Langsung ke konten utama

AI Ungkap Dua Eksoplanet yang Terkubur dalam Data Kepler

ai-temukan-dua-eksoplanet-dari-data-kepler-informasi-astronomi
Teleskop Antariksa Kepler. NASA

Masa depan AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan, konsep algoritma untuk menemukan planet yang tersembunyi dalam serangkaian data, terlihat menjanjikan. Algoritma yang dikembangkan oleh Universitas Texas di Austin, yang menjalin kerja sama dengan Google, dapat dimanfaatkan untuk menyelidiki seluruh rangkaian data K2 yang memuat sekitar 300.000 bintang. Metode serupa bahkan juga dapat diterapkan untuk misi pemburu planet penerus Kepler, Transiting Exoplanet Survei Satellite (TESS) NASA yang diluncurkan pada bulan April 2018.

Tim astronom dari Universitas Texas yang menjalin kemitraan dengan Google, telah memanfaatkan AI untuk mengungkap eksistensi dua planet lain yang tersembunyi di arsip misi Teleskop Antariksa Kepler NASA yang diperpanjang, atau K2. Teknik ini terlihat menjanjikan untuk mengidentifikasi banyak planet tambahan yang tidak bisa ditemukan oleh metode tradisional.

Untuk menemukan mereka, tim ilmuwan yang dipimpin oleh Anne Dattilo menciptakan algoritma untuk menyaring data yang dikumpulkan Kepler demi menemukan sinyal yang terlewati oleh metode tradional pencarian planet. Dalam jangka panjang, proses tersebut diharapkan dapat membantu para astronom untuk menemukan lebih banyak planet yang terlewati dan bersembunyi di dalam data Kepler. Makalah ilmiah yang melaporkan hasil penemuan telah dipublikasikan di The Astronomical Journal.

Pada tahun 2017, Austin Andrew Vanderburg dari Universitas Texas dan insinyur Google Christopher Shallue, pertama kali memanfaatkan AI untuk menemukan sebuah planet yang mengorbit bintang yang diamati Kepler dan telah diketahui memiliki tujuh planet. Tambahan penemuan membuat sistem dimaksud menjadi satu-satunya sistem dengan planet sebanyak tata surya kita.

Dattilo menjelaskan proyek ini membutuhkan algoritma baru, karena data yang diperoleh selama misi K2, secara signifikan berbeda dari yang dikumpulkan selama misi original Kepler.

“Data K2 lebih sulit untuk diolah karena teleskop antariksa bergerak sepanjang waktu,” tutur Vanderburg. Setelah mengalami kerusakan mekanis, para insinyur NASA menemukan solusi, sementara Kepler terus melakukan observasi dengan goyangan yang harus diperhitungkan oleh AI.

Misi Kepler dan K2 telah menemukan ribuan planet yang mengorbit bintang selain Matahari (eksoplanet), sementara kandidat planet dengan jumlah yang setara masih menunggu konfirmasi. Jadi, mengapa para astronom perlu menggunakan AI untuk menggali arsip Kepler lebih dalam?

“AI akan membantu kami untuk mencari kumpulan data secara seragam,” kata Vanderburg. “Bahkan jika setiap bintang memiliki planet seukuran Bumi, ketika kita melihat dengan Kepler, kita tidak akan menemukan mereka semua, mengingat data terlalu banyak, atau kadang-kadang planet tidak benar-benar sejajar. Jadi, kita harus memperbaiki yang terlewati. Kami tahu ada banyak planet di luar sana yang tidak terdeteksi karena alasan itu."

“Jika kita ingin tahu jumlah planet yang sebenarnya, selain yang sudah terkonfirmasi, kita juga harus tahu berapa banyak planet yang kita lewatkan. Di situlah AI berperan,” jelasnya.

Kedua planet yang ditemukan oleh tim “sangat tipikal dengan planet-planet yang ditemukan K2,” pungkasnya. “Mereka benar-benar dekat dengan bintang induk, panas dan memiliki periode orbit yang pendek. Ukuran mereka sedikit lebih besar daripada Bumi.”

Dua planet yang diungkap AI diberi kode K2-293b dan K2-294b. Mereka mengorbit bintang induk masing-masing di rasi Aquarius dan terletak 1.300 dan 1.230 tahun cahaya dari Bumi.

Begitu tim menggunakan algoritma untuk menemukan kedua planet ini, mereka menindaklanjutinya dengan mempelajari kedua bintang induk menggunakan teleskop berbasis darat untuk mengkonfirmasi eksistensi mereka. Observasi tindak lanjut dilakukan dengan teleskop berdiameter 1,5 meter di Observatorium Whipple milik Institut Smithsonian di Arizona dan Teleskop Gillett Observatorium Gemini di Hawaii.

Ditulis oleh: Staf dailygalaxy.com via University of Texas at Austin


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang