Langsung ke konten utama

Gelembung Energi Radio Raksasa Misterius di Pusat Bima Sakti

Dua rangkaian gelembung energi radio masif yang mengitari pusat Bima Sakti barangkali adalah bukti ledakan kosmik purba, atau justru akan memicu ledakan baru.

gelembung-energi-radio-raksasa-misterius-di-pusat-bima-sakti-informasi-astronomi
Pusat Bimasakti dalam citra spektrum radio ini, menampilkan sebuah lubang hitam supermasif (tersembunyi di titik biru cerah tengah gambar) yang menyemburkan gelembung-gelembung raksasa emisi dari kedua sisinya. Para ilmuwan belum bisa memastikan apa penyebabnya.
Kredit: Observatorium Astronomi Radio Afrika Selatan/Heywood dkk

Beberapa juta tahun yang lalu, pusat galaksi Bima Sakti kita diduga pernah mengalami serangan molekul gas dahsyat.

Tiba-tiba, sejumlah materi dan energi elektromagnetik misterius yang mengitari lubang hitam pusat galaksi kita dari jarak dekat, memicu sebuah ledakan raksasa. Elektron yang merambat hampir secepat cahaya merobek awan-awan debu dan gas di dekatnya sehingga membengkak menjadi dua gelembung energi raksasa tak kasat mata yang hampir identik. Mereka masih ada di sana hingga sekarang, masing-masing membentang sekitar 25.000 tahun cahaya (sekitar seperempat diameter Bima Sakti). Kita tidak bisa mengamatinya, kecuali dengan instrumen khusus yang didesain untuk mendeteksi radiasi paling energik di seluruh kosmos.

Para astronom menemukan gelembung-gelembung ini pada tahun 2010, ketika mengamati pusat galaksi dengan Teleskop Antariksa Sinar Gamma Fermi NASA. Sekarang disebut sebagai Gelembung Fermi, gumpalan raksasa molekul gas ini hanya bisa dideteksi dalam spektrum sinar-X dan sinar gamma. Bagaimana dan kapan fenomena Gelembung Fermi terjadi belum bisa dijelaskan. Tetapi dalam makalah ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Nature edisi 11/09, satu tim astronom internasional dari berbagai negara telah melaporkan beberapa petunjuk baru setelah mempelajari Gelembung Fermi menggunakan panjang gelombang radio.

Memanfaatkan jajaran teleskop radio MeerKAT di Afrika Selatan untuk menembus debu yang menutupi pusat galaksi, tim telah mendeteksi sepasang gelembung radio yang keluar dari pusat galaksi tepat di sebelah Gelembung Fermi. Sementara gelembung-gelembung radio ini jauh lebih kecil dan lebih lemah daripada Gelembung Fermi, mereka mungkin dihasilkan dari fenomena serupa yang melibatkan aktivitas lubang hitam supermasif di pusat galaksi kita. Gelembung-gelembung radio bahkan menjadi bagian dari proses berkelanjutan yang memicu inflasi Fermi Bubbles secara perlahan.

“Lubang hitam sentral Bima Sakti terkadang lebih aktif, berkobar saat secara berkala menyantap gumpalan masif besar debu dan gas,” ungkap rekan penulis makalah ilmiah astrofisikawan Ian Heywood dari Universitas Oxford di Inggris. “Mungkin aktivitas itu yang memicu letusan energik dan menghasilkan fitur gelembung yang sebelumnya tak terlihat.

Heywood dan para kolega mendeteksi gelembung radio saat mencari pusat galaksi dengan panjang gelombang elektromagnetik yang pendek untuk mendeteksi jenis energi tertentu yang disebut radiasi synchrotron. Ketika elektron yang merambat hampir secepat cahaya menerjang medan magnet, proses ini menghasilkan sinyal radio yang berbeda. Saat memetakan sinyal di dekat pusat galaksi, tim menemukan energi radio berbentuk oval berdiameter sekitar 1.400 tahun cahaya, dengan lubang hitam sentral galaksi yang berada tepat di tengah.

gelembung-energi-radio-raksasa-misterius-di-pusat-bima-sakti-informasi-astronomi
Citra komposit ini menunjukkan gelembung-gelembung radio yang baru ditemukan, menjulang di belakang jajaran teleskop radio MeerKAT di Afrika Selatan.
Kredit: Radio Astronomi Observatorium Afrika Selatan/Heywood dkk.

Berdasarkan kecepatan gas yang mengalir di tepi bawah gelembung radio, tim menduga struktur tersebut telah berusia sekitar 7 juta tahun, yang konsisten dengan prediksi usia Gelembung Fermi. Jadi, barangkali dua rangkaian gelembung ini dihasilkan dari letusan kosmik yang sama, atau setidaknya dari tipe ledakan yang sama.

“Bentuk dan simetri (gelembung-gelembung radio) memperkuat dugaan fenomena yang berlangsung beberapa juta tahun yang lalu di dekat lubang hitam sentral galaksi kita,” tambah rekan penulis makalah ilmiah astronom William Cotton dari US National Radio Astronomy Observatory. “Letusan mungkin dipicu oleh sejumlah besar gas antarbintang yang jatuh ke lubang hitam atau ledakan pembentukan bintang yang mengirim gelombang kejut ke pusat galaksi.”

Sebagai alternatif, gelembung-gelembung radio berpotensi menjadi pertanda ledakan skala galaksi yang akan segera terjadi. Mengingat ukuran dan energi mereka relatif kecil, gelembung-gelembung radio bisa saja dihasilkan dari ledakan energi skala kecil, yang selama jutaan tahun memicu ledakan yang jauh lebih besar untuk menciptakan Gelembung Fermi.

Sementara deteksi sepasang gelembung energi tidak memecahkan misteri apapun, kehadiran mereka justru menambah teka-teki di wilayah pusat Bima Sakti. Pastinya dua rangkaian gelembung misterius ini mengindikasikan ancaman dari monster kosmik di pusat galaksi belum berlalu.

Ditulis oleh: Brandon Specktor, Penulis Senior www.livescience.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang