Langsung ke konten utama

Kebangkitan Galaksi Akibat Melemahnya Aktivitas Lubang Hitam

kebangkitan-galaksi-akibat-melemahnya-aktivitas-lubang-hitam-informasi-astronomi
Kredit gambar: Sinar-X: NASA/CXC/SAO/G.Schellenberger dkk; Optik: SDSS

Satu tim astronom telah mengkonfirmasi sampel pertama gugus galaksi dengan sejumlah besar bintang yang dilahirkan di inti gugus. Menggunakan data dari Teleskop Antariksa Hubble dan Observasi Sinar-X Chandra NASA dan Observatorium Radio Karl Jansky Very Large Array (VLA) National Science Foundation (NSF), tim telah mengumpulkan rincian baru tentang bagaimana lubang hitam paling masif di alam semesta memengaruhi galaksi induknya.

Gugus galaksi adalah struktur terbesar di alam semesta yang terdiri dari ratusan hingga ribuan galaksi yang terikat oleh gaya gravitasi dan tertatanam di dalam molekul gas panas dan materi gelap tak kasat mata. Sementara lubang hitam supermasif terbesar yang pernah ditemukan, diketahui bersemayam di pusat gugus galaksi.

Selama beberapa dekade, para astronom telah mencari gugus galaksi yang mengandung banyak wilayah pabrik penghasil bintang di galaksi pusat gugus. Dan tim telah menemukan lubang hitam raksasa powerful, yang memompa energi melalui partikel jet berenergi tinggi dan menyebabkan gas terlalu panas untuk memproduksi banyak bintang.

Saat ini, tim telah mengantongi bukti kuat terkait laju produksi bintang yang begitu tinggi di sebuah gugus galaksi, yang kemungkinan terkait erat dengan melemahnya aktivitas lubang hitam di pusat gugus. Partikel-partikel jet lubang hitam tampaknya memicu produksi bintang-bintang baru di gugus galaksi yang dipelajari oleh para ilmuwan.

“Fenomena semacam ini telah lama dicari oleh para astronom,” ungkap penanggung jawab studi Michael McDonald dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). “Dalam beberapa kasus, gugus galaksi ini menunjukkan output energik lubang hitam yang sebenarnya dapat meningkatkan pendinginan gas, sekaligus mengarah ke konsekuensi dramatis.”

Lubang hitam berada di pusat gugus galaksi yang disebut Gugus Phoenix, terletak sekitar 5,8 miliar tahun cahaya dari Bumi di rasi Phoenix. Sebuah galaksi besar diketahui menampung lubang hitam yang dikelilingi gas panas dengan suhu jutaan derajat. Massa molekul gas setara dengan triliunan Matahari dan beberapa kali lebih masif daripada massa gabungan seluruh galaksi di dalam gugus.

Gas panas kehilangan energi setelah memancarkan emisi sinar-X dan mendingin untuk memproduksi sejumlah besar bintang. Meskipun di semua gugus galaksi yang pernah diamati, semburan energi yang bersumber dari lubang hitam, mencegah sebagian besar gas mendingin sekaligus mencegah kelahiran massal bintang.

“Seperti menyalakan AC di ruang tamu pada siang hari terik, tetapi kita juga menyalakan api unggun. Ruang tamu tidak akan mendingin jika api tidak dimatikan,” jelas rekan penulis makalah ilmiah Brian McNamara dari Universitas Waterloo di Kanada. “Demikian pula jika lubang hitam penyebab gas memanas dipadamkan, maka gas akan mendingin,”

Bukti laju cepat produksi bintang di Gugus Phoenix sebelumnya telah dilaporkan pada tahun 2012 oleh satu tim ilmuwan yang juga dipimpin oleh McDonald. Tetapi diperlukan observasi tindak lanjut untuk mempelajari peran lubang hitam terkait produksi bintang di galaksi pusat gugus, dan perubahannya di masa yang akan datang.

Menggabungkan observasi panjang gelombang sinar-X (Chandra), optik (Hubble) dan radio (VLA), tim peneliti memperoleh peningkatan kualitas data hingga 10 kali lipat dibandingkan observasi sebelumnya. Data Chandra mengungkap proses pendinginan gas panas hampir pada tingkat yang diprediksi, karena terhentinya suplai energi dari lubang hitam. Data Hubble menunjukkan gas dingin dengan massa sekitar 10 miliar massa Matahari, terletak di sepanjang filamen yang mengarah ke lubang hitam dan bintang-bintang muda terbentuk dari gas dingin dengan laju sekitar 500 massa Matahari per tahun. Sebagai perbandingan, galaksi Bima Sakti hanya membentuk bintang sekitar satu massa Matahari setiap tahun.

Sedangkan data radio VLA mengungkap partikel-partikel jet yang meledak dari lubang hitam pusat. Partikel jet meningkatkan jumlah gelembung dalam gas panas yang terdeteksi dalam data Chandra. Baik partikel jet dan gelembung adalah bukti pertumbuhan cepat lubang hitam di masa lalu. Di awal pertumbuhannya, lubang hitam mungkin berukuran lebih kecil dan tak terlalu memengaruhi galaksi induk.

“Di masa lalu, ledakan yang dihasilkan oleh lubang hitam berukuran kecil tidak terlalu memengaruhi lingkungan kosmik di sekitarnya, sehingga memungkinkan gas panas untuk mendingin,” tambah rekan penulis makalah ilmiah Matthew Bayliss dari MIT yang sebelumnya juga terlibat penelitian. “Tapi karena lubang hitam tumbuh semakin besar dan kuat, pengaruhnya semakin meningkat."

Pendinginan dapat berlanjut ketika gas dihempaskan dari pusat gugus oleh ledakan lubang hitam. Pada jarak yang lebih jauh dari pengaruh pemanasan lubang hitam, gas mendingin lebih cepat dibandingkan bila jatuh kembali ke pusat gugus. Skenario ini menjelaskan observasi gas dingin yang berada di sekitar batas lengkungan lubang hitam, berdasarkan perbandingan data Chandra dan Hubble.

Pada akhirnya, ledakan menghasilkan cukup turbulensi, gelombang suara dan gelombang kejut (mirip ledakan sonik yang dihasilkan pesawat supersonik) untuk menyediakan sumber panas dan mencegah pendinginan lebih lanjut. Fenomena ini akan berlanjut sampai ledakan berhenti dan akumulasi gas dingin dapat dimulai kembali. Siklus kemudian berulang.

“Kami menyimpulkan lubang hitam telah membantu produksi bintang-bintang baru untuk sementara, tetapi ketika pengaruhnya kembali menguat, ia akan serupa dengan lubang hitam di gugus galaksi lain yang menghambat banyak kelahiran bintang,” pungkas rekan penulis makalah ilmiah Mark Voit dari Universitas Negeri Michigan.

Keterbatasan sampel menunjukkan fakta lubang hitam supermasif dan gugus galaksi yang menampung, melewati fase laju tinggi pembentukan bintang dengan relatif cepat.

Makalah ilmiah yang yang melaporkan hasil studi telah dipublikasikan di The Astrophysical Journal dan tersedia secara online.

Ditulis oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Lee Mohon


#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang