Dua
Observatorium Besar NASA, Teleskop Antariksa Hubble dan Spitzer bersatu untuk “menimbang”
bobot bintang di beberapa galaksi jauh. Salah satu di antara mereka adalah galaksi
terjauh yang pernah diamati, justru terlihat telah dewasa dan masif di alam
semesta muda.
Penemuan
ini sungguh mengejutkan para astronom. Galaksi generasi pertama di sejarah awal
alam semesta dianggap sebagai ikatan bintang berukuran relatif kecil yang secara
bertahap bergabung menjadi satu untuk membangun galaksi-galaksi raksasa seperti
Bima Sakti kita.
“Sebuah
galaksi yang diberi kode HUDF-JD2, diperkirakan telah menyatu dengan sangat
cepat, hanya dalam kurun waktu beberapa ratus juta tahun setelah big bang. Galaksi
ini mampu menghasilkan bintang dengan massa delapan kali lipat lebih masif
daripada bintang yang ditemukan di Bima Sakti hari ini, tetapi, tiba-tiba
berhenti memproduksi bintang-bintang baru,” ungkap Dr. Bahram Mobasher dari Space Telescope Science Institute
(STScI) di Baltimore dan Badan Antariksa Eropa (ESA) di Paris.
HUDF-JD2
ditemukan di antara sekitar 10.000 galaksi lain di sepetak kecil langit Hubble Ultra Deep Field (HUDF). HUDF-JD2
diyakini sebagai galaksi terjauh yang pernah ditemukan, terbentuk ketika alam
semesta baru berusia 800 juta tahun atau sekitar 5% usia alam semesta saat ini.
Para
astronom menemukan HUDF-JD2 melalui analisis gambar inframerah Hubble. Mereka
mengharapkan HUDF-JD2 sebagai galaksi muda berukuran kecil, seperti
galaksi-galaksi lain yang ditemukan pada jarak yang sama. Sebaliknya, mereka justru
menemukan bukti bahwa galaksi tersebut sudah sangat dewasa dan jauh lebih
masif. Bintang-bintang di dalamnya tampaknya sudah terbentuk sejak dulu kala.
Citra
cahaya kasat mata Hubble Ultra Deep-Field (HUDF) adalah gambar terjauh alam
semesta yang pernah ditangkap, namun HUDF-JD2 tidak ditemukan di sana. Berarti sebagian besar panjang gelombang cahaya kasat mata dari galaksi
yang merambat sejauh miliaran tahun cahaya, telah diserap oleh molekul gas hidrogen.
HUDF-JD2 justru terdeteksi dalam kamera inframerah-dekat dan multi-object spectrometer Hubble. Selain
itu, HUDF-JD2 juga berhasil dideteksi oleh kamera inframerah Very Large Telescope milik European Southern Observatory. Pada panjang
gelombang inframerah yang lebih panjang daripada cahaya kasat mata, HUDF-JD2 sangat
redup dan merah.
Kejutan
besar terletak pada peningkatan skala kecerahan HUDF-JD2 jika diamati dalam
panjang gelombang inframerah Spitzer. Spitzer didesain sangat sensitif terhadap
cahaya bintang yang lebih tua dan lebih merah, yang seharusnya membentuk
sebagian besar massa galaksi. Tingginya skala kecerahan inframerah menandakan
galaksi yang sangat masif. “Bahkan di alam semesta modern, HUDF-JD2 tergolong
sebagai galaksi raksasa,” ujar Dr. Mark Dickinson dari National Optical Astronomy Observatory di Tucson, Arizona. “Pada
saat alam semesta baru berusia 800 juta tahun, HUDF-JD2 benar-benar raksasa.”
Observasi
Spitzer juga dilaporkan secara independen oleh Dr. Laurence Eyles dari
Universitas Exeter di Inggris dan Dr. Haojing Yan dari Spitzer Science Center di Pasadena California. Mereka memaparkan
bukti bintang-bintang dewasa di galaksi-galaksi tipikal yang kurang
masif pada jarak yang sama, ketika usia alam semesta belum mencapai satu miliar
tahun.
Observasi
terbaru yang dilaporkan oleh Mobasher memperluas gagasan tentang “galaksi-galaksi
bayi” yang secara mengejutkan telah dewasa, melalui penemuan objek yang mungkin
10 kali lebih masif, bahkan membentuk bintang-bintangnya lebih awal dalam
sejarah alam semesta.
Mobasher
bersama tim memperkirakan jarak galaksi dengan menggabungkan informasi yang disediakan
oleh Hubble, Spitzer dan Very Large
Telescope. Kecerahan relatif galaksi pada panjang gelombang yang berbeda
dipengaruhi oleh ekspansi alam semesta, memungkinkan para astronom untuk
memperkirakan jaraknya. Tim sekaligus memperoleh gambaran tentang susunan
galaksi dalam hal massa dan usia bintang-bintangnya.
Sementara
para astronom meyakini sebagian besar galaksi dibangun sedikit demi sedikit melalui
penyatuan galaksi-galaksi kecil, penemuan baru ini menunjukkan beberapa galaksi
setidaknya terbentuk lebih cepat sejak awal. Untuk galaksi yang berukuran besar,
tentunya akan memicu fenomena kelahiran bintang yang sangat eksplosif.
Rekor
HUDF-JD2 sebagai galaksi terjauh, telah dipecahkan oleh GN-z11. Pelajari lebih
lanjut di artikel: GN-z11, Galaksi Terjauh di Alam Semesta.
Ditulis
oleh: Staf www.nasa.gov
Komentar
Posting Komentar