Menggunakan teknik pencarian planet yang relatif
baru, para astonom telah
menemukan planet es terestial (berbatu). Penemuan ini sekaligus membuktikan teknik pelensaan gravitasi mikro sebagai metode paling mutakhir untuk menemukan planet-planet
jauh yang berpotensi layak huni.
Ilustrasi planet terestial yang baru saja ditemukan. |
“Penelitian penting yang sebagian operasionalnya didanai
oleh NASA ini, memberi kami kesempatan untuk mencari planet di lingkungan layak
huni bintang,” kata Zlatan Tsvetanov, seorang ilmuwan program Terrestrial Planet Finder di Markas
Besar NASA, Washington. “Hasil studi menunjukkan kapabilitas pelensaan
mikro gravitasi, satu-satunya teknik berbasis darat dengan
sensitivitas untuk mendeteksi eksoplanet seukuran Bumi dengan jarak orbit mirip Bumi, sekaligus memberikan petunjuk penting terkait eksistensi planet yang
tersebar di antariksa.”
Terletak sekitar 20.000 tahun cahaya di rasi Sagitarius, tepatnya di dekat pusat galaksi Bima Sakti, masa planet
OGLE-2005-BLG-390Lb diperkirakan sekitar 5,5 kali Bumi. Mengorbit
sebuah bintang induk dengan seperlima massa Matahari dari jarak sekitar tiga kali jarak orbit Bumi mengitari Matahari, planet yang baru ditemukan itu sangat dingin, suhunya mencapai minus 364 derajat
Fahrenheit.
Meskipun para astronom meragukan planet sedingin itu dapat menopang kehidupan, tim meyakini teknik pelensaan
mikro gravitasi memiliki kesempatan bagus untuk mengamati planet terestial lainnya di “zona
layak huni”.
Proyek teleskop Optical Gravitational Lensing Experiment (OGLE) pertama kali
mengamati sinyal pelensaan mikro pada tanggal 11 Juli 2005. OGLE memindai
sebagian besar wilayah pusat Bima Sakti setiap malam dan telah menemukan lebih
dari 500 sinyal pelensaan mikro per tahun. Tetapi untuk mendeteksi planet bermassa rendah, para astronom harus lebih sering memantau langit.
Ketika mendeteksi pelensaan mikro 11
Juli, sistem peringatan dini OGLE segera mengirim sinyal kepada para astronom
di seluruh dunia, namun saat itu tidak ada yang menyadari bahwa sebuah planet akan terdeteksi.
“Satu-satunya cara untuk memaksimalkan pengamatan
pelensaan mikro adalah berbagi data dengan sesama astronom,” ungkap salah satu pioner OGLE dan rekan penulis makalah ilmiah Bohdan
Paczynski dari Universitas Princeton.
Teleskop Probing
Lensing Anomaly NETwork (PLANET) dan RoboNet
melacak pelensaan mikro 11 Juli hingga selesai dan menyediakan data yang
mengkonfirmasi planet tak dikenal. Teleskop harus
lebih sering digunakan untuk mendeteksi sinyal pelensaan mikro
sebuah planet.
“Salah satu faktor kunci penemuan ini adalah observasi intens kolaborasi PLANET,” jelas penulis utama makalah ilmiah Jean-Philippe
Beaulieu dari PLANET dan Institut d'Astrophysique de Paris,
Prancis. “Sifat global kolaborasi PLANET menjadi penentu untuk memperoleh data
sinyal planet selama 24 jam,” katanya.
Ironisnya, ketika menyiapkan laporan terakhir, teleskop
Microlensing Observations in Astrophysics terbaru (MOA-2), justru melakukan pengukuran tambahan terhadap sinyal pelensaan
mikro. Bidang pandang MOA-2 lebih luas daripada OGLE, sehingga memudahkannya untuk berulang kali mengamati 100 juta bintang setiap malam. MOA-2 adalah salah satu teknologi
mutakhir dan sangat diharapkan oleh para ilmuwan untuk menunjang
teknik pelensaan mikro gravitasi dan meningkatkan jumlah penemuan planet
mirip Bumi.
“Penemuan baru ini menyediakan petunjuk kuat
bahwa planet bermassa rendah mungkin jauh lebih umum daripada Jupiter,” ujar rekan penulis makalah ilmiah David
Bennett dari PLANET dan Universitas Notre Dame di South
Bend Indiana. Sampai saat ini, sebagian besar eksoplanet yang ditemukan
cenderung raksasa gas seperti Jupiter. “Pelensaan mikro seharusnya sudah
menemukan lusinan Jupiter jika memang jumlah mereka setara dengan OGLE-2005-BLG-390Lb.
Inilah deskripsi utama keampuhan metode pelensaan mikro gravitasi untuk menemukan planet bermassa rendah.”
Sinyal planet bermassa rendah menghasilkan
sinyal yang terlalu lemah untuk dideteksi dengan metode lain. Dengan pelensaan
mikro, sinyal dari planet bermassa rendah lebih kuat meskipun jarang ditemukan. Oleh karena itu, tingkat penemuan planet bermassa
rendah seharusnya meningkat drastis jika ada lebih banyak sinyal pelensaan mikro.
Planet Hoth Star Wars
Planet OGLE-2005-BLG-390 mirip dengan Hoth, sebuah dunia tundra beku fiksi
di film Star Wars. Dianggap sebagai Jupiter ‘gagal’, planet Bumi
super yang dingin ini harus puas dengan hanya lima kali massa Bumi. Dengan suhu
minus 220 derajat Celcius, planet ini dinobatkan sebagai planet terdingin dan
sangat tidak ramah terhadap kehidupan.
Meskipun berada tidak terlalu jauh dari bintang induk dan mengorbit dari
jarak yang setara dengan orbit Mars dan Jupiter di tata surya kita, bintang
induknya adalah bintang dingin bermassa rendah yang disebut katai merah.
Bertolak belakang dengan Hoth, OGLE-2005-BLG-390 justru didominasi oleh gas
beku padat sehingga permukaannya tertutup salju.
Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Susan
Watanabe
Sumber: Discovery of Small, Rocky, Extrasolar World Suggests Such Planets May Be Common dan What is the Gravitational Microlensing Method?
Komentar
Posting Komentar