Siklus
hidup bintang terkait erat dengan massa bintang itu sendiri. Ketika kehabisan bahan bakar hidrogen untuk melakukan fusi nuklir, bintang mirip Matahari akan berubah menjadi raksasa merah dan mulai membakar helium, kemudian menyusut menjadi katai putih.
Bintang yang massanya melampaui 20 kali Matahari, kemungkinan berubah menjadi lubang hitam. Sedangkan bintang dengan rentang massa 7-20 kali massa Matahari mengakhiri kehidupannya sebagai bintang neutron.
Bintang neutron adalah objek terpadat kedua di alam semesta setelah lubang hitam. Satu sendok teh material dari bintang neutron setara dengan satu miliar ton. Belum terlalu banyak informasi yang para astronom ketahui tentang mereka atau bagaimana partikel elementer berperilaku di tengah kondisi tekanan ekstrem dan padat.
Model teoritis memprediksi radius bintang neutron sekitar 10-16 kilometer, dan metode terbaru telah mengusulkan radius yang lebih akurat, yaitu sekitar 12 kilometer.
Satu tim ilmuwan dari Universitas Turku, Finlandia, mengembangkan metode untuk memodelkan bagaimana ledakan termonuklir
terjadi di lapisan terluar bintang yang memancarkan sinar-X. Dengan
membandingkan radiasi sinar-X bintang neutron dan model
radiasi teoretis mutakhir, tim dapat menempatkan batasan ukuran bintang
yang menjadi sumber pemancar sinar-X.
“Kami
membatasinya (radius bintang neutron) sekitar 12 kilometer, plus minus 400-1.000 meter. Oleh karena itu, pengukuran terbaru kami merupakan perbaikan untuk hasil pengukuran sebelumnya,” kata Joonas Nättilä, kandidat doktor Universitas Turku yang
mengembangkan metode tersebut.
Tujuan studi pengukuran akurat radius bintang neutron adalah untuk membantu para ilmuwan memahami sifat-sifat materi di
dalamnya dengan memprediksi “kondisi fisik nuklir” di dalam
objek padat ini. Secara khusus, pengukuran dapat membantu para ilmuwan untuk menentukan keadaan material neutron dengan lebih baik,
atau berapa banyak yang dapat terkompres dalam kepadatan yang sangat tinggi.
“Kepadatan
materi bintang neutron sekitar 100 juta ton per sentimeter kubik. Saat ini,
bintang neutron adalah satu-satunya objek di alam semesta yang jenis keadaan ekstremnya dapat dipelajari,” jelas penanggung jawab tim Juri Poutanen.
Kolaborasi
antara instrumen pendeteksi gelombang gravitasi, LIGO dan Virgo, yang berhasil mendeteksi gelombang gravitasi pertamanya dari fenomena tabrakan antara dua bintang neutron, juga membandingkan observasi mereka dengan batasan ukuran terbaru, menurut tim.
Makalah studi yang berjudul “Neutron star mass and radius measurements from atmospheric model
fits X-ray burst cooling tail spectra” dipublikasikan secara online di jurnal Astronomy & Astrophysics.
Ditulis
oleh: Himanshu Goenka, www.ibtimes.com
#terimakasihgoogle
Komentar
Posting Komentar