Langsung ke konten utama

Sunyinya Alam Semesta Bisa Menjadi Anugerah Terbesar bagi Umat Manusia

sunyinya-alam-semesta-bisa-menjadi-anegerah-terbesar-bagi-umat-manusia-informasi-astronomi
Astronom Alan Fitzsimmons sedang menatap Langit Selatan.
ESO/A. FITZSIMMON

Sebuah makalah ilmiah terbaru mengklaim kita mungkin adalah satu-satunya peradaban di seluruh alam semesta. Sebagaimana dijelaskan oleh astrofisikawan Ethan Siegel, makalah ini cenderung berspekulasi dan tidak mengikuti kaidah ilmiah, meskipun berhasil menggebrak media, seringkali diiringi oleh keprihatinan atas takdir kita yang sendirian. Tapi, seburuk apakah menjadi satu-satunya peradaban di alam semesta? Anggaplah makalah studi itu benar dan Bumi adalah satu-satunya planet yang menampung kehidupan di seluruh jagad raya. Sebuah titik biru pucat di lautan kegelapan hampa. Apa artinya itu?

Sebagai permulaan, kita tidak perlu lagi merasa khawatir terhadap invasi peradaban ekstraterestrial. Tidak ada monster bermata besar yang ingin menjadikan kita sebagai menu makan malam, tidak ada pula agen-agen alien yang menyamar dan mencoba untuk menggantikan para pemimpin di pemerintahan. Sejarah manusia diwarnai serangan-serangan ganas dari satu peradaban terhadap peradaban lainnya. Hampir dapat dipastikan kita melanjutkan sejarah peradaban kita ke konflik antarbintang hipotetis. Meskipun kisah-kisah fiksi menyediakan alur cerita yang menarik, mereka tidak terlalu realistis. Energi, air, logam berat dan segala mineral yang dibutuhkan oleh sebuah peradaban maju sangat berlimpah di alam semesta. Jadi tidak ada alasan bagi peradaban asing untuk menargetkan Bumi. Kita mungkin pernah membayangkan peradaban asing yang begitu xenofobia. Mereka melenyapkan persaingan sekecil apapun, tetapi spesies seperti itu justru akan menghancurkan dirinya sendiri karena pertikaian agresif.

Ancaman eksistensial yang lebih realistis bisa berasal hanya dari kontak dengan spesies berakal lainnya. Bayangkan jika kita terhubung dengan spesies yang 100.000 tahun lebih maju daripada kita. Peradaban yang telah memecahkan tantangan ekologis, yang mampu menempuh perjalanan antarbintang semudah kita naik kereta api. Umat manusia akan jatuh di bawah bayang-bayang makhluk yang hampir seperti Dewa, sementara budaya kita akan menjadi cerminan atau reaksi terhadap peradaban mereka. Dalam sejarah umat manusia, kita telah melihat bagaimana bahasa mati dan tradisi dalam sebuah kebudayaan mulai memudar. Akankah budaya manusia dikonsumsi oleh peradaban asing yang lebih unggul dari kita? Apa yang harus kita tawarkan kepada mereka di luar kebudayaan kita yang mereka anggap kuno?

Tetapi, barangkali kita benar-benar sendirian. Kecuali terjadi kontak dengan peradaban lain, maka kita benar-benar sendirian. Saat menatap langit malam, kita menemukan bintang-bintang yang mungkin suatu saat kita kunjungi, planet-planet yang mungkin suatu hari kita sebut rumah dan sebuah kosmos yang penuh dengan potensi. Kita tidak terikat dengan peradaban lain, oleh karena itu umat manusia dapat menempa nasibnya sendiri. Kita bisa menjadi yang terbaik dari segala harapan kita atau yang terburuk dari segala mimpi buruk kita. Kita bisa memilih untuk terus bertengkar dengan sesama atau bersatu untuk menggapai langit. Sendirian, berarti alam semesta sepenuhnya milik kita. Kebanggaan dan atau aib bagi kita.

Terlepas dari apakah ada peradaban asing di luar sana, mungkin pilihan terbaiknya adalah selalu mencoba seolah-olah kita sendirian. Bangkitlah untuk menghadapi tantangan yang kita hadapi dan berusahalah menjadi lebih baik daripada masa lalu kita. Dan jika kita kebetulan bertemu dengan peradaban lain, umat manusia dapat menghadapi mereka bukan dengan rasa takut, tetapi sebagai spesies yang setara.

Ditulis oleh: Brian Koberlein, kontributor www.forbes.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang