak ia masih kecil di Colorado pada tahun 1918.

Menzel memimpin 16 ekspedisi gerhana selama karirnya, termasuk ke padang rumput Rusia pada tahun 1936, provinsi Saskatchewan di Kanada pada tahun 1945 dan Italia utara pada tahun 1951.

Untuk gerhana tahun 1959, yang dimulai dengan mudah di atas pantai Massachusetts, dia meminjam sebuah pesawat untuk menerbangkan para mahasiswanya di atas awan sehingga mereka bisa melihat kilau atmosfer terluar matahari.

"Saat bulan purnama menutupi matahari dan langit gelap menghitam, korona Matahari menerangi Bulan dengan warna putih," tulis Pasachoff di catatannya pada saat itu. "Saya ketagihan."

Dia melihat gerhana total kedua hampir empat tahun kemudian, berkendara dengan seorang teman ke tepi Sungai St. Lawrence di Kanada untuk menyaksikan pertunjukan tersebut.

Di sekolah pascasarjana, Pasachoff belajar fisika matahari, menggunakan observatorium di Sunspot, N.M., untuk mengamati lapisan tipis atmosfer matahari yang disebut kromosfer. Kromosfer terletak di antara korona dan permukaan. Kromosfer bisa diamati tanpa harus menunggu gerhana.

Pasachoff melewatkan gerhana total di Peru pada tahun 1966 dan di Rusia pada tahun 1968. Namun, pada bulan Maret 1970, dia bersatu kembali dengan Menzel, mentornya dahulu, untuk melakukan pengukuran ilmiah tentang gerhana total di atas Oaxaca, Meksiko.

"Saya belajar banyak dari dia tahun itu, tentang fisika matahari dan bagaimana menjalankan ekspedisi," katanya. "Layaknya tongkat estafet ilmu pengetahuan."


ekspedisi-gerhana-matahari-total-matahari
Mahasiswa dari Williams College menemani Jay Pasachoff saat ia memimpin pengamatan gerhana matahari di Salem, Oregon.
(Marcus Yam/Los Angeles Times)

Tahun-Tahun Persiapan

Pasachoff yang kini telah berusia 74 tahun adalah seorang penanggung jawab. Dia biasanya mulai mempersiapkan segala sesuatu sebelum gerhana terjadi, setidaknya tiga tahun sebelumnya.

Yang selalu menjadi pertimbangan utama adalah cuaca. Sebagian besar penelitiannya bergantung pada kemampuan untuk melihat dan mengukur struktur tipis korona. Sebuah awan, di tempat yang salah pada waktu yang salah, bisa membuat ekspedisi yang mahal dan memakan waktu menjadi sia-sia. Tempat-tempat dengan lapisan awan laut dini hari atau badai awan sore hari yang telah dapat diperkirakan sebelumnya, dihindari dengan segala cara.

Great American Eclispe membeberkan bayangannya melewati Amerika Serikat dari Oregon ke Carolina, jadi ada banyak lokasi untuk dipilih. Pasachoff memulai proses seleksi tempat dengan mempelajari peta kode warna dan grafik yang membentuk pola awan beberapa dekade sebelumnya, yang membantunya meningkatkan peluang menemukan langit jernih.

Logistik juga menjadi pertimbangan. Puluhan mahasiswa dan para kolega biasa menemaninya dalam perjalanan, dan mereka membawa sejumlah teleskop berukuran besar, kamera dan pemancar pengumpul data cuaca.

Pasachoff menentukan Oregon Tengah dan Timur memiliki peluang tertinggi untuk langit cerah di hari penting. Ketika dia menyadari bahwa kota Salem adalah rumah bagi Universitas Willamette, dan presiden di universitas ini adalah seorang astronom yang dia kenal, Pasachoff lantas memilih kota tersebut.

Tiga Tahun Lalu

Menemukan lokasi hanyalah permulaan. Dibutuhkan sejumlah besar pekerjaan untuk bersiap-siap, demi beberapa menit berharga saat bulan menutupi matahari.

Pasachoff mengajukan beberapa proposal dana, membantu para kolega menemukan penginapan, dan menulis lusinan surat rekomendasi sehingga para kolega dari Venezuela, China, Yunani dan negara-negara lain bisa mendapatkan visa untuk bergabung dengannya di Oregon.

Dia juga mengawasi satu tim yang terdiri dari delapan mahasiswa yang menghabiskan musim panas untuk memastikan lebih dari selusin teleskop dan kamera bekerja dengan baik, sehingga mereka bisa menangkap korona pada saat “totalitas”. Kemudian seorang kolega lain mengangkut dua ton peralatan observasi dengan menempuh perjalanan sejauh 3.400 mil melintasi negeri.

"Saya ingat bertahun-tahun yang lalu, beberapa orang bertanya kepada saya apakah saya akan memberikan kursus ekspedisi," kata Pasachoff. "Saya berkata, keahlian saya adalah pengepakan dan pengiriman."


ekspedisi-gerhana-matahari-total-astronomi
Erin Meadors, tengah, dan mahasiswa lainnya dari Williams College membantu mengkalibrasi perangkat lunak pencitraan saat mereka bersiap untuk mendokumentasikan gerhana matahari di Salem, Oregon.
(Marcus Yam/Los Angeles Times)

Gladi Bersih

Pasachoff dan tim tiba di Salem sekitar satu minggu sebelum gerhana untuk menyiapkan instrumen dan memastikan tidak ada yang rusak saat proses transit bulan menutupi matahari.

Instrumen yang paling canggih termasuk dua teleskop identik yang dilengkapi dengan filter berbeda, memungkinkan para ilmuwan untuk mengamati suhu gas besi yang berbeda di korona.

"Kami berharap untuk melihat osilasi frekuensi tinggi antara dua spektrum yang hanya bisa dilihat saat gerhana," kata Michael Person, astronom riset dari MIT. Hasil studi bisa membantu para ilmuwan dalam mempertajam model matahari mereka.

Pada hari sebelum gerhana, Pasachoff mengadakan gladi bersih yang melibatkan sekitar 20 mahasiswa dan alumni universitas.

Setengah dari mereka mengambil tempat di depan komputer, menjalankan program yang akan membimbing kamera saat mereka melacak sinar matahari selama “totalitas”, saat bulan benar-benar menutupi matahari.

Yang lain ditugaskan untuk segera melepaskan filter-filter pelindung surya dari instrumen begitu gerhana total terjadi dan korona mulai terlihat. (Karena korona hanya seterang bulan purnama, aman bagi manusia dan kamera untuk melihatnya secara langsung.)

Tugas untuk melepas filter pelindung terdengar mudah, namun apabila terjadi kesalahan bisa mengganggu keseimbangan kalibrasi teleskop.

"Totalitas!" teriak Pasachoff.

Keheningan seketika itu diwarnai oleh suara-suara jepretan kamera dan instrumenn pengambil gambar lainnya.


ekspedisi-gerhana-matahari-total-astronomi
Amy Steele dan mahasiswa lainnya mendokumentasikan gerhana matahari di Salem, Oregon
(Marcus Yam/Los Angeles Times)

Langkah Selanjutnya

Ekspedisi berjalan lancar pada hari Senin, meskipun tak sedikit orang yang berkumpul di kampus untuk menyaksikannya secara langsung.

Anda mungkin berpikir setelah bertahun-tahun persiapan, tim sains akan merasa sedikit kecewa begitu gerhana matahari total hanya berlangsung selama 116 detik. Sebaliknya, mereka bergetar karena kegembiraan.

Butuh sekitar 20 menit bagi Amy Steele untuk berhenti menangis setelah momen totalitas gerhana berlalu.

"Sangat indah, sangat cantik," kata Steele, seorang mahasiswa pascasarjana astronomi dari Universitas Maryland. "Bulan sangat gelap, seperti lubang di langit. Dan Merkurius! Kami belum pernah mendapatkan foto Merkurius. Sangat bagus."

Pasachoff memang tidak memperlihatkan emosinya, tapi juga tak kalah antusias.

"Luar biasa!" Katanya. "Semua berjalan dengan sempurna. Kami melihat gambar pertama dan gambarnya indah."

Dia sudah mempersiapkan gerhana ke-35, yang akan terjadi di Chili pada tanggal 2 Juli 2019.

"Enam tahun yang lalu saya menghubungi kepala sebuah observatorium, yang berada tepat di jalur gerhana matahari total," kata Pasachoff. "Dia menjawab, Jay, aku sudah lama menunggu kabar darimu."

Ditulis oleh: Deborah Netburn, www.latimes.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang