Langsung ke konten utama

R136a1, Bintang Paling Masif di Alam Semesta

r136a1-bintang-paling-masif-informasi-astronomi
Ilustrasi perbandingan ukuran relatif bintang-bintang belia, mulai dari bintang katai merah terkecil, dengan massa sekitar 0,1 massa Matahari, katai kuning mirip Matahari, hingga bintang katai biru masif dengan massa delapan kali lipat Matahari, dan bintang R136a dengan massa 300 kali lipat massa Matahari.
Kredit: Observatorium Eropa Selatan

Mendominasi dengan 99,8 % massa seluruh tata surya, Matahari adalah objek terbesar di tata surya kita. Namun pada skala bintang, Matahari hanyalah sebuah bintang dengan massa mendekati rata-rata. Sekitar 50% bintang di alam semesta memiliki massa sekitar 1,5 kali massa Matahari. Dengan massa 300 kali lipat massa Matahari, R136a1 adalah sebuah bintang yang menduduki urutan teratas sebagai bintang paling masif di alam semesta, sekaligus mengerdilkan bintang dominan kita.

Dilahirkan sebagai Kelas Berat

RMC 136a1 (disingkat R136a1) terletak sekitar 163.000 tahun cahaya dari Bumi di Nebula Tarantula. Bintang paling masif ini berada di luar galaksi Bima Sakti kita, tepatnya di Awan Magellan Besar, salah satu galaksi satelit Bima Sakti.

Para astronom dari Observatorium Radcliffe di Afrika Selatan pertama kali mengidentifikasi sebuah gugus bintang yang diberi kode RMC 136 pada tahun 1960. Ketika mempelajari RMC 136, Teleskop Antariksa Hubble NASA mengungkap lebih dari 200 bintang sangat terang yang menghuni gugus. Adapun bintang yang paling masif diberi kode RMC 136a1. Perkiraan massa R136a1 adalah sekitar 315 kali lipat massa Matahari, menobatkannya sebagai bintang paling masif di alam semesta yang pernah ditemukan, meskipun dulu jauh lebih masif.

“Tidak seperti manusia, bintang-bintang masif di Nebula Tarantula dilahirkan sebagai kelas berat dan kehilangan bobot saat mereka bertambah tua,” ujar ilmuwan Paul Crowther dari Universitas Sheffield di Inggris kepada Space.com. “Hanya dalam waktu sekitar satu juta tahun (relatif singkat dalam skala astronomi), bintang terekstrem R136a1 telah memasuki usia setengah baya dan telah menjalani program penurunan berat badan secara intens.”

Meskipun dikenal sebagai bintang paling masif, R136a1 bukanlah yang terbesar dalam hal ukuran, karena hanya membentang sekitar 30 kali radius Matahari kita. Bintang terbesar di alam semesta dipegang oleh UY Scuti, bintang hypergiant dengan radius sekitar 1.700 kali lipat Matahari. Namun, massa UY Scuti hanya sekitar 30 kali lipat Matahari.

Jika bertukar tempat dengan Matahari, R136a1 akan menerangi Bumi sebagaimana sebagaimana cahaya Matahari menerangi Bulan. Tentu saja, paparan radiasi kuat yang berbahaya akan memberikan konsekuensi serius bagi kehidupan di Bumi.

“Bintang dengan massa yang lebih besar dari Matahari, akan mengurangi durasi tahun di Bumi sekitar tiga minggu, dan memandikan Bumi dengan radiasi ultraviolet intens yang berpotensi memusnahkan seluruh kehidupan di planet kita,” kata ilmuwan Raphael Hirschi dari Universitas Keele di Inggris.

Membentuk Galaksi

R136a1 adalah bintang Wolf-Rayet, kelas langka dari bintang-bintang masif dengan ciri khas helium terionisasi dan karbon atau nitrogen. Sementara bintang seperti Matahari sebagian besar terdiri dari unsur hidrogen dan helium, bintang Wolf-Rayet memiliki unsur-unsur berat dalam jumlah besar.

Bintang Wolf-Rayet bersinar terang, dengan suhu permukaan mulai dari 30.000-200.000 derajat Celcius. Sebagai perbandingan, permukaan Matahari hanya mencapai 5.500 derajat Celsius.

Bintang masif seperti R136a1 memberikan efek yang merusak terhadap lingkungan kosmik di sekitarnya. Tekanan radiasi yang tinggi berpotensi menghembuskan angin bintang dengan sangat kuat, mendistribusikan material sekitar 10 kali lipat massa Matahari per satu juta tahun dengan kecepatan 3.000 kilometer per detik.

Usia hidup bintang Wolf-Rayet jauh lebih pendek, hanya sekitar 5 juta tahun. Sebagai perbandingan, Matahari dapat mencapai usia hingga sekitar 10 miliar tahun. Para astronom telah menemukan lebih dari 200 bintang Wolf-Rayet di galaksi Bima Sakti, tetapi diperkirakan terdapat sekitar 2.000 bintang Wolf-Rayet lainnya yang disembunyikan oleh debu kosmik. Sekitar setengah dari bintang Wolf-Rayet diduga memiliki pengiring, baik bintang masif lainnya, lubang hitam atau bintang neutron.

Bintang masif kerap memicu ledakan ganas supernova yang memberikan benih bagi galaksi induk dengan unsur-unsur berat. Saat alam semesta mulai terisi dengan unsur hidrogen dan helium, bintang adalah pabrik yang menempa kedua unsur ringan tersebut menjadi hampir seluruh elemen berat lainnya. Setelah memicu ledakan supernova, bintang masif melontarkan unsur-unsur berat yang dikumpulkan oleh bintang generasi berikutnya untuk membentuk sistem planet.

Bintang masif Wolf-Rayet juga bertanggung jawab atas kelahiran bintang neutron. Setelah meledak, ia meninggalkan sebuah inti padat yaitu bintang neutron itu sendiri. Tabrakan antara bintang neutron juga dianggap sebagai salah satu sumber gelombang gravitasi.

Bintang-Bintang Masif Lainnya

Meskipun dikenal sebagai bintang paling masif di alam semesta, R136a1 sebenarnya tidak terlalu istimewa. Penelitian terhadap Nebula Tarantula (30 Doradus atau 30 Dor) yang digelar pada tahun 2008, mengungkap eksistensi para kompetitor R136a1. Nebula Tarantula adalah induk bagi beberapa bintang masif yang pernah terdeteksi. Saat mencari bintang dengan massa melampaui 30 kali Matahari, para peneliti menemukan banyak bintang yang tergolong masif.

“Begitu menyadari 30 Dor adalah rumah bagi bintang-bintang masif, kami mengira telah telah melakukan kesalahan,” ungkap astronom Fabien Schneider dari Universitas Oxford di Inggris kepada Space.com.

Schneider bersama para kolega memanfaatkan Very Large Telescope ESO (Observatorium Eropa Selatan) di Chili untuk menganalisis massa dan usia sekitar 800 bintang masif di Nebula Tarantula. Mereka menemukan sekitar 30% bintang dengan massa melampau 30 kali lipat massa Matahari, sementara sekitar 70% sisanya di atas 60 kali lipat massa Matahari.

“Dulu kita menduga bintang di atas 150 kali lipat massa Matahari tidak dapat terbentuk,” tutur Schneider. Tetapi hasil studi justru menemukan bintang dengan rentang massa antara 200-300 kali lipat massa Matahari dapat benar-benar terbentuk.

Beberapa bintang paling masif lainnya termasuk:
  • R136c: 230 massa Matahari
  • BAT99-98: 226 massa Matahari
  • R136a2: 195 massa Matahari
  • Melnick 42: 189 massa Matahari
  • R136a3: 180 massa Matahari
  • Melnick 34: 179 massa Matahari
Semua bintang masif ini berada di Nebula Tarantula, Awan Magellan Besar.

R136a1 terus memegang rekor sebagai bintang paling masif sejak pertama kali ditemukan dan mungkin akan tetap berada di puncak untuk beberapa waktu.

“Karena monster-monster kosmik ini tergolong langka, saya rasa sulit untuk memecahkan rekor R136a1 dalam waktu dekat,” kata Crowther.

Bintang Paling Masif di Galaksi Bima Sakti

Sebagian besar bintang paling masif yang pernah ditemukan sejauh ini berada di Awan Magellan Besar. Namun Bima Sakti juga memiliki beberapa bintang masif. HD 15558-A dengan massa 152 kali lipat massa Matahari adalah sebuah bintang raksasa tipe O yang menghuni gugus bintang terbuka IC 1805 di Lengan Perseus ke arah rasi Cassiopeia.

Bintang masif Bima Sakti berikutnya adalah NGC 3603-B atau HD 97950B. Seperti R136a1, NGC 3603-B adalah bintang kelas Wolf-Rayet dan berada di wilayah pabrik bintang NGC 3603, lengan spiral Carina.

Ditulis oleh: Nola Taylor Redd, kontributor www.space.com


#terimakasihgoogle

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diameter Bumi

Kredit: NASA, Apollo 17, NSSDC   Para kru misi Apollo 17 mengambil citra Bumi pada bulan Desember 1972 saat menempuh perjalanan dari Bumi dan Bulan. Gurun pasir oranye-merah di Afrika dan Arab Saudi terlihat sangat kontras dengan samudera biru tua dan warna putih dari formasi awan dan salju antartika.   Diameter khatulistiwa Bumi adalah  12.756 kilometer . Lantas bagaimana cara para ilmuwan menghitungnya? Kredit: Clementine,  Naval Research Laboratory .   Pada tahun 200 SM, akurasi perhitungan ukuran Bumi hanya berselisih 1% dengan perhitungan modern. Matematikawan, ahli geografi dan astronom Eratosthenes menerapkan gagasan Aristoteles, jika Bumi berbentuk bulat, posisi bintang-bintang di langit malam hari akan terlihat berbeda bagi para pengamat di lintang yang berbeda.   Eratosthenes mengetahui pada hari pertama musim panas, Matahari melintas tepat di atas Syene, Mesir. Saat siang hari pada hari yang sama, Eratosthenes mengukur perpindahan sudut Matahari dari atas kota Al

Apa Itu Kosmologi? Definisi dan Sejarah

Potret dari sebuah simulasi komputer tentang pembentukan struktur berskala masif di alam semesta, memperlihatkan wilayah seluas 100 juta tahun cahaya beserta gerakan koheren yang dihasilkan dari galaksi yang mengarah ke konsentrasi massa tertinggi di bagian pusat. Kredit: ESO Kosmologi adalah salah satu cabang astronomi yang mempelajari asal mula dan evolusi alam semesta, dari sejak Big Bang hingga saat ini dan masa depan. Menurut NASA, definisi kosmologi adalah “studi ilmiah tentang sifat alam semesta secara keseluruhan dalam skala besar.” Para kosmolog menyatukan konsep-konsep eksotis seperti teori string, materi gelap, energi gelap dan apakah alam semesta itu tunggal ( universe ) atau multisemesta ( multiverse ). Sementara aspek astronomi lainnya berurusan secara individu dengan objek dan fenomena kosmik, kosmologi menjangkau seluruh alam semesta dari lahir sampai mati, dengan banyak misteri di setiap tahapannya. Sejarah Kosmologi dan Astronomi Pemahaman manusia

Berapa Lama Satu Tahun di Planet-Planet Lain?

Jawaban Singkat Berikut daftar berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh setiap planet di tata surya kita untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari (dalam satuan hari di Bumi): Merkurius: 88 hari Venus: 225 hari Bumi: 365 hari Mars: 687 hari Jupiter: 4.333 hari Saturnus: 10.759 hari Uranus: 30.687 hari Neptunus: 60.190 hari   Satu tahun di Bumi berlalu sekitar 365 hari 6 jam, durasi waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk menyelesaikan satu kali orbit mengitari Matahari. Pelajari lebih lanjut tentang hal itu di artikel: Apa Itu Tahun Kabisat? Satu tahun diukur dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan oleh sebuah planet untuk mengorbit bintang induk. Kredit: NASA/Terry Virts Semua planet di tata surya kita juga mengorbit Matahari. Durasi waktu satu tahun sangat tergantung dengan tempat mereka mengorbit. Planet yang mengorbit Matahari dari jarak yang lebih dekat daripada Bumi, lama satu tahunnya lebih pendek daripada Bumi. Sebaliknya planet yang