Langsung ke konten utama

Eksoplanet Transit Pertama dan Supernova Jauh TESS

eksoplanet-transit-pertama-dan-supernova-jauh-tess-informasi-astronomi
Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) NASA telah menemukan tiga eksoplanet yang dikonfirmasi dari arsip data keempat kameranya.
Kredit: NASA/MIT/TESS

Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) besutan NASA telah menemukan tiga eksoplanet, atau planet di luar tata surya, selama tiga bulan pertama masa observasi. Keempat kamera sensitif TESS juga menangkap 100 fenomena kosmik singkat, sebagian besar merupakan letusan bintang, di satu wilayah langit. Termasuk enam ledakan supernova yang turut direkam TESS, bahkan sebelum ditemukan oleh jajaran teleskop berbasis darat.

Penemuan terbaru sekaligus mengindikasikan pencapaian prestasi TESS yang sesuai ekspektasi, yaitu menemukan planet yang mengorbit bintang induk terang. Menggunakan jajaran teleskop berbasis darat, para astronom sekarang menggelar observasi tindak lanjut terhadap lebih dari 280 kandidat eksoplanet yang ditemukan TESS.

Melihat ke sektor langit pertama yang diamati TESS dan pelajari dunia-dunia baru yang ditemukan TESS.
Kredit: NASA/MIT/TESS

Planet pertama yang berhasil dikonfirmasi adalah sebuah dunia sekitar dua kali ukuran Bumi yang diberi nama Pi Mensae c. Setiap enam hari, planet pertama yang ditemuakn TESS mengorbit bintang Pi Mensae, yang terletak sekitar 60 tahun cahaya dari Bumi dan bisa diamati hanya dengan mata telanjang di rasi selatan Mensa. Bintang induk Pi Mensae mirip dengan Matahari dalam hal massa dan ukuran.

eksoplanet-transit-pertama-dan-supernova-jauh-tess-informasi-astronomi
Ilustrasi eksoplanet Pi Mensae c

“Pi Mensae sudah diketahui menjadi induk Pi Mensae b yang memiliki massa sekitar 10 kali Jupiter dengan lintasan orbit panjang dan sangat eksentrik,” ungkap Chelsea Huang, kolega Juan Carlos Torres dari Massachusetts Institute of Technology’s (MIT) Kavli Institute for Astrophysics and Space Research (MKI). “Sebaliknya, planet baru yang ditemukan TESS, Pi Mensae c, memiliki orbit melingkar yang dekat dengan bintang induk. Perbedaan orbital antara keduanya menyediakan bukti kuat untuk memahami proses yang membentuk sistem Pi Mensae.”

eksoplanet-transit-pertama-dan-supernova-jauh-tess-informasi-astronomi
Ilustrasi ekosplanet LHS 3844b

Planet baru kedua TESS adalah LHS 3844b, sebuah planet berbatu sekitar 1,3 kali ukuran Bumi. Terletak sekitar 49 tahun cahaya di rasi Indus, LHS 3844b adalah eksoplanet metode transit terdekat yang pernah ditemukan hingga saat ini. LHS 3844b mengorbit bintang induk katai merah (tipe M), hanya seperlima ukuran Matahari kita. LHS 3844b menyelesaikan satu kali orbit mengitari bintang induk setiap 11 jam. Mengingat berada sangat dekat dengan bintang induk, permukaannya yang berbatu di sisi siang hari meleleh dan membentuk genangan lava cair.

Planet baru ketiga TESS mengorbit HD 21749, bintang tipe K dengan massa sekitar 80% Matahari dan terletak 53 tahun cahaya di rasi selatan Reticulum. HD 21749b berukuran sekitar tiga kali ukuran dan 23 kali massa Bumi. Mengorbit bintang induk setiap 36 hari, suhu permukaan planet mencapai 150 derajat Celsius. “Meskipun masa jenis planet ketiga TESS yang telah dikonfirmasi lebih padat daripada Neptunus, tetapi bukan planet berbatu. Barangkali adalah planet air atau memiliki jenis atmosfer substansial lainnya,” jelas penulis utama makalah ilmiah Diana Dragomir dari MKI.

HD 21749b adalah planet metode transit dengan periode transit terpanjang dalam kisaran jarak 100 tahun cahaya dari tata surya, sedangkan suhu permukaannya paling dingin di antara eksoplanet lain yang mengorbit bintang dengan skala kecerahan melebihi magnitudo 10, atau sekitar 25 kali lebih redup dari batas penglihatan mata telanjang manusia.

Yang menjadikan sistem HD 21749 menarik perhatian para astronom adalah kemungkinan deteksi sinyal kandidat planet kedua seukuran Bumi yang mengorbit setiap delapan hari sekali. Jika dikonfirmasi, kandidat planet kedua sistem HD 21749 akan menjadi planet terkecil yang ditemukan TESS hingga saat ini.

Keempat kamera TESS, yang dirancang dan dibuat oleh MKI bekerja sama dengan Laboratorium Lincoln MIT di Lexington Massachusetts, memantau satu petak langit seluas 24x96 derajat selama hampir satu bulan. Tujuan utama TESS adalah untuk mencari transit eskoplanet, yang terjadi ketika sebuah planet melintas di depan bintang induk dan menurunkan skala kecerahan cahaya reguler bintang induk.

Selama dua tahun durasi misi utama yang direncanakan, TESS akan mengamati hampir seluruh langit untuk menyusunkatalog eksoplanet yang mengorbit bintang-bintang terdekat. Jarak yang tak terlalu jauh dari Bumi memungkinkan karakterisasi terperinci eksoplanet melalui observasi tindak lanjut oleh teleskop berbasis antariksa dan darat.

Tetapi hanya dalam waktu satu bulan, TESS juga telah menemukan banyak fenomena kosmik tambahan, termasuk komet, asteroid, suar bintang, gerhana biner, bintang katai putih dan supernova, yang menambah panjang daftar harta karun astronomi.

TESS merekam 100 fenomena kosmik singkat, sebagian besar adalah ledakan dahsyat dari berbagai tipe, hanya di sektor langit observasi pertamanya. Enam fenomena yang disorot dalam video ini adalah supernova, atau ledakan bintang yang terjadi di galaksi jauh.
Kredit: NASA/MIT/TESS

Hanya dari sektor langit observasi pertama, yang dipantau antara tanggal 25 Juli hingga 22 Agustus 2018, TESS telah mengabadikan lusinan peristiwa kosmik yang berlangsung singkat atau sementara, termasuk gambar enam supernova di galaksi jauh yang kemudian ditindaklanjuti oleh jajaran teleskop berbasis darat.

“Beberapa studi sains paling menarik muncul pada awal supernova, yang sangat sulit diamati sebelum TESS beroperasi,” kata peneliti misi TESS Michael Fausnaugh dari MKI. “Bahkan, Teleskop Antariksa Kepler NASA hanya bisa menangkap enam fenomena serupa saat setelah meledak, selama empat tahun pertama masa operasional. Sementara TESS mampu menemukan jumlah yang setara hanya di bulan pertama masa operasional.”

Observasi awal ledakan bintang memegang kunci untuk memahami kelas supernova yang kerap dimanfaatkan sebagai tolak ukur studi kosmologis. Supernova tipe Ia terjadi melalui dua cara. Penggabungan dua bintang katai putih, atau pada sistem biner (ganda) ketika bintang katai putih menghisap gas dari bintang normal pengiring dan secara bertahap mengakumulasi massa hingga menjadi tidak stabil dan meledak. Para astronom belum bisa memastikan skenario supernova yang lebih umum terjadi, tetapi TESS mampu mendeteksi anomali cahaya awal ledakan yang disebabkan oleh kehadiran bintang pengiring.

Seluruh data sains dari dua sektor observasi pertama TESS telah dirilis untuk komunitas ilmiah melalui Mikulski Archive for Space Telescopes (MAST) di Space Telescope Science Institute di Baltimore.

“Lebih dari satu juta gambar yang dikumpulkan TESS, diunduh dari MAST hanya dalam beberapa hari pertama,” tambah peneliti misi TESS Thomas Barclay dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA di Greenbelt Maryland dan Universitas Maryland di Baltimore County. “Reaksi komunitas astronomi terhadap rilis data awal menunjukkan kesiapan mereka untuk segera memajukan sains.”

Peneliti Utama TESS George Ricker dari MKI, mengapresiasi kinerja luar biasa kamera dan pesawat antariksa TESS. “Kami baru separuh jalan dari tahun pertama operasional TESS, namun pintu air data telah mulai terbuka,” katanya. “Setelah rangkaian utuh data observasi terhadap lebih dari 300 juta bintang dan galaksi terkumpul selama durasi dua tahun misi utama dan diteliti oleh para astronom di seluruh dunia, TESS mungkin telah menemukan 10.000 planet, ratusan supernova, ledakan dahsyat kosmik lainnya dan fenomena transien ekstragalaktik.”

Ditulis oleh: Francis Reddy, Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, exoplanets.nasa.gov


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang