Langsung ke konten utama

Setelah Penggabungan Galaksi, Lubang Hitam Telan Satu Bintang per Tahun

Terkait selera makan rakus yang tidak pandang bulu, tidak ada yang bisa mengalahkan lubang hitam supermasif. Sebuah studi terbaru mengungkap bagaimana objek kosmik tanpa tanding yang berada di pusat galaksi-galaksi raksasa, mengkonsumsi lebih banyak material daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Lubang hitam menghisap segala sesuatu yang memasuki horizon peristiwa, bahkan termasuk cahaya sekalipun. Terkadang bintang yang melintas cukup dekat dengan lubang hitam supermasif, akan mengalami nasib tragis serupa dengan semua objek yang memasuki horizon peristiwa, spaghettification atau diregangkan dan diratakan menjadi filamen tipis yang panjang seperti spagheti (bakmi Italia)! Spaghettification, paling tidak itulah istilah teknisnya.

Disebut Tidal Disruption Event (TDE), fenomena lubang hitam supermasif yang mengoyak sebuah bintang telah beberapa kali diamati. Namun studi terbaru justru mengungkap TDE adalah fenomena yang kerap terjadi, saat para astronom melakukan observasi terhadap dua galaksi yang baru saja menjalani proses penggabungan.

gangguan-pasang-surut-lubang-hitam-supermasif-informasi-astronomi
Dalam ilustrasi yang menggambarkan TDE, warna merah menunjukkan material yang lebih panas saat jatuh ke arah lubang hitam dan menghasilkan suar sinar-X yang berbeda. Warna biru menunjukkan angin bertiup dari material yang jatuh ke lubang hitam.
Foto: CXC/M. Weiss; X-ray: NASA/CXC/UNH/D. Lin et al, Optical: CFHT.

Gravitasi lubang hitam supermasif menyebabkan bintang-bintang di sekitarnya membentuk gugus bintang nuklir. Menurut fisika gravitasi standar, bentuk simetri gugus akan menyerupai spheroid, namun gugus bintang berbentuk cakram yang asimetris telah diamati di banyak galaksi, seperti di galaksi tetangga utama Andromeda. Cakram semacam itu dianggap sebagai hasil penggabungan yang relatif baru antara dua galaksi yang melimpah dengan molekul gas.

Saat bintang-bintang di dalam gugus nuklir mengorbit lubang hitam supermasif di dalam cakram eksentrik (tidak memiliki sumbu pusat), maka lintasan orbit mereka cenderung berbentuk elips yang membawa mereka ke dalam pengaruh gaya gravitasi satu sama lain. Pengaruh gaya gravitasi tersebut dapat mendorong bintang mendekati lubang hitam supermasif dan menyebabkan TDE.

“Gaya yang tercipta pada orbit bintang akan merubah lintasannya. Akhirnya, bintang mencapai jarak terdekat dengan lubang hitam dan dihancurkan,” ungkap penulis utama makalah studi Ann-Marie Madigan dari Universitas Colorado di Boulder.

Studi memprediksi fenomena serupa cukup sering terjadi.

“Kami memprediksi pasca periode penggabungan antar galaksi, lubang hitam supermasif menelan satu bintang per tahun. Jumlah ini 10.000 kali lipat lebih besar dibandingkan prediksi rata-rata lubang hitam supermasif lainnya,” jelas rekan penulis makalah studi Heather Wernke, sesama ilmuwan Universitas Colorado.


Studi menyediakan beberapa bukti teoritis untuk observasi yang menunjukkan beberapa galaksi dengan lubang hitam supermasif di pusat galaksi masing-masing, memiliki tingkat kematian bintang yang lebih tinggi daripada galaksi-galaksi lainnya. Termasuk eksistensi cakram eksentrik gugus bintang nuklir barangkali lebih umum di alam semesta daripada yang diperkirakan sebelumnya.

“Andromeda mungkin telah melewati puncak proses serupa, setelah dulu menjalani tahap penggabungan. Tetapi dengan data resolusi yang lebih tinggi, kita mungkin dapat menemukan cakram eksentrik yang lebih muda di pusat galaksi-galaksi jauh,” pungkas Madigan.

Makalah studi yang berjudul “Dynamical Properties of Eccentric Nuclear Disks: Stability, Longevity, and Implications for Tidal Disruption Rates in Post-merger Galaxies” telah dipublikasikan secara online di Astrophysical Journal edisi 01/02/18. Adapun rekan penulis makalah studi lainnya terdiri dari para ilmuwan dari Universitas California di Berkeley, Universitas Princeton dan Universitas Leicester di Inggris.

Ditulis oleh: Himanshu Goenka, www.ibtimes.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang