Langsung ke konten utama

Misi Multi Skala Magnetosferik NASA Tentukan Lokasi Elektron Beraksi

Ruang angkasa di atas planet Bumi mungkin tampak hampa, namun sesungguhnya adalah sebuah tempat yang selalu menggelar "karnaval" garis medan magnet dan partikel berenergi tinggi. Wilayah ini disebut magnetosfer dan partikel-partikel bermuatan selalu melewatinya setiap hari. Mereka bergerak mengikuti medan magnet. Kadang-kadang dalam sebuah fenomena yang disebut rekoneksi magnetik, saat garis-garis medan magnet saling bertemu, elektron berenergi tinggi dilepaskan dari lintasan, seperti ditembakkan dari sebuah meriam.

Karena tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, NASA menggunakan instrumen yang dirancang khusus untuk mengamati fenomena tersebut. Magnetospheric Multiscale Mission (MMS) adalah salah satu “kaca mata” yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mengamati gaya magnetik tak terlihat dan partikel-partikel bermuatan yang berpotensi memengaruhi teknologi kita di Bumi. Penelitian terbaru menggunakan data MMS untuk memperbaiki pemahaman tentang bagaimana elektron merambat melalui wilayah yang kompleks ini, yaitu informasi yang akan membantu melepaskan Bumi dari pengaruh partikel bermuatan.

Visualisasi ini menunjukkan pergerakan satu elektron di wilayah rekoneksi magnetik. Saat mendekati wilayah rekoneksi, pesawat antariksa yang melintas akan mendeteksi partikel berenergi tinggi terlebih dahulu, kemudian partikel berenergi rendah.
Kredit: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA/Tom Bridgman.

Menggunakan MMS, para ilmuwan telah menyaksikan pertunjukan kompleks tentang elektron di sekitar Bumi dan menyadari bagaimana elektron di tepi magnetosfer sering bergerak oleng saat terakselerasi. Menemukan wilayah yang menjadi lokasi akselerasi elektron adalah kunci untuk memahami salah satu misteri magnetosfer, yaitu proses yang mengubah energi magnetik menjadi energi kinetik saat melewati wilayah tersebut. Informasi semacam itu dianggap penting untuk melindungi teknologi di Bumi, karena partikel yang terakselerasi dan berubah menjadi partikel berenergi tinggi dapat menyebabkan pemadaman listrik dan memutus jaringan komunikasi GPS.

Makalah studi yang telah dipublikasikan di Journal of Geophysical Research, telah menemukan sebuah cara baru untuk melokalisir akselerasi elektron. Sampai saat ini, para ilmuwan hanya mengamati elektron berenergi rendah untuk menemukan zona akselerasi. Namun tim ilmuwan yang dipimpin oleh Matthew Argall dari Universitas New Hampshire di Durham, telah menunjukkan cara yang lebih mudah. Zona akselerasi lebih mudah diidentifikasi dengan cara mengamati elektron berenergi tinggi secara langsung.

Penelitian ini hanya dapat dilakukan oleh desain unik misi MMS, yang menggunakan empat pesawat antariksa untuk membentuk formasi ketat tetrahedral yang memungkinkan pengukuran resolusi tinggi temporal dan spasial di wilayah rekoneksi magnetik.

“Kami dapat menyelidikinya dalam skala yang sangat kecil dan membantu kita untuk mengungkap bagaimana energi diubah melalui rekoneksi magnetik,” kata Argall.

Hasil studi akan memudahkan para ilmuwan untuk mengidentifikasi dan mempelajari wilayah ini, sekaligus membantu mereka dalam eksplorasi mikrofisika rekoneksi magnetik dan memahami efek elektron di Bumi.

Ditulis oleh: Mara Johnson-Groh, Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, www.nasa.gov, editor: Rob Garner


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang