Langsung ke konten utama

Sepasang Raksasa Gas Menyeruak dari Cakram Protoplanet PDS 70

cakram-protoplanet-pds-70-sepasang-planet-raksasa-gas-informasi-astronomi
Kredit: Hubble

Untuk tumbuh seukuran Jupiter atau lebih besar, sebuah planet raksasa gas harus menghirup sejumlah besar hidrogen dan molekul gas lain dari cakram protoplanet tempat ia dilahirkan. Para astronom telah mencari bukti proses ini dan observasi secara langsung lebih menantang karena planet sering menghilang tertutup kilau cahaya bintang induk.

Sekarang, satu tim astronom telah menggelar observasi berbasis darat terhadap dua planet yang sedang mengakresi material dari cakram protoplanet.

Tim telah melakukan pencitraan langsung terhadap dua eksoplanet yang secara gravitasi mengukir celah lebar di dalam cakram protoplanet yang mengelilingi sebuah bintang belia. Sementara lebih dari selusin eksoplanet yang telah dicitrakan secara langsung, penemuan ini adalah sistem multiplanet kedua yang pernah diabadikan. Sistem multiplanet pertama yang dicitrakan langsung adalah empat planet yang mengorbit bintang HR 8799. Namun tidak seperti HR 8799, planet-planet dalam sistem ini masih tumbuh melalui akresi material cakram.

“Inilah deteksi ambigu pertama dari sistem dua planet yang mengukir celah di dalam cakram,” ungkap Julien Girard dari Space Telescope Science Institute di Baltimore Maryland.

Bintang induk yang diberi kode PDS 70, terletak sekitar 370 tahun cahaya dari Bumi. Bintang muda berusia 6 juta tahun itu ukurannya sedikit lebih kecil dan kurang masif dibandingkan Matahari kita, dan masih terus mengakresi gas. PDS 70 dikelilingi oleh cakram gas dan debu yang memanjang sekitar 1,9-3,8 miliar mil dan memiliki sebuah celah besar.

cakram-protoplanet-pds-70-sepasang-planet-raksasa-gas-informasi-astronomi
Kredit: Hubble

Planet terdalam PDS 70 b yang terdeteksi pada tahun 2018, berada di dalam celah cakram sekitar 2 miliar mil dari bintang induk, mirip dengan orbit Uranus di tata surya kita. Tim memperkirakan massanya antara 4-17 kali lebih masif daripada Jupiter.

PDS 70 c, planet lain yang baru ditemukan, terletak di dekat bagian tepi terluar celah cakram sekitar 3,3 miliar mil dari bintang, mirip dengan jarak Neptunus-Matahari. Kurang masif dibandingkan planet b, massanya 1-10 kali lebih masif daripada Jupiter. Resonansi orbit kedua planet mendekati 2:1, berarti dalam waktu yang sama, planet terdalam mengitari bintang induk dua kali sedangkan planet terluar hanya satu kali.

Penemuan kedua planet ini dianggap penting karena menyediakan bukti kuat, mengarah ke formasi planet yang mampu menyapu material dari cakram protoplanet untuk menghasilkan celah.

“Menggunakan fasilitas canggih seperti ALMA, Hubble, atau teleskop optik adaptif berbasis darat, kami telah melihat cincin dan celah di seluruh cakram. Pertanyaan yang kerap mengikuti penemuan ini adalah apakah ada planet di sana? Jawabannya adalah ya,” jelas Girard.

Tim mendeteksi PDS 70 c menggunakan spektograf MUSE yang terpasang di Very Large Telescope (VLT) ESO (Observatorium Eropa Selatan). Teknik baru mereka bergantung pada kombinasi resolusi spasial dan spektral MUSE untuk “mengunci” cahaya yang dipancarkan oleh hidrogen sebagai pertanda akresi gas.

“Mode pengamatan terbaru ini sebenarnya dikembangkan untuk mempelajari galaksi dan gugus bintang pada resolusi spasial yang lebih tinggi. Tetapi juga ideal untuk mencitrakan eksoplanet secara langsung , meskipun bukan tujuan utama misi sains MUSE,” pungkas penulis utama makalah ilmiah Sebastian Haffert dari Observatorium Leiden.

“Kami sangat terkejut ketika menemukan planet kedua.”

Di masa depan, Teleskop Antariksa James Webb NASA mungkin dapat mempelajari sistem ini dan cakram protoplanet lainnya menggunakan teknik spektral serupa untuk mempersempit berbagai panjang gelombang cahaya dari hidrogen. Teknik ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengukur suhu dan massa jenis gas di dalam cakram, sekaligus meningkatkan pengetahuan kita tentang pertumbuhan planet-planet raksasa gas.

Sistem ini juga bisa menjadi target misi WFIRST, yang akan dipersenjatai dengan teknologi coronagraph untuk menghalangi cahaya bintang induk demi mengungkap cakram protoplanet dan planet-planet yang mengorbit.

Makalah ilmiah yang melaporkan hasil penemuan telah dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy edisi 03/06.

Ditulis oleh: Staf hubblesite.org


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang