Materi
gelap menyumbang 25% dari total massa di alam semesta, namun karena tidak bisa diamati secara langsung, materi gelap menjadi salah satu misteri
terbesar dalam astronomi modern. Identitas sejati lingkaran halo tak kasat mata yang
menyatukan galaksi dan gugus galaksi agar tidak tercerai-berai, adalah materi gelap yang sangat sukar dipahami. Observasi terbaru terhadap gugus galaksi yang terdiri dari ribuan galaksi, diketahui tenggelam di dalam gas antargalaksi panas. Setiap gugus memiliki inti yang
sangat padat, berupa sebuah galaksi masif yang disebut BCG (brightest cluster galaxy).
Model
standar materi gelap (model materi gelap dingin) memprediksi bahwa begitu gugus
galaksi telah kembali ke keadaan "normal" setelah mengalami
turbulensi selama peristiwa penggabungan, BCG atau galaksi paling terang di dalam gugus tidak bergerak dari pusat gugus. Kestabilan BCG di pusat gugus disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi materi gelap yang sangat luar
biasa.
Satu tim internasional yang terdiri dari para astronom dari beberapa negara, Swiss, Prancis, dan Inggris, telah menganalisis sepuluh gugus
galaksi yang diamati menggunakan Teleskop Antariksa Hubble milik NASA/ESA. Di luar perkiraan, BCG di masing-masing pusat gugus ternyata “goyah”.
Data
Hubble menunjukkan mereka "bergoyang" di sekitar pusat
massa setiap gugus, bahkan ketika gugus galaksi kembali ke keadaan normal
setelah peristiwa penggabungan galaksi. Dengan kata lain, keseimbangan antara wilayah pusat
yang terlihat dari masing-masing gugus galaksi dan pusat massa total gugus,
termasuk lingkaran halo materi gelap, membentang hingga 40.000 tahun
cahaya.
“Kami
menemukan BCG di pusat gugus goyah di sekitar lingkaran
halo,” jelas penulis utama makalah studi David Harvey, dari EPFL, Swiss. "Hal ini menunjukkan wilayah padat di pusat gugus galaksi, sebagaimana diperkirakan oleh model materi gelap yang dingin, ternyata lebih
dangkal, sekaligus menjadi sinyal mencolok dari bentuk eksotis materi gelap
tepat di jantung gugus galaksi.”
Goyahnya BCG hanya bisa dianalisis karena gugus-gugus
galaksi yang dipelajari juga berperan sebagai lensa gravitasi. Karena begitu
masif, gaya gravitasi mereka mendistorsi ruang dan waktu dan memperkuat cahaya dari objek-objek latar belakang. Efek yang disebut
lensa gravitasi, dapat digunakan untuk membuat peta materi gelap yang
terkait dengan gugus, sehingga memungkinkan para astronom untuk
menentukan posisi sebenarnya dari pusat massa dan kemudian mengukur tingkat
imbangan BCG di pusat gugus.
Jika BCG yang “goyah” ini bukanlah fenomena astrofisika yang tidak diketahui, dan
sebenarnya terjadi akibat perilaku materi gelap, maka akan tidak sesuai
dengan model standar materi gelap. Berarti fenomena ini hanya dapat dijelaskan jika partikel
materi gelap berinteraksi satu sama lain, yang sangat bertolak
belakang dengan pemahaman materi gelap
saat ini. Jadi, mungkin dibutuhkan fisika fundamental baru untuk
memecahkan misteri materi gelap.
Rekan penulis makalah studi Frederic Courbin, sesama ilmuwan EPFL, menyimpulkan: “Kami akan
menindaklanjutinya dengan survei yang lebih besar, seperti survei Euclid, yang
akan memperluas rangkaian data kami. Setelah itu kita dapat menentukan apakah
goyahnya BCG dihasilkan oleh fenomena astrofisika atau fisika dasar baru. Keduanya pasti akan seru!”
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar