NASA
telah menangkap citra inframerah resolusi tinggi dari pusat galaksi Bima Sakti
kita. Membentang lebih dari 600 tahun cahaya, panorama inframerah ini
mengungkap pusaran gas dan debu secara mendetail, yang membuka pintu penelitian
masa depan tentang bagaimana bintang-bintang masif terbentuk dan apa yang
memberi “makan” lubang hitam supermasif di inti galaksi kita.
Di
antara fitur yang menjadi fokus utama adalah kurva yang menonjol di Gugus Arches
yang mengandung konsentrasi terpadat populasi bintang di seluruh Bima Sakti.
Demikian pula dengan Gugus Quintuplet, yang skala kecerahan bintang-bintang di
dalamnya melampaui satu juta kali terang Matahari kita. Adapun lubang hitam
supermasif di pusat galaksi mengambil wujud cincin kobaran molekul gas.
Pemandangan
terbaru pusat galaksi kita ini dihasilkan oleh teleskop udara terbesar di
dunia, Stratospheric Observatory for Infrared
Astronomy, atau SOFIA. Terbang mengudara di atmosfer Bumi, pesawat Boeing
747 yang telah dimodifikasi mengarahkan kamera inframerah Faint Object Infrared Camera for the SOFIA Telescope (FORCAST),
untuk mengamati material hangat yang memancarkan panjang gelombang cahaya
inframerah. Gambar menggabungkan perspektif baru SOFIA tentang wilayah-wilayah
hangat dan data yang mengekspos material yang sangat panas dan dingin dari Teleskop
Antariksa Spitzer NASA dan Observatorium Antariksa Herschel ESA.
Ikhtisar
makalah ilmiah yang melaporkan hasil awal penelitian telah dikirim untuk
dipublikaskan di Astrophysical Journal.
Selain itu, gambar terbaru pusat Bima Sakti telah dipresentasikan untuk pertama
kalinya saat pertemuan rutin American
Astronomical Society tahun 2020 di Honolulu.
“Sungguh
menarik melihat pusat galaksi kita dalam detail yang belum pernah dicapai
sebelumnya,” kata James Radomski, seorang ilmuwan dari Universities Space Research Association di SOFIA Science Center, Pusat Penelitian Ames
NASA, Silicon Valley California. “Mempelajari wilayah-wilayah tersebut seolah menyusun
puzzle dengan potongan-potongan yang telah hilang. Data SOFIA mengisi beberapa celah
dan membawa kita semakin dekat untuk mendapatkan gambaran utuh.”
Kelahiran Bintang
Dibandingkan
wilayah-wilayah lain di seluruh galaksi, pusat Bima Sakti mengandung lebih
banyak gas dan debu, bahan baku untuk memproduksi bintang-bintang baru. Namun, jumlah
bintang masif yang dilahirkan di sana, sepuluh kali lebih rendah daripada perkiraan.
Memahami fenomena ini tentunya sulit dilakukan, mengingat debu kosmik yang
berada di antara Bumi dan pusat galaksi menghalangi observasi. Jadi panjang
gelombang inframerah menjadi solusi terbaik untuk menembus debu kosmik penghalang.
Data
inframerah terbaru menerangi struktur-struktur yang mengindikasikan kelahiran
bintang di dekat Gugus Quintuplet dan material hangat di dekat Gugus Arches
yang berpotensi menjadi “benih” kelahiran bintang-bintang baru. Mengamati fitur-fitur
hangat semacam ini dalam resolusi tinggi, sangat membantu para ilmuwan untuk menjelaskan
mengapa beberapa bintang paling masif di seluruh galaksi kita bisa terbentuk saling
berdekatan dalam volume ruang yang relatif kecil, meskipun tingkat kelahiran di
wilayah tersebut lebih rendah.
“Memahami
bagaimana bintang-bintang masif dilahirkan di pusat galaksi, memberi kita wawasan
untuk mempelajari galaksi-galaksi lain yang terletak lebih jauh,” jelas Matthew
Hankins, peneliti utama proyek dari California
Institute of Technology di Pasadena. “Kombinasi jajaran teleskop antariksa
memberi kita petunjuk untuk memahami proses ini, meskipun masih banyak hal yang
harus diungkap.”
Cincin di Sekitar Lubang
Hitam
Para
ilmuwan juga dapat melihat dengan lebih jelas material yang diperkirakan
menyuplai “makanan” kepada struktur cincin di sekitar lubang hitam supermasif
pusat galaksi. Diameter struktur cincin membentang sekitar 10 tahun cahaya dan
memainkan peran penting untuk membawa material ke lubang hitam. Asal usul struktur
cincin telah menjadi teka-teki klasik di kalangan para ilmuwan, karena mungkin
akan menghilang seiring berlalunya waktu, namun data SOFIA mengungkap beberapa
struktur yang dapat menjelaskan material terkait.
Data
inframerah dikumpulkan pada bulan Juli 2019 selama penerbangan rutin tahunan SOFIA
ke Christchurch, Selandia Baru, lokasi di mana para ilmuwan mempelajari langit
dari belahan bumi selatan. Rangkaian lengkap kalibrasi data kini bisa diakses
oleh para astronom di seluruh dunia untuk studi lebih lanjut melalui SOFIA Legacy Program.
Citra
tajam pusat galaksi Bima Sakti yang diabadikan oleh teleskop terbang SOFIA dalam
panjang gelombang inframerah.
Kredit: Pusat Penelitian Ames/NASA
Spitzer
akan dinonaktifkan pada tanggal 30 Januari 2020 setelah beroperasi selama lebih
dari 16 tahun, sementara SOFIA akan terus menjelajahi alam semesta dengan
mempelajari panjang gelombang cahaya inframerah-tengah dan inframerah-jauh
dalam resolusi tinggi yang tidak dapat diakses teleskop-teleskop lain, untuk membantu
para ilmuwan memahami pembentukan bintang dan planet, peran medan magnet dalam
membentuk alam semesta kita dan evolusi kimiawi galaksi.
Ditulis
oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Kassandra Bell
Komentar
Posting Komentar