Langsung ke konten utama

Menerapkan Pola Pikir Ekstraterestrial untuk Menemukan Peradaban Asing

Untuk menemukan peradaban ekstraterestrial maju, kita mungkin harus mulai berpikir seperti mereka. Yang aneh semestinya dianggap normal.

menerapkan-pola-pikir-ekstraterestrial-untuk-menemukan-peradaban-asing-informasi-astronomi
Sinyal seperti apa yang akan dikirim oleh makhluk ekstraterestrial kepada kita? Bias manusiawi justru membatasi apa yang bisa kita bayangkan.
Kredit: NASA

Ada kesalahan fatal dalam upaya pencarian kehidupan asing di luar Bumi. Kesalahan fatal terletak pada diri kita sendiri yang mencoba menemukan mereka.

Itulah permasalahan yang harus kita hadapi sebagai suatu spesies istimewa, dan para ilmuwan yang berusaha mencari alien, tentu saja mereka “lebih” istimewa. Asumsi mereka yang cenderung manusiawi justru menghalangi keberhasilan dalam mendengarkan kosmos. Proyek Breakthrough Listen, sebuah inisiatif senilai U.S. $ 100 juta untuk mencari sinyal peradaban maju dari dunia lain, sebagai bagian dari Upaya Pencarian Ekstraterestrial Cerdas (SETI), meminta para antropolog untuk menanggalkan bias tersebut.

“Semacam lelucon di Breakthrough Listen,” kata Claire Webb, seorang mahasiswa antropologi dan sejarah sains di Massachusetts Institute of Technology, saat pertemuan rutin tahunan ke-235 American Astronomical Society (AAS) di Honolulu yang digelar pada tanggal 8 Januari 2020. “Mereka memberi tahu saya seperti ini: kami mempelajari alien, dan Anda mempelajari kami.”

Sejak tahun 2017, Webb telah menjalin kerja sama dengan Breakthrough Listen untuk meneliti pola pikir para peneliti SETI tentang alien. Webb mungkin tidak sengaja menempatkan asumsi antroposentris ke dalam studi mereka.

Kadang-kadang Webb menggambarkan upaya yang dilakukannya sebagai “membuat yang aneh menjadi familiar.”

Misalnya, hidup Anda mungkin tampak biasa-biasa saja, mungkin Anda duduk menghadap meja dan bekerja menggunakan komputer, sampai dipelajari melalui lensa antropologis yang menunjukkan bahwa itu bukan keadaan universal. Pada konferensi tersebut, Webb mempresentasikan sebuah poster yang menunjukkan bagaimana para ilmuwan Breakthrough Listen memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menyaring rangkaian data masif dan mencoba mengungkap indikator atau potensi teknologi atau peralatan yang digunakan oleh organisme asing.

“Para peneliti yang menggunakan AI cenderung menolak produk mesin yang mereka buat sendiri,” kata Webb kepada Live Science. “Mereka menghubungkan banyak agensi dengan mesin-mesin itu. Saya menemukan hal itu agak bermasalah.”

Secanggih apapun, AI tetap diarahkan oleh manusia untuk menunjukkan jenis sinyal yang menurut mereka mungkin dihasilkan oleh peradaban maju. Dengan demikian, mereka mempredisposisi algoritma terhadap bias tertentu. Bisa sangat sulit mengenali pemikiran seperti itu dan menyelesaikannya, kata Webb.

Sebagian besar penelitian SETI mengasumsikan tingkat kemampuan yang sebanding dengan peradaban kita, atau gagasan makhluk ekstraterestrial akan memahami alam semesta dengan cara yang sama, bahkan dapat menjalin komunikasi tentang hal itu dengan peradaban lain. Sebagian besar penelitian SETI mengandaikan jenis kemampuan teknologi yang dapat diperbandingkan, seperti ras alien yang menyiarkan pesan menggunakan teleskop radio sebagaimana yang telah kita bangun, dan kita dapat menjalin komunikasi dengan mereka menggunakan bahasa universal sains dan matematika.

Tetapi seberapa universal bahasa sains dan evolusi teknologi kita? Apakah para ilmuwan ekstraterestrial juga berkumpul di gedung-gedung besar dan mempresentasikan karya mereka satu sama lain melalui ceramah, slide dan poster? Dan apa kaitannya cara-cara yang umum dilakukan manusia itu dengan jenis pengetahuan ilmiah yang dihasilkan para peneliti?

Rasanya hampir seperti mencoba untuk mengambil perspektif makhluk di planet lain, yang mungkin bertanya-tanya tentang umat manusia dan cara-cara aneh kita di zaman modern. “Jika alien menatap kita, apa yang akan mereka lihat?” Webb bertanya.

Asumsi dan kecemasan para ilmuwan SETI dapat menyelinap masuk dengan cara lain. Karena jarak yang sangat jauh selalu menjadi kendala pengiriman sinyal melintasi ruang angkasa, banyak ilmuwan SETI yang membayangkan menerima pesan dari peradaban maju yang lebih tua. Seperti yang ditulis oleh astronom dan ilmuwan terkemuka Carl Sagan dalam buku dan serial televisi tahun 1980-an berjudul “Cosmos,” peradaban asing maju telah bertahan hidup melalui “masa pubertas teknologi” dan selamat dari ancaman proliferasi nuklir atau kehancuran iklim apokaliptik.

Tetapi, pernyataan-pernyataan itu didasarkan pada kecemasan spesifik pada zaman kita, yaitu perang nuklir dan perubahan iklim, dan kita tidak bisa secara otomatis mengasumsikan sejarah spesies lain akan sama dengan kita, kata Webb.

Jill Tarter, seorang ilmuwan veteran SETI telah menyampaikan pendapatnya kepada Webb, bahwa dalam beberapa hal kita berupaya mencari versi yang lebih baik dari diri kita sendiri, kemudian berspekulasi pesan dari langit akan mencakup cetak biru yang dapat menyediakan energi murah dan membantu mengurangi kemiskinan.

Cita-cita kemajuan tertanam dalam narasi semacam itu, kata Webb, pertama adalah kemajuan ilmiah dan teknologi, tetapi juga asumsi implisit dari kemajuan moral. “Gagasannya, kemajuan teknologi harus seiring dengan peningkatan rasa etika dan moral,” katanya. ”Dan saya rasa gagasan seperti itu bisa diperdebatkan.”

Upaya pencarian organisme asing yang kita lakukan bahkan mengindikasikan “kerinduan konektivitas, cerminan kesepian postmodern dan isolasi di alam semesta,” katanya.

Webb bercanda para peneliti SETI tidak selalu memahami inti pengecekan dari segi antropologis dan filosofisnya. Tetapi, mereka selalu terbuka untuk dikonfrontasi dengan gagasan-gagasan lain para peneliti SETI, dan mereka sebenarnya mengetahui bahwa mereka tidak selalu melihat gambaran secara utuh.

“Satu hal yang Jill [Tarter] katakan berkali-kali adalah, kita berhak untuk menjadi lebih pintar,” jelas Webb. “Sekarang kita selalu melakukan apa yang kita pikir masuk akal, tetapi suatu hari nanti kita mungkin akan melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda.”

Pada akhirnya, tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk membuat para peneliti SETI mulai “memperhatikan perilaku manusia yang dapat mendorong SETI untuk melakukan jenis pencarian baru,” pungkas Webb. “Pola pikir baru berpotensi menjadi alat yang sangat kuat untuk mengolah cara-cara baru demi sains.”

Mungkin saja peradaban maju di planet-planet lain mengirim pesan ke kosmos menggunakan gelombang gravitasi, neutrino, atau bahkan beberapa aspek realitas lain yang belum kita ketahui.

Ditulis oleh: Adam Mann, www.space.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang