Langsung ke konten utama

Pembentukan Galaksi

pembentukan-galaksi-informasi-astronomi

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh para astronom saat ini adalah memahami bagaimana galaksi terbentuk.

Pengamatan yang dilakukan oleh Teleskop Antariksa Hubble NASA dan jajaran teleskop berbasis darat menunjukkan bahwa galaksi-galaksi pertama terbentuk kurang dari satu miliar tahun setelah Big Bang, atau sekitar 13-14 miliar tahun yang lalu.

Ada dua teori utama untuk menjelaskan bagaimana galaksi-galaksi pertama terbentuk. Kebenaran teori pembentukan galaksi mungkin melibatkan sebagian dari kedua gagasan yang diajukan.

Teori pertama memprediksi galaksi lahir saat awan gas dan debu raksasa runtuh karena gaya gravitasinya sendiri dan memicu pembentukan bintang-bintang.

Sedangkan teori kedua, yang dalam beberapa tahun terakhir telah diterima secara luas, memprediksi alam semesta muda terdiri dari banyak “gumpalan” material berukuran kecil yang selanjutnya mengelompok dan membentuk galaksi. Hubble telah memotret banyak gumpalan semacam itu, yang dianggap sebagai pendahulu galaksi-galaksi modern. Menurut teori ini, sebagian besar galaksi awal yang berukuran besar cenderung berbentuk spiral. Seiring waktu, banyak galaksi spiral yang saling bergabung untuk membentuk galaksi elips yang ukurannya jauh lebih besar.

Proses pembentukan galaksi masih terus berlangsung. Alam semesta kita terus berevolusi. Galaksi-galaksi kecil sering “dikanibal” oleh galaksi yang lebih besar. Pada sepanjang sejarahnya, Bima Sakti kemungkinan juga terbentuk dari sisa-sisa beberapa galaksi yang ukurannya lebih kecil dan telah bergabung untuk membentuk galaksi spiral raksasa seperti yang kita ketahui saat ini. Bahkan saat ini Bima Sakti telah menarik setidaknya dua galaksi katai, termasuk galaksi-galaksi katai lainnya selama beberapa miliar tahun ke depan untuk bergabung dengannya.

Penggabungan galaksi relatif sering terjadi. Sebagian besar galaksi terang yang kita lihat sekarang kemungkinan juga terbentuk dari penggabungan antara dua atau lebih galaksi yang ukurannya lebih kecil.

Penggabungan adalah hal yang biasa karena dalam skala jarak, alam semesta penuh sesak dengan galaksi. Misalnya cakram Bima Sakti yang mencakup ruang sekitar 100.000 tahun cahaya, sedangkan galaksi spiral raksasa terdekat Andromeda yang sedikit lebih besar daripada Bima Sakti, terpisah sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Berarti jarak antara kedua galaksi hanya sekitar 25 kali lebih jauh daripada ukuran galaksi itu sendiri, sehingga tidak memberikan banyak ruang gerak bebas bagi mereka.

Galaksi juga sangat masif, jadi gravitasi mereka sangat kuat. Saat bertemu, gaya gravitasi yang begitu kuat membuat mereka saling menempel dan tidak bisa lepas. Akhirnya mereka bergabung untuk membentuk galaksi tunggal raksasa.

Galaksi terbesar adalah raksasa elips, yang menyerupai telur atau spheroid dengan ukuran 10 kali lipat lebih besar dari Bima Sakti dan mengandung lebih dari satu triliun bintang. Galaksi semacam itu mungkin terbentuk saat dua atau lebih galaksi spiral seperti Bima Sakti, bergabung untuk membentuk satu galaksi tunggal.

Salah satu bukti yang mendukung teori penggabungan adalah jumlah galaksi elips yang relatif banyak di gugus galaksi padat, oleh karena itu penggabungan harus kerap terjadi. Misalnya, dua galaksi elips raksasa yang mendominasi pusat Gugus Coma yang padat. Dan jantung Gugus Virgo berisi tiga galaksi elips raksasa yang masing-masing membentang hampir satu juta tahun cahaya.

Penggabungan antar galaksi membutuhkan waktu beberapa ratus juta hingga beberapa miliar tahun, memicu lonjakan drastis pembentukan bintang-bintang baru, bahkan menciptakan lubang hitam raksasa.

Bintang Tetap Aman saat Penggabungan Galaksi

Tabrakan antar galaksi jarang mengakibatkan tabrakan fisik antara bintang individu. Meskipun kedua galaksi saling menghantam, jarak antar bintang sangatlah jauh. Tentu saja bintang tetap terpengaruh di tengah fenomena dahysat skala galaksi, yaitu terlempar ke lintasan orbit baru atau dihempaskan keluar dari galaksi induk ke ruang antargalaksi.

Meskipun jarang menghancurkan bintang, tabrakan antar galaksi justru sering melahirkan bintang-bintang baru. Seiring tabrakan antara awan gas dan debu raksasa di masing-masing galaksi, mereka dapat menciptakan ribuan bahkan jutaan bintang baru.

Fenomena Penyatuan Galaksi

pembentukan-galaksi-informasi-astronomi
Kredit: Brad Whitmore (STScI) and NASA

Selama beberapa dekade, banyak astronom yang meyakini eksistensi “cetakan kue” kosmik. Terstruktur, sistematis dan mudah diprediksi, ada dua “cetakan kue” untuk galaksi (sistem masif tempat tinggal bintang dan sistem planet). Mereka adalah spiral dan elips, “pulau” alam semesta yang berevolusi dalam “isolasi sempurna” hanya beberapa juta tahun setelah Big Bang. Bagi para astronom yang meyakini hal ini, fenomena tabrakan antar galaksi hanya dianggap sebagai anomali.

Tetapi, ada sekelompok astronom yang memiliki cara pandang yang berbeda. Mereka meyakini alam semesta adalah sebuah tempat yang keras, sering terjadi tabrakan, kanibal dan penyatuan antar galaksi. Ide yang mereka usung, sangat bertolak belakang dengan “cetakan kue” kosmik yang membentuk galaksi.

Perdebatan tentang peran yang dimainkan oleh fenomena tabrakan yang memicu evolusi galaksi, telah berlangsung selama beberapa dekade. Pada tahun 1940-an, hanya beberapa tahun setelah astronom Amerika Edwin Hubble mendefinisikan bentuk galaksi, astronom Swedia Erik Holmberg mengajukan pertanyaan, “apa yang akan terjadi jika beberapa galaksi saling berpapasan?”

Holmberg lalu menggunakan sekitar 200 bola lampu untuk menyimulasikan papasan antar galaksi. Berdasarkan simulasi sederhana ini, Holmberg menyimpulkan beberapa galaksi mungkin memang pernah bertabrakan, yang memicu distorsi atau gaya pasang surut gravitasi, menyebabkan pergerakan mereka melambat untuk akhirnya menyatu menjadi galaksi tunggal yang lebih besar. Simulasi Holmberg juga meramalkan peran penting yang akan dimainkan oleh komputer modern dalam mempelajari interaksi antar galaksi.

Memotret Interaksi Galaksi

Komunitas astronomi mengabaikan karya Holmberg. Namun penolakan itu tidak menghentikan beberapa astronom lainnya untuk mengungkap evolusi galaksi yang penuh teka-teki. Astrofisikawan Swiss Fritz Zwicky dari California Institute of Technology adalah orang pertama yang secara sistematis memotret interaksi antar galaksi pada tahun 1950-an. Zwicky menemukan fitur menyerupai ekor di galaksi yang saling berinteraksi, mirip dengan yang ditunjukkan oleh Holmberg dalam simulasi. Zwicky menduga ekor galaksi ini terdiri dari bintang-bintang.

Namun sebagian besar astronom tidak terlalu berminat terhadap fenomena tabrakan antar galaksi, karena probabilitasnya relatif kecil. Mereka tidak memahami bahwa galaksi layaknya bintang yang sering mengorbit dalam sistem biner atau multi sistem, menciptakan lingkungan kosmik padat yang memicu fenomena tabrakan. Beberapa astronom bahkan mengusulkan fitur ekor di galaksi adalah sisa-sisa dari ledakan raksasa.

Simetris atau Aneh?

Banyak astronom meyakini, termasuk Hubble, sebagian besar galaksi terstruktur dan sistematis. Astronom Allan Sandage menekankan galaksi-galaksi semacam itu dalam buku “The Hubble Atlas of Galaxies” yang ia tulis pada tahun 1961. Sandage juga berada di barisan sekelompok astronom yang menggagas struktur elips galaksi terbentuk lebih dulu sebelum lengan-lengan spiral galaksi.

Tetapi astronom Halton Arp tetap memegang teguh gagasan alam semesta sebagai sebuah tempat yang keras. Pada tahun 1966, Arp menerbitkan katalog 338 sistem yang disebut “Atlas of Peculiar Galaxies”. Arp meyakini tabrakan antar galaksi bukan sekadar anomali, dia adalah orang pertama yang mengusulkan interaksi galaksi dapat memicu laju produksi bintang secara drastis.

Simulasi Komputer Digital

Studi fenomena tabrakan antar galaksi mulai bangkit pada akhir tahun 1960-an seiring perkembangan komputer digital. Komputer yang lebih canggih meningkatkan akurasi simulasi interaksi galaksi yang dapat memberikan para astronom informasi secara lebih mendetail.

Tak menunggu lama, beberapa astronom memanfaatkan simulasi komputer untuk mempelajari tabrakan antar galaksi yang hasilnya dipublikasikan di makalah ilmiah. Makalah ilmiah dengan teori yang paling umum diterima, ditulis pada tahun 1972 oleh Alar Toomre dan Juri Toomre. Bukannya memasukkan interaksi galaksi ke simulasi komputer, mereka justru memilih empat tabrakan galaksi spiral yang paling terkenal, termasuk galaksi Messier 51 dan galaksi Antena.

Mereka ingin mengetahui apakah hasil simulasi komputer sesuai dengan bukti observasi. Hasil studi ternyata sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Model Toomre brothers mengungkap fenomena tabrakan antar galaksi menciptakan interaksi gaya gravitasi yang menghasilkan fitur mirip jembatan dan ekor yang terdiri dari bintang dan debu kosmik, sebagaimana ditemukan di katalog galaksi Arp.

Setelah bertabrakan, pergerakan galaksi melambat dan saling menarik untuk akhirnya menyatu. Bukti penyatuan berasal dari susunan bintang yang menyerupai galaksi elips. Oleh karena itu, pasti ada lebih banyak penyatuan galaksi yang terjadi di masa lalu saat alam semesta lebih muda dan lebih rapat. Alar Toomre memprediksi sekitar 10% galaksi di alam semesta merupakan sisa-sisa penyatuan, persentase yang secara kebetulan sesuai dengan jumlah galaksi elips di alam semesta. Kesimpulan Toomre bersaudara menyanggah teori populer bahwa galaksi elips terbentuk sebelum galaksi spiral.

Toomres brothers juga berada di barisan sekelompok astronom pertama yang menggagas puing-puing sisa interaksi galaksi dapat menyediakan bahan bakar untuk lubang hitam, sebagai sumber energi quasar. Dalam makalah studi, mereka menulis frasa “menyalakan tungku” dan “memberi makan monster itu,” deskripsi yang terus digunakan hingga sekarang terkait lubang hitam dan quasar.

Misteri Gugus Bintang Globular

Meskipun memperdebatkan gagasan Toomres brothers, para astronom mulai menekuni studi fenomena tabrakan antar galaksi dengan lebih serius. Tapi ada teka-teki yang mengganjal. Galaksi spiral melimpah dengan molekul gas, tetapi relatif sedikit memiliki gugus bintang globular, gugus padat berbentuk bola yang dihuni oleh sekitar 100.000 bintang. Sementara galaksi elips yang mengandung sedikit molekul gas, justru memiliki gugus bintang globular lebih banyak.

Apakah mungkin dua galaksi spiral menyatu untuk menghasilkan galaksi elips? Seperti 2+2=8. Galaksi sprial Bima Sakti kita hanya memiliki sekitar 150 gugus bintang globular, sedangkan galaksi elips dengan kecerahan yang setara mengandung sekitar 600 gugus bintang globular.

Para astronom yang berbeda pendapat ternyata belum pernah mempertimbangkan peran penting yang dimainkan oleh molekul gas dalam penyatuan. Sebagian besar penyatuan galaksi selalu melibatkan molekul gas yang terkompres dan memicu peningkatan drastis laju pembentukan bintang-bintang baru. Mungkinkah ledakan laju kelahiran bintang menghasilkan gugus-gugus bintang globular baru?

pembentukan-galaksi-informasi-astronomi
Messier 4. Gugus Bintang Globular Terdekat.
Kredit: ESA/Hubble & NASA

Ledakan Laju Kelahiran Bintang

Para astronom yang mempelajari tabrakan antar galaksi berharap akan ada satelit inframerah baru untuk memberikan beberapa petunjuk. Dan harapan mereka terkabul. Infrared Astronomical Satellite (IRAS) diluncurkan pada tahun 1983 untuk melakukan survei inframerah terhadap kosmos. Survei IRAS mengungkap galaksi yang paling bercahaya dalam panjang gelombang inframerah adalah galaksi yang bertabrakan dengan galaksi lain, sebab diterangi oleh debu yang menyelimuti bintang-bintang “bayi”. Gambar-gambar yang dikumpulkan IRAS memberikan bukti interaksi antar galaksi yang memicu laju kelahiran bintang secara drastis, sebuah teori yang awalnya diajukan oleh Zwicky dan Arp.

Ketika dua galaksi bertabrakan, molekul gas antarbintang terkompres menjadi awan-awan tebal dan runtuh di bawah gaya gravitasi masif untuk membentuk bintang-bintang baru. Proses ini menghabiskan hampir seluruh deposit gas antarbintang dan sebagian besar gas yang tersisa terlepas dari galaksi melalui ledakan supernova, mengakibatkan galaksi elips miskin kandungan gas.

Gugus Bintang Biru Belia

Beberapa astronom meyakini peningkatan drastis laju kelahiran bintang dapat menghasilkan gugus bintang globular yang memancarkan cahaya biru dari bintang-bintang belia nan panas. Namun beberapa astronom menganggap tidak ada bukti kuat untuk itu. Mereka berpendapat usia gugus bintang globular, seperti yang ada di Bima Sakti kita, sudah sangat tua.

Pada tahun 1982, astronom Francois Schweizer dari Carnegie Institution of Washington, yang pernah bekerja sama dengan Alar Toomre untuk menyelidiki beberapa interaksi galaksi, mempelajari galaksi NGC 7252 (the Atoms for Peace galaxy) menggunakan teleskop berbasis darat dan berhasil menemukan enam simpul cahaya kebiruan di dekat inti galaksi.

Schweizer menafsirkan keenam simpul sebagai gugus bintang belia yang terbentuk selama penyatuan. Bersama para astronom lainnya (termasuk Keith Ashman dari Space Telescope Science Institute dan Steve Zepf dari Universitas Johns Hopkins), Schweizer menggagas pembentukan gugus bintang globular belia di tengah fenomena tabrakan antara galaksi spiral, mungkin dapat menjelaskan mengapa galasi elips memiliki begitu banyak gugus bintang globular.

pembentukan-galaksi-informasi-astronomi
Fenomena Tabrakan Galaksi Antena (NGC 4038/4039).
Kredit: ESA/Hubble & NASA

Observasi Teleskop Antariksa Hubble NASA

Tetapi Schweizer bersama para kolega belum bisa menyajikan bukti kuat untuk gugus bintang baru yang dihasilkan oleh interaksi antar galaksi. Resolusi teleskop berbasis darat tidak memadai untuk sepenuhnya mendefinisikan gugus bintang ini. Kemudian Teleskop Antarika Hubble besutan NASA mengambil alih. Ditempatkan di atas atmosfer Bumi dengan resolusi tinggi, Hubble mampu menyingkap tabir eksistensi gugus bintang globular. Di galaksi Antena misalnya, satu simpul cahaya kebiruan yang diamati teleskop berbasis darat, ternyata adalah 10-12 gugus bintang melalui visi Hubble, masing-masing berukuran setara dengan gugus bintang globular normal.

Hubble bahkan mampu menemukan banyak gugus bintang belia. Saat mengintip inti galaksi NGC 1275, Wide Field and Planetary Camera Hubble menemukan apa yang digambarkan oleh astronom Jon Holtzman dari Lowell Observatory pada tahun 1992, yaitu 50 gugus bintang belia yang usianya kurang dari beberapa ratus juta tahun. Holtzman menyimpulkan gugus-gugus bintang tersebut dihasilkan oleh penyatuan galaksi.

Pada tahun 1993, satu tim astronom yang dipimpin oleh Brad Whitmore dari Space Telescope Science Institute, termasuk Schweizer yang terlibat di dalamnya, memberikan bukti konklusif bahwa penyatuan galaksi memang menghasilkan gugus-gugus bintang baru. Memanfaatkan Hubble, tim mengidentifikasi 40 gugus bintang belia di dekat pusat galasi NGC 7252, yang sebagian besar berusia antara 50 dan 500 juta tahun.

Galaksi yang Tidak Aneh Lagi

Sejak saat itu, Whitmore, Schweizer dan para kolega meliputi Miller dari Carnegie Institution of Washington, Fall dan Leitherer dari Space Telescope Science Institute, terus mempelajari fenomena tabrakan antar galaksi. Wide Field and Planetary Camera 2 Hubble yang lebih sensistif, telah menembus 10 kali lipat lebih dalam ke jantung galaksi yang bertabrakan daripada observasi sebelumnya. Pengamatan terbaru NGC 7252, misalnya, telah mengungkap lebih dari 500 gugus bintang, dibandingkan hanya 40 gugus bintang pada tahun 1993.

Whitmore sekarang yakin bisa menentukan tanggal fenomena tabrakan antar galaksi dengan mengukur warna dan kecerahan gugus bintang globular belia. Sebagian besar astronom kini telah sependapat, bahwa gugus-gugus bintang globular belia mungkin memainkan peran penting untuk memahami bagaimana galaksi berevolusi.

Dari galaksi-galaksi berbentuk aneh hingga building blocks galaksi, peran yang dimainkan oleh tabrakan antar galaksi telah berubah secara dramatis selama beberapa dekade.

Tipe Interaksi Antar Galaksi

Sekitar 500 juta tahun cahaya dari kita, dua galaksi saling mendekat dengan kecepatan mencapai 1.243.000 mil per jam. Dihitung sebagai objek kosmik tunggal, galaksi IRAS 06076-2139 yang terletak di rasi bintang Lepus, menyajikan pemandangan aneh namun menakjubkan.

ESA (Badan Antariksa Eropa) sering mengarahkan Teleskop Antariksa Hubble untuk mencari interaksi antar galaksi semacam ini, yang membangkitkan minat para astronom guna mempelajari pengaruh yang akan dialami oleh masing-masing galaksi. Hubble juga mengamati sepasang galaksi yang membentuk IRAS 06076-2139. Mereka terpisah sekitar 20.000 tahun cahaya, tapi dalam skala kosmik jarak ini cukup dekat, sehingga setiap galaksi “akan mendistorsi satu sama lain melalui gaya gravitasi dan akan mengubah struktur galaksi.”

ESA sebenarnya tidak berniat untuk mempelajari perubahan besar skala galaksi tersebut, namun para astronom yang sudah terlanjur mengamatinya, mengembangkan sistem klasifikasi untuk kedua galaksi ini.

1. Intimidasi Galaksi

Menurut Universitas Swinburne, “intimidasi galaksi”, adalah sebuah istilah sains untuk menggambarkan jenis interaksi yang melibatkan “terbang lintas” antar galaksi. Intimidasi cenderung terjadi di gugus galaksi yang galaksi di dalamnya bergerak saling mendekat.

Jenis interaksi yang hampir menyerupai hit and run dapat menghasilkan dampak yang cukup besar bagi galaksi yang terlibat, walaupun tidak terjadi tabrakan dalam arti yang sesungguhnya. Ketika istilah “Intimidasi Galaksi” pertama kali digunakan pada tahun 1996, para ilmuwan menjelaskan bahwa gaya gravitasi dapat mengubah struktur galaksi, bahkan menghilangkan struktur original menjadi struktur “elips tanpa ciri”. Dalam fenomena tertentu, bintang-bintang dan molekul gas ditarik dari tepi galaksi untuk membentuk semacam ekor galaksi.

Meskipun kita tidak bisa memprediksi dampak interaksi antara galaksi IRAS 06076-2139 di masa lalu, fenomena ini dapat dianggap sebagai "intimidasi galaksi" karena mereka tidak bertabrakan.

2. Kanibalisme Galaksi

Galaksi bermula dari struktur yang lebih kecil. Mereka mengakumulasi gas dan debu antarbintang untuk memproduksi bintang-bintang baru. Terkadang galaksi muda berukuran kecil tidak dapat berkembang karena gaya gravitasi galaksi yang lebih besar menarik galaksi yang lebih kecil saat melintas di dekat galaksi besar. Seluruh material bahan baku pembentuk bintang akan dikanibal oleh galaksi raksasa, hanya menyisakan galaksi kecil yang terentang dalam bentuk datar.

Galaksi Bima Sakti kita juga telah “mengunyah” material pembentuk bintang dari galaksi-galaksi satelit di sekitarnya. Menurut Aaron Robotham dari University of Western Australia, “Galaksi Bima Sakti belum bergabung dengan galaksi raksasa lainnya dalam jangka waktu yang cukup lama, namun kita masih dapat menemukan sisa-sisa semua galaksi yang dulu telah dikanibal oleh Bima Sakti,” ia menjelaskan kepada Motherboard. Robotham memprediksi “nafsu makan” Bima Sakti harus dipuaskan, dan kemungkinan besar akan “menyantap” dua galaksi katai terdekat, Awan Magellan Besar dan Awan Magellan Kecil, sekitar 4 miliar tahun yang akan datang.”

3. Tabrakan dan Penyatuan Galaksi

Galaksi Tikus adalah dua galaksi spiral yang telah mengalami proses penyatuan sejak 290 juta tahun yang lalu. Diberi nama galaksi Tikus karena fitur ekor panjang galaksi yang terdiri dari bintang dan molekul gas.

pembentukan-galaksi-informasi-astronomi
Fenomena Tabrakan Galaksi Tikus.
Kredit: Brad Whitmore (STScI) dan NASA

Lebih dari sekadar “serempetan” kosmik ataupun terbang lintas, interaksi dapat berakhir dalam sebuah fenomena tabrakan antar galaksi. Lebih tepatnya adalah tabrakan antara gaya gravitasi masing-masing galaksi. Galaksi, sebagaimana dijelaskan oleh situs Herschel Space Observatory, mengandung bintang, gas, debu dan materi gelap yang berputar mengitari pusat galaksi, menciptakan dan memengaruhi medan gravitasi. Jadi, saat medan gravitasi antar galaksi ini terlalu dekat, interaksi yang terjadi adalah kontak tarik menarik antara gaya gravitasi, bukannya kontak fisik benturan secara langsung antara bintang dan planet. Seperti “intimidasi galaksi”, tabrakan galaksi dapat mendorong bintang dan molekul gas untuk bergeser dari posisinya semula. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh tabrakan dapat mengompres debu dan gas antarbintang yang memicu produksi banyak bintang baru.

Tabrakan tidak selalu berakhir dengan penggabungan dua galaksi menjadi galaksi tunggal. Meskipun bertabrakan, terkadang galaksi melaju cukup cepat dan dapat terus melanjutkan perjalanan melalui kosmos, dengan sedikit “penyok” dan bentuk yang berbeda, namun tetap melaju dengan kecepatan yang sama seperti semula. Sebaliknya jika melaju kurang cepat, kedua galaksi yang terlibat tabrakan akan melambat untuk bergabung menjadi galaksi tunggal yang lebih besar dalam waktu jutaan tahun.

Fenomena tabrakan dan penggabungan galaksi kerap terjadi di alam semesta. Bahkan, Bima Sakti kita sendiri diduga telah bergabung dengan galaksi lain di masa lalu.

Takdir Pamungkas Bima Sakti

pembentukan-galaksi-informasi-astronomi
Galaksi Andromeda mengarah ke Bima Sakti.
Kredit: NASA/JPL-Caltech/Wikimedia Commons

Jangan mengira kita akan aman dari tabrakan galaksi, karena galaksi tetangga terbesar Andromeda berada di jalur lintasan untuk langsung bertabrakan dengan Bima Sakti. Fenomena ini diperkirakan akan terjadi sekitar 4-5 miliar tahun yang akan datang.

Proses tabrakan dan penggabungan antara Bima Sakti dan Andromeda diproyeksikan akan menjadi proses yang sangat lamban. Para ilmuwan mengatakan kepada Smithsonian magazine bahwa mereka awalnya mungkin hanya saling mengorbit. Orbit akan memperlambat laju pergerakan yang mengarah ke penggabungan untuk membentuk “bola bintang tiga dimensi” atau galaksi elips.

Penggabungan ini kemungkinan tidak terlalu berdampak bagi tata surya kita. Bintang dan planet anggota Andromeda tidak akan terpental ke tata surya kita. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tata surya kita kemungkinan akan didorong ke sebuah lokasi baru di dalam galaksi elips raksasa baru.


Ditulis oleh: Staf stardate.org, Staf hubblesite.org, Noel Kirkpatrick, www.mnn.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang