Kredit Video: Pusat Penerbangan Antariksa Goddard
NASA
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebuah pesawat antariksa telah menyentuh Matahari. Saat ini, Parker Solar Probe besutan NASA telah terbang melalui korona (lapisan teratas atmosfer Matahari) sembari mengambil sampel partikel dan medan magnet.
Tonggak sejarah baru telah menandai satu langkah besar untuk Parker Solar Probe dan satu lompatan besar untuk sains surya. Sama seperti pendaratan di Bulan yang memungkinkan para ilmuwan untuk memahami bagaimana Bulan terbentuk, menyentuh material penyusun Matahari juga akan membantu para ilmuwan untuk mengungkap informasi penting tentang bintang terdekat kita dan pengaruhnya terhadap Tata Surya.
Narasi:
Roket tangguh Delta IV Heavy, lepas landas.
Pada bulan Agustus 2018 di Cape Canaveral, Florida, NASA meluncurkan Parker Solar Probe untuk menyentuh Matahari. Setelah menghabiskan beberapa tahun untuk berputar mendekati bintang kita, pesawat antariksa itu akhirnya tiba.
Luar biasa! Parker Solar Probe akhirnya menyentuh Matahari.
Inilah Nour Raouafi, ilmuwan proyek misi tersebut. Raouafi telah menunggu momen bersejarah ini sejak misi dimulai.
Inilah mimpi yang menjadi kenyataan. Salah satu tujuan utama misi Parker Solar Probe adalah terbang melintasi korona Matahari, dan kami sedang melakukannya sekarang.
Lantas, apa yang dimaksud dengan menyentuh Matahari?
Untuk menjawabnya, kita harus mengetahui tentang struktur Matahari terlebih dahulu. Tidak seperti Bumi, Matahari kita tidak memiliki permukaan padat. Matahari adalah bola plasma panas raksasa yang disatukan oleh gravitasinya sendiri. Material Matahari memang mengalir keluar dari permukaan, tetapi di sekitar Matahari, material terikat oleh gravitasi dan medan magnet Matahari.
Material itulah yang membentuk atmosfer Matahari (korona). Namun, sebagian material yang panas dan cepat ini lolos dari gravitasi Matahari dan menyembur ke luar angkasa sebagai angin surya. Batas yang menandai tepi atmosfer Matahari dikenal sebagai permukaan kritis Alfven.
Kita tidak mengetahui di mana persisnya batasan itu, tetapi untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebuah pesawat antariksa telah melintasi permukaan kritis Alfven. Parker Solar Probe menjelajahi korona dan menyentuh material yang masih terikat gravitasi Matahari.
Korona terlalu tipis dan redup untuk diamati pada sebagian besar waktu, tetapi eksistensi korona dapat terungkap selama fenomena gerhana matahari total. Selama berabad-abad, kita telah mempelajari atmosfer Matahari saat terjadi gerhana, karena memahami bagaimana bintang kita memengaruhi kehidupan di tata surya dianggap sangat penting.
Tetapi sebagian besar fakta tentang korona tetap menjadi misteri. Dua misteri sains paling menantang dalam astrofisika berlangsung di wilayah yang kita sebut korona Matahari.
Misteri pertama adalah tentang suhu. Korona justru sekitar 300 kali lebih panas dari fotosfer atau permukaan Matahari.
Kedua adalah aliran konstan partikel dari Matahari yang disebut angin surya. Angin surya terakselerasi hingga jutaan km per jam dari korona dan kita tidak tahu apa penyebabnya.
Angin surya dapat mengganggu satelit dan teknologi kita. Untuk melindungi satelit dan teknologi kita dengan lebih baik, kita harus pergi ke tempat angin surya berasal, yaitu di korona. Jadi, korona telah menjadi tujuan utama misi NASA untuk sementara waktu.
Kami pertama kali mengajukan gagasan untuk mengirim pesawat antariksa ke Matahari pada tahun 1958. Kita tidak memiliki teknologi untuk menempuh perjalanannya sampai tahun 2000-an.
Sejak diluncurkan pada tahun 2018, Parker telah menempuh perjalanan untuk mencapai bintang kita. Kemudian pada bulan April 2021, saat orbit kedelapan mengitari Matahari, Parker hanya terpisah sekitar 20 jari-jari Matahari atau 8 juta mil dari permukaan Matahari, ketika melintasi korona.
Inilah tonggak penting dalam sejarah. Kita membutuhkan lebih dari enam dekade untuk sampai ke titik ini.
Saat memasuki korona, instrumen WISPR Parker mengambil gambar-gambar ini. Aliran plasma mengelilingi pesawat antariksa dan instrumen Parker lainnya mendeteksi perubahan kondisi magnetik. Di luar korona, angin surya menyembur keluar, mendorong material menjauh dengan kecepatan tinggi sehingga tidak dapat kembali ke permukaan Matahari.
Di dalam korona, medan magnet Matahari menjadi jauh lebih kuat. Material melaju lebih lambat dan terikat ke Matahari. Bukannya terbagi dengan lembut, Parker menemukan batas antara kedua sisi justru berkerut. Punggungan yang bergelombang diciptakan oleh aliran besar plasma yang keluar dari korona. Para ilmuwan belum bisa memastikan penyebabnya, tetapi ketika Parker semakin mendekatinya, para ilmuwan menemukan lebih banyak petunjuk.
Sebelum memasuki korona, Parker telah melihat fitur yang berbelit-belit dalam angin surya, yang untuk sesaat kembali ke dirinya sendiri. Para ilmuwan menyebut fitur-fitur itu dalam peralihan angin surya, tapi tidak ada yang tahu bagaimana atau di mana mereka terbentuk.
Pada tahun 2021, Parker akhirnya melacak ke salah satu asal peralihan. Seiring memangkas jarak ke Matahari, Parker mulai mendeteksi letusan peralihan. Para ilmuwan melacak letusan itu hingga ke permukaan Matahari yang teramati. Di sini, kita melihat sel-sel yang berbeda.
Saat panas naik dari bawah, sel-sel konveksi mulai bergejolak dan menciptakan corong energi magnet di atas permukaan. Para ilmuwan menemukan bahwa peralihan terbentuk di dalam corong sebelum naik ke korona dan seterusnya. Dan itu hanyalah satu bagian dari teka-teki peralihan. Seperti apa proses yang membentuk mereka sebenarnya, masih belum diketahui.
Selama beberapa tahun ke depan, Parker akan terus mencari petunjuk saat menjelajahi Matahari, satu-satunya bintang yang bisa kita pelajari dari dekat. Matahari juga merupakan satu-satunya bintang yang diketahui menopang kehidupan, jadi memahami Matahari dianggap sangat penting seiring upaya kita untuk mencari kehidupan di luar Tata Surya.
Pemahaman terhadap Matahari akan menghubungkan kita secara langsung ke pertanyaan apakah kita sendirian di alam semesta? Dan itulah salah satu pertanyaan terbesar yang harus dijawab umat manusia.
Ilmuwan:
Nour Raouafi (Universitas Johns Hopkins/APL)
Justin Kasper (Universitas Michigan)
Stuart Bale (Universitas California, Berkeley)
Kelly Korreck (Universitas Johns Hopkins/APL)
Adam Szabo (NASA/GSFC)
Produser: Joy Ng (KBRwyle)
Penulis: Mara Johnson-Groh (Wyle Information Systems)
Visualizer Data: Tom Bridgman (GST)
Animator: Jonathan North (KBRwyle)
Animator: Ben Smith (Johns Hopkins APL)
Sumber: NASA's Parker Solar Probe Touches The Sun For The First Time
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Komentar
Posting Komentar