Pesawat
antariksa Cassini NASA mengambil mosaik Enceladus dari jarak 25 kilometer pada
tanggal 9 Oktober 2008.
Kredit: NASA/JPL/Space Science Institute
Tinjauan
Beberapa
anggota terestrial tata surya kita menyembunyikan air cair di bawah permukaan
beku. Namun Enceladus, bulan lautan es Saturnus, begitu istimewa di mata para
ilmuwan. Ya, Enceladus mengepulkan lautannya ke luar angkasa sehingga pesawat
antariksa Cassini NASA dapat terbang melintasinya dan mengumpulkan sampel. Dari
sampel ini, para ilmuwan menentukan Enceladus menampung sebagian besar material
kimiawi yang dibutuhkan oleh kehidupan, bahkan berpotensi memiliki ventilasi
hidrotermal yang memuntahkan air panas kaya mineral dari dasar lautan.
Kurang
lebih berukuran setara dengan Arizona, saat mengorbit Saturnus, Enceladus
mengepulkan partikel-partikel es yang menyusun cincin E Saturnus.
Arsip
gambar yang diambil oleh pesawat antariksa Voyager NASA pada tahun 1980-an
mengungkap permukaan es Enceladus yang putih cerah dan sangat halus di beberapa
wilayah. Dengan diameter sekitar 500 kilometer, Enceladus adalah anggota tata
surya yang paling reflektif. Karena memantulkan sebagian besar cahaya Matahari,
suhu permukaan Enceladus sangat dingin, sekitar minus 201 derajat Celcius.
Tetapi tidak seperti yang terlihat, Enceladus bukan sekadar tempat yang dingin
dan pasif.
Enceladus
mengorbit Saturnus dari 238.000 kilometer di antara dua bulan lainnya, Mimas
dan Tethys. Enceladus mengalami penguncian pasang surut, sehingga hanya satu
sisi yang selalu menghadap planet induk. Enceladus menyelesaikan satu kali
orbit setiap 32,9 jam dari wilayah Cincin E.
Sebagaimana
beberapa bulan yang menginduk planet-planet raksasa tata surya, Eceladus juga
terperangkap dalam resonansi orbit, fenomena ketika dua atau lebih bulan
sejajar dengan planet induk secara berkala dan berinteraksi secara gravitasi.
Setiap satu kali orbit bulan Dione yang berukuran lebih besar, Enceladus
mengorbit Saturnus dua kali. Gaya gravitasi Dione memengaruhi lintasan orbit
Enceladus menjadi lebih elips, yang membawa Enceladus terkadang lebih dekat dan
terkadang lebih jauh dari Saturnus, sekaligus menyebabkan pemanasan pasang
surut di interior Enceladus.
Beberapa
wilayah Enceladus didominasi oleh lubang kawah dampak benturan asteroid dengan
diameter hingga 35 kilometer. Sementara wilayah lain hanya memiliki sedikit
kawah, mengindikasikan aktivitas peremajaan geologis masif di masa lalu. Secara
khusus, wilayah kutub selatan Enceladus hampir seluruhnya bebas dari kawah
dampak benturan. Wilayah kutub selatan juga dipenuhi bongkahan es seukuran
rumah dan area-area yang diukir pola tektonik unik.
Pada
tahun 2005, Cassini menemukan partikel-partikel air es dan gas yang mengepul
dari permukaan Enceladus dengan kecepatan sekitar 800 mil per jam (400 meter
per detik). Letusan partikel air es dan gas terus berlangsung hingga saat ini,
menyuplai material yang menyusun cincin E Saturnus. Namun hanya sebagian kecil
material yang berakhir di cincin E, sebagian besar material justru jatuh
kembali seperti salju ke permukaan, yang membuat permukaan Enceladus selalu putih
cerah.
Gambar
Enceladus ini diambil oleh Cassini pada tanggal 30 November 2010.
Kredit:
NASA/JPL-Caltech/ Space Science Institute
Kepulan
air berasal dari retakan-retakan yang relatif hangat di kerak Enceladus, yang
secara informal disebut “tiger stripes”.
Beberapa gas, termasuk uap air, karbon dioksida, metana, amonia, karbon
monoksida dan nitrogen, adalah komposisi kepulan lapisan gas, ditambah garam
dan silika. Dan massa jenis material organik di kepulan sekitar 20 kali lebih
tinggi daripada perkiraan sebelumnya.
Dari
pengukuran gravitasi berdasarkan efek Doppler dan goyangan lemah Enceladus saat
mengorbit Saturnus, para ilmuwan menentukan kepulan material berasal dari
lautan di bawah permukaan. Ketebalan lapisan es Enceladus sekitar 1-5 kilometer
di kutub selatan, sedangkan ketebalan rata-rata permukaan es global sekitar
20-25 kilometer.
Karena
kepulan partikel-partikel air es dan gas menyuplai cincin E Saturnus, berarti
mempelajari material di cincin E sama dengan mempelajari lautan Enceladus.
Sebagian besar Cincin E terdiri dari tetesan-tetesan es, ditambah butiran nano
silika yang dihasilkan oleh interaksi antara air cair dan bebatuan pada suhu di
atas sekitar 90 derajat Celcius. Komposisi material Cincin E mengindikasikan
ventilasi hidrotermal di dasar laut Enceladus, mirip ventilasi hidrotermal di
dasar laut Bumi.
Dengan
lautan global di bawah permukaan, senyawa kimia dan panas internal, Enceladus
dianggap sebagai tempat yang paling menjanjikan untuk mencari kehidupan di luar
Bumi.
Penemuan dan Penyematan Nama
Enceladus
ditemukan oleh astronom Inggris William Herschel pada tanggal 28 Agustus 1789.
Bersama tujuh bulan pertama Saturnus yang telah ditemukan, John Herschel, putra
William Herschel, mengajukan nama Enceladus dalam publikasi Results of Astronomical Observation yang
dihasilkan selama observasi di Cape of
Good Hope. Mengingat Saturnus dalam mitologi Yunani dikenal sebagai Cronus,
pemimpin para Titan, John Herschel memilih Enceladus yang diambil dari nama
raksasa dalam mitologi Yunani.
Fakta Singkat
- Ditemukan oleh astronom Inggris William Hershel pada tahun 1789.
- Jarak rata-rata orbit: 238.037 km
- Kecepatan orbit: 45.487,3 km/jam
- Eksentritas orbit: 0,0047
- Radius khatulistiwa: 252,1 km
- Lingkar khatulistiwa: 1.584 km
- Volume: 67.113.076 km3
- Massa jenis: 1.608 g/cm3
- Massa: 107.944.591.230.692.000.000 kg
- Luas permukaan: 798.648,27 km2
- Gravitasi permukaan: 0,113 m/dtk2
- Kecepatan lepas: 861 km/jam
Instrumen Baru NASA untuk
Mencari Kehidupan di Enceladus
Ilustrasi
aktivitas hidrotermal di bawah permukaan dan di dasar lautan Enceladus.
Kredit:
NASA/JPL
Sejak
misi Cassini memasuki sistem Saturnus, Enceladus telah menjadi sumber perhatian
sains. Begitu pesawat antariksa besutan NASA ini mendeteksi kepulan air dan
molekul organik dari wilayah kutub selatan, para ilmuwan memprediksi Enceladus
memiliki lautan air yang hangat di interior.
NASA
telah menyatakan harapannya untuk mengirim misi ke Enceladus guna
mengeksplorasi kepulan air dan interior Enceladus. Misi masa depan ini akan
mencakup instrumen terbaru yang diberi nama Submillimeter
Enceladus Life Fundamentals Instrument (SELFI). Instrumen yang diusulkan
oleh satu tim ilmuwan dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA, telah memperoleh
dukungan untuk pengembangan lebih lanjut.
Sebelum
misi Cassini, para ilmuwan hanya menduga permukaan Enceladus beku dan padat.
Namun data yang dikumpulkan oleh Cassini menunjukkan sedikit goyangan pada
orbit Enceladus yang mengindikasikan lautan di bawah permukaan. Sama seperti di
Europa, salah satu bulan Jupiter, goyangan disebabkan oleh gaya pasang surut
gravitasi yang melenturkan inti, sekaligus menghasilkan panas yang cukup untuk
menjaga air dalam wujud cair di interior Enceladus. Gaya pasang surut gravitasi
di kutub selatan Enceladus memicu retakan di permukaan dan membuka celah bagi
air untuk mengepul ke luar angkasa.
Ilustrasi
aktivitas hidrotermal yang memicu kepulan air di Enceladus.
Kredit: NASA-GSFC/
SVS, NASA/JPL-Caltech/Southwest Research Institute
Misi
Cassini juga menemukan kepulan-kepulan air dari sekitar 100 celah yang terus-menerus
memuntahkan partikel-partikel es, uap air, karbon dioksida, metana, dan molekul
gas lainnya ke luar angkasa. Untuk mempelajarinya, NASA telah mengembangkan
beberapa instrumen gelombang milimeter atau frekuensi radio untuk menentukan
komposisi kepulan air dan mengungkap misteri lautan di interior Enceladus.
Menurut
peneliti utama SELFI Gordon Chin, SELFI adalah peningkatan signifikan dari
perangkat gelombang submillimeter yang telah ada sebelumnya. Setelah
ditempatkan di lokasi, SELFI akan mengukur kandungan kimiawi kepulan air dan
partikel es yang secara periodik memancar dari celah kutub selatan Enceladus
yang disebut “Tiger Stripes”. Selain
mengungkap komposisi kimiawi lautan, SELFI juga akan mendeteksi potensi
habitabilitas Enceladus.
Di
Bumi, ventilasi hidrotermal adalah rumah bagi ekosistem biologis, bahkan diduga
menjadi tempat yang pertama kali memunculkan kehidupan. Oleh karena itu, para
ilmuwan sangat tertarik untuk mempelajari aktivitas hidrotermal di bulan-bulan
wilayah terluar tata surya seperti Enceladus, karena mereka adalah satu-satunya
tempat di tata surya kita yang berpotensi menampung kehidupan sederhana seperti
mikroba. Sebagaimana disampaikan oleh Chin dalam rilis pers NASA: "Panjang
gelombang submilimeter yang berada dalam rentang panjang gelombang radio
frekuensi tinggi, menyediakan cara untuk mengukur berbagai jenis molekul gas
dingin. Kita dapat memindai semua kepulan untuk menentukan apa yang sebenarnya
keluar dari Enceladus. Uap air dan molekul-molekul lain dapat mengungkap
beberapa kandungan kimiawi lautan dan membimbing pesawat antariksa ke jalur
terbaik untuk terbang melalui kepulan guna pengukuran secara langsung.
“Tiger
Stripes” Enceladus yang diambil oleh Cassini.
Kredit: NASA/JPL/ESA
Molekul
seperti air, karbon dioksida dan unsur-unsur lainnya memancarkan frekuensi
radio tertentu, spektrometer submillimeter sensitif terhadap frekuensi radio
tersebut. Garis spektral (garis gelap atau terang dalam spektrum) saling
berjauhan dan sangat berbeda. Intensitas elemen ketika memancarkan frekuensi
radio tertentu dapat digunakan untuk pengukuran. Dengan kata lain, instrumen
seperti SELFI tak sekadar mampu menentukan komposisi kimiawi lautan interior
Enceladus, tapi juga kelimpahan unsur kimiawi.
Selama
beberapa dekade, spektrometer telah digunakan oleh untuk mengukur komposisi
kimiawi planet, bintang, komet, dll. Belum lama ini, para ilmuwan mencoba untuk
mendapatkan spektrum dari planet-planet jauh untuk menentukan komposisi kimiawi
atmosfer mereka. Teknik ini sangat penting untuk menemukan eksoplanet yang
berpotensi layak huni, karena uap air, nitrogen dan oksigen merupakan senyawa
yang dibutuhkan bagi kehidupan.
Melakukan
pemindaian di pita submillimeter adalah proses yang relatif baru, mengingat instrumen
submilimeter yang sensitif sangat kompleks dan sulit dibuat. Namun, ditunjang
oleh anggaran penelitian dan pengembangan NASA, Chin bersama para kolega
berhasil meningkatkan tingkat sensitivitas instrumen menggunakan amplifier
untuk meningkatkan sinyal menjadi 557 GHz. Instrumen submilimeter yang telah
diupgrade ini memungkinkan SELFI untuk mendeteksi jejak air dan molekul gas
yang berasal dari permukaan Enceladus.
Perbaikan
lainnya termasuk efesiensi energi untuk data frekuensi radio, pemrosesan sistem
yang lebih fleksibel dan spektrometer digital canggih untuk sinyal frekuensi
radio. Upgrade spektrometer digital memanfaatkan sirkuit pemrograman
berkecepatan tinggi untuk mengubah data frekuensi radio menjadi sinyal digital
yang dapat dianalisis untuk mengukur jumlah gas, suhu dan kecepatan kepulan
Enceladus.
Contoh
data pengukuran spekstroskopi dari salah satu kepulan di Europa yang dihasilkan
oleh Webb. Kredit: NASA-GSFC/SVS, Teleskop Antariksa Hubble, Stefanie Milam,
Geronimo Villanueva
Perangkat
tambahan akan membantu SELFI untuk mendeteksi dan menganalisis 13 jenis molekul
secara simultan, mencakup berbagai isotop air, metanol, amonia, ozon, hidrogen
peroksida, sulfur dioksida dan natrium klorida (garam). Di luar Enceladus, Chin
yakin tim dapat meningkatkan instrumen untuk misi masa depan. “SELFI
benar-benar baru,” katanya. “Inilah salah satu instrumen submillimeter paling
ambisius yang pernah dibuat.”
Dalam
beberapa tahun terakhir, para ilmuwan juga telah melihat aktivitas kepulan yang
berasal dari permukaan Europa, yang diyakini sebagai hasil aktivitas
geothermal. NASA berhasrat untuk mempelajari kepulan air di Europa dan
Enceladus menggunakan Teleskop Antariksa James Webb yang akan segera
diluncurkan.
Upaya
sains lain yang digagas adalah mempersenjatai pesawat antariksa Clipper, yang
masih dalam tahap pengusulan dan direncanakan meluncur antara tahun 2022 hingga
2025 ke Europa, dengan instrumen seperti SELFI. Clipper telah diusulkan untuk
membawa rangkaian instrumen spektrometer, namun perangkat gelombang
submillimeter dan frekuensi radio yang telah diupgrade dapat mengungkap kepulan
di Europa secara lebih mendetail. Data sains yang dikumpulkan Europa Clipper
akan menyelesaikan perdebatan yang telah berlangsung puluhan tahun: Apakah
interior Europa layak huni?
Dalam
beberapa dekade mendatang, salah satu prioritas terbesar eksplorasi antariksa
adalah mempelajari “Dunia Lautan” Tata Surya untuk menemukan tanda-tanda
kehidupan. Untuk mencapai tujuan ini, NASA dan badan antariksa lainnya sibuk
mengembangkan peralatan yang diperlukan untuk mengendus semua indikator kimiawi
dan biologis. Dengan sedikit keberuntungan, mungkin hanya dalam satu dekade
kita akan menemukan bahwa kehidupan di Bumi hanyalah bagian dari kehidupan di
alam semesta yang lebih besar.
Ditulis
oleh: solarsystem.nasa.gov dan Matt Williams, www.universetoday.com
Komentar
Posting Komentar