Langsung ke konten utama

Kata Nasa, Ulah Manusia Menyebabkan Goyangan pada Poros Rotasi Bumi

ulah-manusia-menyebabkan-goyangan-poros-rotasi-bumi-informasi-astronomi
Screenshot simulasi gerak kutub oleh NASA, menunjukkan berbagai faktor yang berkontribusi terhadap goyangan Bumi.
NASA

Sebuah studi yang digelar oleh NASA menyimpulkan manusia turut bertanggung jawab atas meningkatnya goyangan rotasi Bumi.

Ketika memikirkan Bumi, kita mungkin menganggap bentuknya bulat sempurna. Tetapi bentuk tulen planet kita adalah bulat pepat dengan permukaan yang bopeng karena pegunungan tinggi dan lautan yang dalam. Semua fitur geologis ini memberikan distribusi bobot yang tidak merata di seluruh permukaan Bumi dan menjadi salah satu penyebab goyangan pada rotasi Bumi.

Penelitian terbaru NASA mengungkap penyebab goyangan rotasi Bumi dapat dipecah ke tiga faktor utama, glacial rebound, pencairan es dan konveksi mantel. Sebelumnya, para ilmuwan meyakini glacial rebound adalah faktor utama yang menyebabkan goyangan Bumi. Namun studi NASA menunjukkan bagaimana ketiga faktor utama turut berkontribusi secara setara, masing-masing sekitar sepertiga goyangan rotasi Bumi.

penyesuaian-glasial-informasi-astronomi
Glacial rebound mirip dengan bagaimana balance ball bereaksi terhadap gaya tekanan ketika seseorang menaikinya.
U.S. AIR FORCE PHOTO/SENIOR AIRMAN ANDREW SATRAN

Faktor pertama adalah glacial rebound atau isostatic rebound, yang sebelumnya dianggap oleh para ilmuwan sebagai penyumbang terbesar goyangan rotasi Bumi. Bayangkan Bumi sebagai sebuah balance ball berukuran sangat besar mirip gambar di atas. Seperti yang kita lihat, seorang wanita menjatuhkan dirinya ke balance ball dan menyebabkan balance ball penyok. Untuk mengimbangi tekanan ini, sisi terluar bola menonjol keluar. Inilah analogi saat gletser masif menutupi daratan seperti di Amerika Utara. Selama zaman es terakhir, sekitar 26,5 ribu tahun yang lalu, hamparan tanah yang luas tertutup oleh gletser.

Gletser adalah bongkahan es berukuran besar yang terbentuk di atas permukaan tanah, terbentuk dari akumulasi endapan salju yang mengeras selama kurun waktu geologi.

Tanah di bawah gletser tertekan, menyebabkan tanah menonjol ke atas di sekeliling gletser. Namun saat gletser mencair, layaknya ball balance, tanah memperoleh kembali bentuk aslinya. Proses ini disebut glacial rebound karena Bumi memperoleh kembali bentuk aslinya. Proses berlangsung cukup lambat, artinya Bumi masih menyesuaikan diri dari zaman es terakhir. Proses inilah yang sebelumnya dianggap oleh para ilmuwan sebagai penyebab utama goyangan rotasi Bumi.

Saat ini, para ilmuwan mengetahui ada dua faktor lain yang memengaruhi goyangan rotasi Bumi. Pencairan es, terutama di Greenland, juga berperan atas sepertiga goyangan Bumi. Penemuan yang mengejutkan ini langsung dihubungkan dengan ulah manusia. Aktivitas manusia yang terus memanaskan Bumi dengan melepaskan molekul gas rumah kaca, meningkatkan laju pencairan es di kutub-kutub Bumi. NASA memperkirakan 7.500 gigaton es di Greenland telah mencair ke laut pada abad ke-20. Bobot ini setara dengan 20 juta Empire State Buildings. Pengalihan bobot dari Greenland yang didistribusikan ke seluruh dunia telah menghasilkan goyangan yang lebih kuat pada rotasi Bumi daripada seharusnya.

Faktor terakhir, perhitungan untuk sepertiga goyangan Bumi lainnya adalah konveksi mantel. Proses yang sedang berlangsung di interior Bumi, yaitu batuan cair yang dipanaskan, naik ke mantel, mendingin dan kembali lebih dekat ke inti Bumi. Konveksi di dalam mantel adalah mekanisme yang mengendalikan lempeng tektonik, gempa bumi, gunung berapi, pegunungan dan parit lautan dalam.

konveksi-mantel-bumi-informasi-astronomi
Konveksi mantel Bumi.
WIKICOMMONS

NASA menyimpulkan poros rotasi Bumi telah bergeser sekitar 10 meter hanya pada abad ke-20 saja. Ketika es terus mencair dan mengurangi bobot benua seperti Greenland, kita akan terus melihat peningkatan goyangan ketika Bumi berotasi. Untungnya, goyangan itu tidak cukup besar untuk memengaruhi ekosistem atau kehidupan kita sehari-hari, meskipun berpotensi menimbulkan dampak pada navigasi penerbangan.

Aktivitas manusia ternyata dapat mengubah sifat fundamental dan bagaimana Bumi berotasi. Upaya memantau goyangan rotasi Bumi dan perubahannya dapat menjadi barometer untuk mengetahui seberapa banyak es yang telah meleleh, sekaligus menempatkan peran manusia terhadap Bumi dalam perspektif astronomi.

Ditulis oleh: Trevor Nace, www.forbes.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang