Kredit gambar: Sinar-X: NASA/CXC/UCL/W.Dunn dkk, Optik: Kutub Selatan: NASA/JPL-Caltech/SwRI/MSSS/Gerald Eichstädt /Seán Doran, Kutub Utara: NASA/JPL-Caltech/SwRI/MSSS |
Cahaya
intens di belahan utara dan selatan Jupiter, atau aurora, berperilaku
independen dan tidak saling terkait, menurut penelitian terbaru menggunakan Observatorium Sinar-X
Chandra NASA dan Observatorium XMM-Newton ESA.
Memanfaatkan pengamatan kedua observatorium sinar-X pada bulan
Maret 2007, bulan Mei dan Juni 2016, satu tim astronom telah menghasilkan peta emisi
sinar-X Jupiter (ditampilkan dalam gambar) dan mengidentifikasi titik panas sinar-X
di setiap kutub. Setiap titik panas dapat menutupi area setara dengan
sekitar setengah permukaan Bumi.
Karakteristik kedua titik panas ternyata sangat
berbeda. Emisi sinar-X di kutub selatan Jupiter secara konsisten berdenyut
setiap 11 menit, tetapi sinar-X yang terlihat di kutub utara tidak menentu
sebab skala kecerahannya meningkat dan menurun, dan tidak bergantung pada
emisi dari kutub selatan.
Fenomena ini dianggap sangat aneh. Aurora sinar-X belum pernah terdeteksi
dari planet raksasa gas tata surya lainnya, termasuk Saturnus. Aurora Jupiter
juga tidak seperti Bumi, aurora di kutub utara dan selatan planet kita cenderung mirip karena karena dihasilkan oleh satu medan magnet.
Untuk
memahami bagaimana Jupiter menghasilkan aurora sinar-X, tim ingin mengkombinasikan data sinar-X terbaru dan yang akan datang, yaitu data dari Chandra dan XMM-Newton dengan informasi dari misi pesawat
antariksa Juno NASA yang saat ini mengorbit di atas Jupiter. Jika dapat
menghubungkan aktivitas sinar-X dengan perubahan fisik yang diamati secara bersamaan
dengan Juno, tim berharap dapat menentukan proses yang menghasilkan
aurora Jupiter dan mengasosiasikannya dengan aurora sinar-X di planet-planet
lain.
Satu teori menggagas pengamatan panjang gelombang sinar-X oleh Chandra
dan XMM-Newton, ditambah pengamatan Juno dapat membantu
membuktikan atau menyanggah aurora sinar-X Jupiter yang disebabkan oleh
interaksi antara medan magnet Jupiter, arus
listrik di interior planet, dan angin surya atau aliran partikel
berkecepatan tinggi yang mengalir dari Matahari. Interaksi angin surya dan medan magnet Jupiter dapat menyebabkan medan magnet bergetar dan
menghasilkan gelombang magnetik. Partikel bermuatan bisa menyusuri gelombang
ini dan memperoleh energi. Interaksi partikel bermuatan dengan atmosfer
Jupiter menghasilkan kilasan sinar-X yang diamati oleh Chandra dan XMM Newton.
Dalam teori ini, interval 11 menit adalah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk merambat di sepanjang salah satu garis-garis medan magnet
Jupiter.
Perbedaan
perilaku antara kutub utara dan selatan Jupiter mungkin disebabkan oleh
perbedaan visibilitas. Karena kemiringan medan magnet Jupiter, kita cenderung mengamati lebih banyak aurora di kutub utara daripada di kutub selatan. Oleh
karena itu, untuk aurora kutub utara kita mungkin dapat mengamati area di mana
medan magnet terhubung ke lebih dari satu lokasi, dengan waktu tempuh yang dibutuhkan oleh partikel untuk merambat, sedangkan aurora kutub selatan kita hanya dapat mengamati area di
mana medan magnet terhubung hanya ke satu lokasi. Fenomena ini diduga bertanggung jawab atas perilaku tidak menentu di kutub utara dibandingkan kutub selatan.
Pertanyaan
yang lebih besar adalah bagaimana Jupiter memberikan energi dalam jumlah yang besar
kepada partikel angin surya dalam magnetosfernya (area yang dikendalikan oleh
medan magnet Jupiter) untuk menghasilkan sinar-X? Beberapa emisi sinar-X yang
diamati oleh Chandra hanya dapat diproduksi jika Jupiter mempercepat ion oksigen sehingga menjadi energik seperti itu saat mereka menerjang atmosfer, seluruh (delapan) elektron mereka robek. Tim berharap dapat menentukan apa yang membentur partikel angin surya yang hancur di kutub-kutub Jupiter dengan kecepatan mencapai ribuan
kilometer per detik, dan apakah berasal dari Jupiter itu sendiri. Apakah
partikel berenergi tinggi memengaruhi cuaca Jupiter dan komposisi
kimia atmosfernya? Bisakah mereka menjelaskan suhu sangat tinggi yang ditemukan
di area-area tertentu di atmosfer Jupiter? Inilah pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin dapat dijawab oleh Chandra, XMM-Newton dan Juno di masa depan.
Makalah studi yang merinci hasil penelitian oleh tim yang dipimpin oleh William
Dunn dari University College London telah dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy edisi 30/10/17.
Ditulis
oleh: Staf www.nasa.gov, editor: Lee Mohon
Artikel
terkait: Aurora Unik Mars
Komentar
Posting Komentar