Kelanjutan
dari artikel: Persamaan Drake dan Paradoks Fermi Belum Terpecahkan (Bagian 1)
Tentu,
ada banyak hal logis yang bisa kita katakan tentang mereka. Kita dapat
berbicara tentang percobaan yang telah kita lakukan untuk membuat molekul
organik dari bahan mentah dan anorganik. Kita dapat mendiskusikan tentang
molekul organik kompleks yang kita temukan di ruang antarbintang atau
meteorit. Kita dapat menyebutkan petunjuk yang menarik tentang dunia di tata surya kita yang kaya molekul air di masa lalu, lautan di bawah
permukaan dan mikroba yang telah menjadi fosil. Jika kita mengekstrapolasikan informasi genetika yang dikodekan
dalam organisme kembali ke munculnya kehidupan di Bumi, apa apa yang kita anggap sebagai “kehidupan” mungkin berasal dari
miliaran tahun sebelum planet kita terbentuk.
Tetapi,
tidak ada yang dianggap cukup logis untuk menghitung probabilitas kehidupan
yang muncul dari anorganik seperti di Bumi. Probabilitasnya barangkali sangat tinggi, seperti yang
diperkirakan oleh beberapa ilmuwan. Tapi tak menutup kemungkinan probabilitasnya bisa sangat rendah: satu banding satu juta, atau bahkan lebih buruk. Kehidupan bisa jadi sangat langka. Fakta munculnya kehidupan di Bumi bukan berarti kita tidak memenangkan ‘undian’ kosmik.
Kita tidak dapat menarik kesimpulan logis hanya dari satu sampel.
Akan lebih buruk jika kita mengekstrapolasikan
probabilitas kedua: bagaimana kemungkinan kehidupan dari anorganik yang berevolusi menjadi kehidupan berakal, komunikatif dan menguasai
teknologi antariksa?
Sekali
lagi, kita hanya memiliki satu sampel. Perjalanan panjang yang harus dilalui kehidupan di Bumi untuk mencapai ke titik saat ini, termasuk
kepunahan massal, seleksi alam, perubahan lingkungan, serangan asteroid, dan lain-lain. Selama lebih dari empat miliar tahun, tidak ada satu pun organisme biologis "berakal" menurut standar
manusia. Lebih dari setengah miliar tahun sejak ledakan Kambria, dalam
kurun waktu 200.000 tahun hanya ada kurang dari 0,05% spesies daripada saat ini. Berarti spesies manusia adalah kisah sukses dalam sejarah kosmik. Kita adalah
pemenang ‘undian’ kosmik.
Makalah ilmiah terbaru yang memperoleh banyak kritik, ditulis oleh Anders Sandberg, Eric
Drexler, dan Toby Ord. Argumen utama mereka dalam makalah berjudul Dissolving
the Fermi Paradox adalah: Kami menyimpulkan upaya ilmiah untuk menyelesaikan paradoks Fermi mengarah ke .... tidak mungkin kita sendirian di alam semesta.
Bukan hal yang mengejutkan bagi siapapun yang telah memikirkan konsekuensi untuk menarik kesimpulan tanpa bukti yang kuat. Jika belum sempat memikirkannya, setidaknya jangan terlibat untuk mengambil kesimpulan, jika kita cenderung memilih untuk mengikuti kaidah sains.
Kita seharusnya tidak menyatakan, “inilah perkiraan saya” untuk berapa banyak peradaban ekstraterestrial di luar sana. Berapa
kisaran probabilitas prediksi? Seberapa kuat dan bukti apa yang
mendukungnya?
Jawabannya
adalah “tidak ada.”
Meskipun
penggantian perkiraan dengan distribusi probabilistik, sebagaimana dipaparkan
oleh para penulis makalah, masih belum ada bukti yang dianggap cukup logis. Tanpa bukti untuk diajukan,
para ilmuwan tidak seharusnya mengajukan teori berdasarkan sains, mereka
hanya mereka-reka. Para penulis makalah ilmiah menyatakan metodologi yang mereka terapkan:
Dalam
makalah ini, ada dua cara untuk memperluas
pendekatan di luar model yang menghasilkan distribusi
probabilitas untuk parameter persamaan Drake berdasarkan variasi perkiraan historis berdasarkan penilaian terbaik para penulis dari
ketidakpastian sains untuk setiap parameter.
Sayangnya, metode yang mereka terapkan serupa dengan hukum pertama ilmu komputasi: garbage in, garbage out. Estimasi
historis dan penilaian para penulis tidak menggantikan data yang kita butuhkan, karena kita memang tidak pernah memiliki data.
Tidak
ada jumlah analisis probabilistik yang membenarkan pemikiran tanpa bukti, termasuk upaya untuk sekadar menebak secara sains. Menerapkan teknik ilmiah ke upaya non-ilmiah,
seperti prediksi tentang alam semesta yang tidak diketahui, tidak
membuatnya lebih ilmiah, melainkan ilusi pengetahuan.
Masih
ada probabilitas kehidupan, bahkan kehidupan berakal, yang muncul di galaksi kita dan seluruh alam semesta. Ada juga probabilitas terkait kehidupan itu umum di alam semesta, namun kehidupan berakal justru langka, atau barangkali keduanya luar biasa langka. Sampai kita memiliki lebih banyak informasi, jangan tertipu
oleh berita utama, karena tidak mengikuti kaidah sains. Mereka sekadar menebak tanpa bukti. Sampai kita memperoleh bukti yang lebih
baik, semua perkiraan tersebut sama sekali bukan sains.
Ditulis
oleh: Ethan Siegel, kontributor www.forbes.com
Komentar
Posting Komentar