Terkait selera makan rakus yang tidak pandang bulu, tidak ada yang bisa mengalahkan lubang hitam supermasif. Sebuah studi terbaru mengungkap bagaimana objek kosmik tanpa tanding yang berada di pusat galaksi-galaksi raksasa, mengkonsumsi lebih banyak material daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Lubang hitam menghisap segala sesuatu yang memasuki
horizon peristiwa, bahkan termasuk cahaya sekalipun. Terkadang bintang yang melintas
cukup dekat dengan lubang hitam supermasif, akan mengalami nasib tragis serupa dengan semua objek yang memasuki horizon peristiwa, spaghettification atau diregangkan dan diratakan menjadi filamen
tipis yang panjang seperti spagheti (bakmi Italia)! Spaghettification, paling tidak itulah istilah teknisnya.
Disebut Tidal Disruption Event (TDE), fenomena lubang
hitam supermasif yang mengoyak sebuah bintang telah beberapa
kali diamati. Namun studi terbaru justru mengungkap TDE adalah fenomena yang kerap terjadi, saat para astronom melakukan observasi terhadap dua galaksi yang baru saja menjalani proses penggabungan.
Gravitasi lubang hitam supermasif menyebabkan
bintang-bintang di sekitarnya membentuk gugus bintang nuklir. Menurut fisika
gravitasi standar, bentuk simetri gugus akan menyerupai spheroid, namun gugus
bintang berbentuk cakram yang asimetris telah diamati di banyak galaksi,
seperti di galaksi tetangga utama Andromeda. Cakram semacam itu dianggap
sebagai hasil penggabungan yang relatif baru antara dua galaksi yang melimpah
dengan molekul gas.
Saat bintang-bintang di dalam gugus nuklir
mengorbit lubang hitam supermasif di dalam cakram eksentrik (tidak memiliki
sumbu pusat), maka lintasan orbit mereka cenderung berbentuk elips yang membawa mereka
ke dalam pengaruh gaya gravitasi satu sama lain. Pengaruh gaya gravitasi tersebut dapat mendorong
bintang mendekati lubang hitam supermasif dan menyebabkan TDE.
“Gaya yang tercipta pada orbit bintang akan
merubah lintasannya. Akhirnya, bintang mencapai jarak terdekat dengan lubang
hitam dan dihancurkan,” ungkap penulis utama makalah studi Ann-Marie Madigan dari Universitas Colorado di Boulder.
Studi memprediksi fenomena serupa cukup sering terjadi.
“Kami memprediksi pasca periode
penggabungan antar galaksi, lubang hitam supermasif menelan satu bintang
per tahun. Jumlah ini 10.000 kali lipat lebih besar dibandingkan prediksi rata-rata
lubang hitam supermasif lainnya,” jelas rekan penulis makalah studi Heather Wernke, sesama ilmuwan Universitas Colorado.
Studi menyediakan beberapa bukti teoritis
untuk observasi yang menunjukkan beberapa galaksi dengan lubang hitam
supermasif di pusat galaksi masing-masing, memiliki tingkat kematian
bintang yang lebih tinggi daripada galaksi-galaksi lainnya. Termasuk eksistensi cakram eksentrik gugus bintang nuklir barangkali lebih umum di alam semesta daripada yang diperkirakan sebelumnya.
“Andromeda mungkin telah melewati puncak
proses serupa, setelah dulu menjalani tahap penggabungan. Tetapi dengan data
resolusi yang lebih tinggi, kita mungkin dapat menemukan cakram eksentrik yang
lebih muda di pusat galaksi-galaksi jauh,” pungkas Madigan.
Makalah studi yang berjudul “Dynamical Properties of Eccentric Nuclear
Disks: Stability, Longevity, and Implications for Tidal Disruption Rates in
Post-merger Galaxies” telah dipublikasikan secara online di Astrophysical Journal edisi 01/02/18. Adapun rekan penulis makalah studi lainnya terdiri dari para ilmuwan dari Universitas California di Berkeley, Universitas Princeton dan Universitas Leicester di Inggris.
Ditulis oleh: Himanshu Goenka,
www.ibtimes.com
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar