Langsung ke konten utama

Divisi Astrofisika NASA

divisi-astrofisika-nasa-informasi-astronomi
Kredit: NASA

Berada di bawah naungan Direktorat Misi Sains (SMD) NASA, tujuan sains yang ingin digapai oleh Divisi Astrofisika sungguh menakjubkan, karena berusaha mempelajari tentang alam semesta dan tempat kita di dalamnya. Mulai dari penelitian asal usul alam semesta, sejarah evolusi bintang dan galaksi, bagaimana sebuah sistem planet terbentuk, hingga seperti apa lingkungan kosmik ideal yang ramah terhadap kehidupan. Divisi Astrofisika NASA akan terus mencari jejak biologis di luar Bumi, untuk mengetahui bahwa kita tidak sendirian.

Tujuan NASA di bidang astrofisika adalah untuk “menemukan cara kerja alam semesta, mengeksplorasi bagaimana alam semesta dimulai dan berevolusi, dan untuk mencari kehidupan di planet-planet yang mengorbit bintang selain Matahari”.

Tiga pertanyaan utama astrofisika bersumber dari tujuan yang ingin dicapai oleh NASA ini.

1. Bagaimana cara kerja alam semesta?

Menyelidiki asal usul dan takdir pamungkas alam semesta kita, termasuk sifat lubang hitam, energi gelap, materi gelap, dan gravitasi.

2. Bagaimana kita bisa sampai disini?

Menjelajahi asal usul dan evolusi galaksi, bintang, dan planet yang membentuk alam semesta kita.

3. Apakah kita sendirian?

Menemukan dan mempelajari planet yang mengorbit bintang selain Matahari dan menjelajahi apakah mereka bisa menjadi tempat perlindungan bagi kehidupan.

Program Astrofisika NASA Saat Ini

Divisi Astrofisika NASA terdiri dari tiga program terfokus dan dua program lintas sektoral. Ketiga program terfokus menyediakan kerangka kerja intelektual untuk memajukan sains dan melakukan perencanaan strategis, di antaranya adalah fisika kosmos, asal usul alam semesta dan eksplorasi eksoplanet.

1. Fisika Kosmos

Upaya pencarian untuk memahami cara kerja alam semesta. Dimulai dengan studi tentang building block fundamental eksistensi kita, yakni materi, energi, ruang dan waktu, dan bagaimana bagaimana mereka berperilaku di bawah kondisi fisik ekstrem yang menjadi ciri alam semesta awal.

Program Fisika Kosmos (PCOS) menggabungkan kosmologi, astrofisika berenergi tinggi, dan proyek fisika fundamental untuk secara langsung menjawab pertanyaan sentral tentang sifat fenomena astrofisika kompleks seperti lubang hitam, bintang neutron, energi gelap dan gelombang gravitasi. Menggunakan armada misi berbasis antariksa yang beroperasi di seluruh spektrum elektromagnetik, tujuan utama PCOS adalah untuk mempelajari asal usul dan takdir pamungkas kosmos.

2. Asal Usul Kosmik

Untuk memahami tahap evolusi alam semesta, dari keadaan awalnya yang sangat sederhana setelah Big Bang ke alam semesta menakjubkan yang kita lihat saat ini, kita harus memahami bagaimana bintang, galaksi dan planet terbentuk dari waktu ke waktu.

Komposisi alam semesta didominasi oleh hidrogen dan helium. Kedua unsur ini menyusun 98% dari materi kasat mata di alam semesta, meskipun komposisi dunia kita dan segala yang dikandungnya --bahkan kehidupan itu sendiri-- tercipta oleh unsur yang lebih berat dari hidrogen dan helium, seperti karbon, nitrogen, oksigen, silikon, besi, dll.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh bintang-bintang generasi pertama untuk menabur benih di alam semesta kita dengan unsur-unsur berat yang kita temukan di Bumi saat ini? Kapan alam semesta menyediakan unsur-unsur berat yang memungkinkan pembentukan molekul prebiotik dan planet teresterial (berbatu) yang menjadi tempat bagi molekul untuk bergabung dan menciptakan kehidupan?

Pertanyaan besar Divisi Astrofisika NASA adalah “Bagaimana alam semesta tercipta dan berevolusi sehingga menghasilkan galaksi, bintang dan planet seperti yang kita lihat hari ini?”

3. Eksplorasi Eksoplanet

Program eksplorasi eksoplanet NASA memimpin umat manusia menempuh perjalanan untuk menuntaskan dua pertanyaan klasik yang belum terjawab. Dari mana kita berasal dan apakah kita sendirian?

Tujuan utama program adalah untuk menemukan dan mengkarakterisasi sistem planet dan planet mirip Bumi di sekitar bintang terdekat. Misi dirancang untuk menemukan planet layak huni dan bukti kehidupan di luar Bumi.

Tahap pertama eksplorasi harus mempersiapkan pemahaman tentang seberapa banyak dan apa tipe sistem planet yang disediakan oleh alam. Tahap pertama telah banyak dilakukan oleh jajaran teleskop berbasis darat di seluruh dunia yang mendorong batas kemampuan mereka untuk menembus turbulensi lapisan atmosfer Bumi guna mendeteksi planet-planet seukuran Bumi.

Sedangan teleskop berbasis antariksa, seperti Kepler, terus menatap ruang angkasa untuk menemukan planet-planet berukuran kecil mirip Bumi yang mengorbit bintang induk masing-masing. Misi antariksa masa depan oleh NASA maupun badan antariksa internasional lainnya dan observatorium darat yang lebih besar dan lebih sensitif akan memperluas sensus eksoplanet.

Pada saat yang sama, investigasi penting akan memberi tahu kita tentang lingkungan kosmik di sekitar bintang beserta eksoplanet yang mengorbitnya, seperti debu dan puing-puing debu cakram protoplanet yang menyulitkan observasi.

Tujuan utama program eksplorasi eksoplanet adalah untuk melihat apakah ada planet di luar tata surya yang menunjukkan jejak biologis (seperti yang kita kenal ataukah harus ditafsirkan terlebih dahulu). Bukti akan diperoleh terutama dalam bentuk studi spektroskopi lapisan atmosfer eksoplanet. Agar berpotensi menampung kehidupan, maka sebuah planet seharusnya memiliki air cair di permukaan.

Kita tidak berani berasumsi planet akan mirip dengan Bumi, tapi setidaknya terletak di lintasan orbit yang tidak terlalu dekat atau terlalu jauh dari bintang induk, sehingga memungkinkan keberadaan air cair dalam rentang waktu geologis, ditambah lapisan atmosfer yang mengandung keseimbangan gas ideal untuk menopang kehidupan.

Selain itu, atmosfer planet bisa saja diubah oleh organisme biologis yang dapat menjelaskan tingkat molekul gas yang luar biasa tinggi di atmosfernya. (Bukannya para ilmuwan menolak segala kemungkinan bentuk kehidupan selain dari yang kita kenal di Bumi, tetapi kita belum tahu seperti apa bentuk kehidupan lain yang mampu eksis atau bagaimana mencarinya).

Volume ruang angkasa yang akan dieksplorasi hanya terbatas di wilayah bintang-bintang tetangga terdekat. Dalam konteks ini, “jarak dekat” dalam skala astronomi dipahami sebagai bintang yang berjarak sekitar 20 parsec (60 tahun cahaya) dari Matahari kita. Jarak ini bisa kita jelajahi menggunakan teknologi dalam satu dekade berikutnya.


divisi-astrofisika-nasa-informasi-astronomi
Kredit: Youtube

Misi Astrofisika Saat Ini

Misi astrofisika saat ini yang terus digencarkan oleh NASA termasuk misi yang dilakukan oleh tiga Observatorium Besar. Rangkaian Observatorium Besar NASA yang masih beroperasi saat ini adalah Teleskop Antariksa Hubble, Observatorium Sinar-X Chandra dan Teleskop Antariksa Spitzer.

Selain itu, Teleskop Antariksa Sinar Gamma Fermi terus menjelajah kosmos pada ujung spektrum berenergi tinggi. Misi lain yang dianggap inovatif dan terus menghasilkan penemuan baru seperti Neil Gehrels Swift Observatory, NuSTAR, TESS, dan Mission of Opportunity NICER, turut melengkapi misi strategis astrofisika.

SOFIA, observatorium terbang astronomi inframerah juga sedang dalam tahap operasional. Keseluruhan misi bertanggung jawab atas peningkatan akumulasi sains tentang kosmos. Semua misi dimaksud telah mencapai tujuan sains utama yang ditentukan, namun tidak pernah berhenti memberikan hasil spektakuler dalam operasional misi yang diperluas.

Para peneliti yang dibiayai oleh NASA juga turut berpartisipasi dalam pengamatan, analisis data dan pengembangan instrumen untuk misi astrofisika bersama mitra internasional, termasuk ESMM XMM-Newton.

Misi Astrofisika dalam Waktu Dekat

Masih dalam tahap pengembangan, Teleskop Antariksa James Webb besutan NASA memiliki cakupan spektrum elektromagnetik yang lebih luas. Selain itu, ada juga detektor untuk misi Euclid ESA dan perangkat keras untuk XRISM X-Ray JAXA (X-Ray Imaging and Spectroscopy) yang menyediakan terobosan dalam studi pembentukan struktur alam semesta, aliran yang keluar dari inti galaksi dan materi gelap.

Menyelesaikan misi yang masih dalam tahap pengembangan tentunya mendukung misi yang telah beroperasi, sementara pendanaan program penelitian dan analisis mengkonsumsi sebagian besar sumber daya Divisi Astrofisika NASA.

Pada bulan Februari 2016, NASA secara resmi memulai rekomendasi decadal Astro2010, yakni Wide Field Infrared Survey Telescope (WFIRST) yang akan membantu para peneliti dalam mengungkap rahasia energi gelap dan materi gelap, serta menjelajahi evolusi kosmos. WFIRST juga akan menemukan dunia-dunia baru di luar tata surya kita dan memajukan upaya pencarian planet-planet layak huni yang ramah terhadap kehidupan.

Pada bulan Januari 2017, NASA memilih misi baru Small Explorer (SMEX) IXPE (Imaging X-ray Polarimetry Explorer) yang akan menggunakan polarisasi cahaya dari sumber astrofisika untuk memberikan wawasan tentang produksi sinar-X dari objek kosmik seperti bintang neutron, nebula angin pulsar dan lubang hitam supermasif.

Pada bulan Maret 2017, NASA memilih Explorer Mission of Opportunity GUSTO (Galactic/Extragalactic ULDB Spectroscopic Terahertz Observatory) untuk mengukur emisi dari medium antarbintang. GUSTO akan membantu para ilmuwan menentukan siklus hidup molekul gas antarbintang di galaksi Bima Sakti kita, menyaksikan pembentukan dan penghancuran awan kosmik pembentuk bintang, serta memahami dinamika dan aliran gas di sekitar pusat galaksi kita.

Misi Astrofisika Masa Depan

Sejak survei decadal 2001, cara pandang terhadap alam semesta telah berubah secara dramatis. Lebih dari 3.800 planet telah ditemukan mengorbit bintang-bintang jauh. Lubang hitam kini diketahui bersemayam di pusat sebagian besar galaksi, termasuk galaksi Bima Sakti.

Usia, ukuran dan bentuk alam semesta telah dipetakan berdasarkan radiasi purba (latar belakang mikro kosmik) yang ditinggalkan oleh Big Bang. Turut diungkap sebagian besar penyusun komposisi alam semesta (materi gelap dan energi gelap), termasuk akselerasi laju ekspansi alam semesta.

Pada masa yang akan datang, tujuan astrofisika ditentukan berdasarkan hasil survei New Worlds, New Horizons in Astronomy and Astrophysics Decadal 2010. Prioritas tujuan sains yang dipilih oleh komite survei meliputi: pencarian bintang, galaksi dan lubang hitam generasi pertama; pencarian planet layak huni terdekat; dan meningkatkan pemahaman tentang fisika fundamental alam semesta.

Saat ini, upaya survei Decadal 2020 telah dimulai.

Ditulis oleh: Staf science.nasa.gov


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang